Megumi berhasil menipu mata Masaomi berkat bantuan Shinoda mengubah penampilannya. Gadis itu tidak menyangka Shinoda yang merupakan orang asing itu dengan cepat tanggap mengetahui permasalahannya. Dan ia bisa pergi secepatnya dari supermarket karena Shuya datang di waktu yang tepat. Megumi lolos dari pandangan Masaomi, buru-buru keluar saat panggilan datang.
Tidak ada percakapan selama Shuya mengantarnya pulang dengan taksi sewaan. Setiba di depan apartemen ia hanya mengucapkan terima kasih selayaknya. Shuya juga membalas dengan suara riang seperti biasa.
“Jika orang itu masih menganggu, hubungi saja aku!”
Megumi hanya mengangguk, tapi dalam hati sangat tidak setuju melibatkan pemuda itu lebih dalam lagi pada masalahnya. Mau bagaimanapun ia harus menghadapi Masaomi, meminta pemuda itu agar tidak mengganggunya.
Mulut Yumi dan Rina hanya bisa menganga. Kedua gadis itu tidak terkejut karena kemegahan gaun yang tengah berada di pangkuan Megumi, tapi karena Nona Shiraishi itu baru menceritakan kesulitannya selama sebulan ini.
“Kenapa tak bilang dari awal?” Yumi protes.
Rina segera mengepalkan tangan. “Perlu aku turun tangan menghajar pemuda menjijikkan itu?”
Kepala Megumi tertunduk, merasa bersalah dan juga tak enak hati. “Aku… hanya tidak ingin kalian terlibat. Aku tak tahu seberapa mengerikannya orang itu, tapi… memang lebih baik menghindarinya, kan?”
“Megumi....” Yumi tak dapat berkomentar lebih karena setuju dengan pendapat tersebut.
Namun tidak dengan Rina. Gadis itu menggeram kesal. “Tidak bisa! Tidak boleh lama-lama dibiarkan! Sebagai teman sekamar, calon manajer, dan kalian adalah calon artis yang akan kutangani, mana mungkin kubiarkan penguntitan ini! Kita labrak bersama!”
Yumi mengelus-elus pelan pundak Rina. “Masalah penguntitan memang tak bisa dibiarkan, tapi apa ia akan berhenti hanya karena kita ajak bicara? Bagaimana kalau orang itu baru akan puas jika menyakiti Megumi? Membuatnya sama sakit hati seperti yang dia rasakan?”
“Psikopat, kah?!” erang Rina tak habis pikir. “Jika tipe seperti itu lebih baik kita laporkan ke polisi!”
“Tanpa bukti?” timpal Yumi. Rina memangku tangan, menoleh, kembali menggeram. Yumi sedikit tersenyum, tak mengubris sikap sang sahabat. Lalu mengalihkan pandangan pada Megumi, sang pemiliki masalah. “Aku sebenarnya setuju jika Megumi bicara langsung pada pemuda itu, tapi tak ada jaminan ia akan berhenti. Begini saja, sebaiknya kamu bicarakan hal ini pada Kawahara-sensei. Katanya kamu bisa lepas dari pemuda itu berkat diantar Sensei sehabis membantu pekerjaannya. Aku rasa itu cara terampuh menghindari si Pengungtit.
“Tapi, jika kamu pulang sendirian, Sensei tak bisa membantu, hubungi kami. Akan kami jemput kamu pulang. Selama itu, jangan keluar kampus. Cari lokasi aman dan ramai. Semoga orang itu lelah menguntitmu karena tak dapat kesempatan mendekat. Mungkin cara ini paling aman dan butuh waktu lama, tapi setidaknya kita tak perlu pakai ‘cara kasar’. Ingat, Megumi, kamu akan mengikuti Kontes Miss Kampus, kamu gak boleh kena masalah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Idol Twin Story [END]
Novela JuvenilVersi terbaru dari "futago dakara (because we're twins)". Diunggah juga di GWP dengan judul yang sama. =========== "Bagaimana kalau kita bikin grup idola?" Hasegawa Yumi hanyalah anak panti yang berharap setelah lulus sekolah langsung bekerja demi m...