Megumi menyangka pekerjaannya yang tidak becus saat acara handshake akan dilaporkan ke Kawahara-sensei. Ia sudah mewanti-wanti diri merangkai kata maaf pada Sensei, atas kecerobohannya membuat nama wanita itu buruk di hadapan banyak orang. Namun dua-tiga hari berlalu, bahkan telah sampai seminggu tidak ada keluhan dari Kawahara-sensei. Justru saat bertemu, Sensei menyapa dan meminta bantuannya seperti biasa.
PJ konsumsi, Maihara, tampaknya wanita itu tidak mengatakan apa pun mengenai kinerjanya pada sang dosen. Mencoba berpikir positif, kini ia cukup bernapas lega pergi ke kampus tanpa takut bayang-bayang dimarahi salah satu orang dewasa yang sangat berpengaruh baginya untuk dapat tiket ke dunia hiburan kelak.
Hari Selasa kali ini kuliah hanya sampai jam dua belas, dan akan masuk kelas lagi jam tiga nanti. Adanya waktu luang berlebih ini dimanfaatkan teman-teman kampus terdekat Megumi pergi karaoke. Demi mendekatkan diri, tentu saja Megumi menerima ajakan langka tersebut. Selama ini ia tidak pernah diajak karena sibuk menjadi tangan kanan Kawahara-sensei.
“Aku harus ikut! Jangan takut, Megumi! Banyak kenalan, banyak teman! Demi masa depan!” gumam Megumi yakin setelah menerima ajakan.
Tepat jam dua belas, dosen mengakhiri perkuliahan dan keluar dari ruangan. Tidak butuh waktu lama mahasiswa turut angkat kaki dari kelas, pergi ke tujuan aktifitas masing-masing. Megumi berjalan beriringan dengan teman-teman sekelasnya barusan. Setiba di luar pagar kampus gadis-gadis itu melambaikan tangan pada segerombolan pemuda yang berdiri tidak jauh dari sana.
Megumi terkejut. Ia menarik lengan salah satu temannya. “Pemuda-pemuda itu juga ikut dengan kita?”
Gadis itu tertawa dengan semburat merah di pipi. “Iya dong! Gak seru kalau cuma kita-kita aja. Kebetulan jumlah kita pas berpasangan, kan?” Tiga gadis lain menganggukkan ucapan barusan. “Maaf ya, Shiraishi-chan? Jika dari awal kita bilang karaokean sama anak cowok, pasti kamu gak bakal ikut. Karena itu....”
Megumi menahan ketakutan dalam dada. "Menyalahkan diri, sampai kapan berpikiran naif? Bukannya pergi jalan atau karaoke dengan anak laki-laki itu wajar di Tokyo? Buang rasa cemas serta image-mu di kota besar ini! Anggap saja menjadi kesempatan bicara santai dengan para pemuda itu!"
“Baiklah.” Megumi mengangguk dengan gerakan kikuk, menerima kehendak teman-teman kampus terdekatnya.
Mereka bersorak riang dengan nada pelan. Sebuah kebahagiaan saat harapan terkabulkan. Dua gadis segera menarik lengan Megumi agar berjalan di barisan depan. Sebenarnya mereka sudah merencanakan hal tersebut, kencan dadakan. Mereka menganggap jika gadis cantik nan polos seperti Megumi ikut, para pemuda tampan itu akan betah berlama-lama main dengan mereka.
“Maaf membuat kalian menunggu!” sapa para gadis.
Benar saja perkiraan mereka, para pemuda itu langsung melirik Megumi yang perawakannya lebih anggun dan natural daripada para gadis yang suka ber-make-up tebal.
“Gapapa, kok. Yuk langsung cabut!”
Para remaja dewasa itu langsung berjalan berpasangan. Megumi sontak kaget saat tidak ada lagi teman-teman perempuan di sisinya. Seorang pemuda tetap berdiri di hadapannya, melirik dengan jahil dari atas sampai bawah. Diam-diam Megumi meremas ujung baju, berusaha membentuk senyum pada pemuda itu.
“H-hai....”
Pemuda itu mengulurkan tangan. “Masaomi. Kau boleh manggil aku Masa seperti teman-teman dekatku. Namamu?”
Megumi ragu-ragu tapi tetap menjabat tangan pemuda itu. “Shiraishi Megumi.”
“Megumi-chan, ya? Nama yang cantik, sama seperti orangnya.” Jempol pemuda itu mengelus-elus punggung tangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Idol Twin Story [END]
Fiksi RemajaVersi terbaru dari "futago dakara (because we're twins)". Diunggah juga di GWP dengan judul yang sama. =========== "Bagaimana kalau kita bikin grup idola?" Hasegawa Yumi hanyalah anak panti yang berharap setelah lulus sekolah langsung bekerja demi m...