1. (Tak) Ada Kenangan Di Sini

42 4 14
                                    

Perjalanan wisata merupakan kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap siswa. Sayangnya tidak semua tingkat mendapat kesempatan tersebut. Tergantung kebijakan sekolah, acara ini dijadwalkan untuk anak kelas satu atau kelas dua saja. Sementara anak kelas tiga lebih diharapkan mempergunakan waktu libur untuk belajar. Akan karena itu sebagai siswa kelas dua yang mendapat kesempatan pergi keluar kota merupakan momen langka yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Satu rombong dari gabungan dua kelas ini memenuhi satu gerbong kereta cepat—shinkansen, riuh oleh suara antusiasme selama perjalanan menuju kota yang dituju. Tokyo.

Sementara itu, hanya satu siswi yang tidak merasakan euforia di sekitarnya. Walau bibir dipaksa tersenyum ketika ada teman yang mengajak bicara, sesekali ia akan mengalihkan wajah ke jendela untuk menghindar. Perasaan tidak nyaman yang telah membatin semenjak melangkahkan kaki ke Stasiun Kobe. Perutnya berlonjak tidak karuan begitu kereta membawanya pergi. Tidak, gadis itu tidak mabuk darat. Trauma masa lalu yang membuatnya tidak bisa mengakrabkan diri dengan kereta.

Dalam keheningan, bayang-bayang masa lalu menenggelamkan pikirannya. Seakan ia melihat sebuah video di mana tokoh-tokoh hanya ada dirinya dan seorang wanita. Wanita itu mengajak pergi dengan iming-iming tamasya dan akan membelikan mainan kesukannya kelak. Gadis kecil berusia enam tahun tentu sangat gembira dengan harapan yang dijanjikan sang ibu. Keduanya menaiki kereta dengan laju tinggi. Pemandangan di luar begitu cepat berlalu di matanya.

Wah! Ibu, tadi aku lihat burung terbang dan hilang! Sekarang hanya ada sawah dan pohon! Sawah dan pohon!”

Karena kereta kita sedang lari amat-sangat cepat, Yumi. Bahkan semua tidak bisa terlihat jelas.”

Gadis kecil itu mengangguk paham meski belum tahu seberapa tinggi nilai kecepatan kereta yang membawanya jauh dari rumah. Andai Kento juga ikut,” gumamnya sedih.Ibu, kapan-kapan ajak Kento juga, ya! Kita bisa jalan-jalan bertiga!”

Ia ingat wanita itu hanya tersenyum, tidak mengucapkan sepatah janji. Sayangnya, kisah itu telah berlalu sebelas tahun. Kenangan terakhir yang diberikan ibu kepadanya.

Wali Kelas yang ikut serta dalam perjalanan hanya duduk dengan tenang, membiarkan murid-murid bebas melakukan hiburan agar waktu tidak terbuang hambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wali Kelas yang ikut serta dalam perjalanan hanya duduk dengan tenang, membiarkan murid-murid bebas melakukan hiburan agar waktu tidak terbuang hambar. Para siswi lebih memilih berkumpul untuk bergosip. Sementara anak laki-laki membentuk grup dan bernyanyi dengan gitar yang dibawa, berdendang tanpa peduli teman yang duduk di seberang terganggu.

Disebabkan suasana tak terkoordinasi baik ini, seorang siswi mencari tempat duduk yang lebih hening. Ia menjauh dan mendapati teman sekelasnya berlinang air mata menatap jendela dengan pandangan kosong. Ia pun mengulurkan sapu tangan.

The Idol Twin Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang