Kawahara Irie menutup layar ponsel begitu panggilan ditutup. Ia menatap layar laptop kemudian, mengecek beberapa berkas berupa tabel-tabel jadwal latihan.
Ia baru saja tiba di studio—tempat latihan modelling—saat sebuah panggilan masuk ke alat komunikasinya. Sesuai prediksi, sang penelepon ialah manajernya STARLET. Untung dua jam yang lalu ia terlebih dahulu dihubungi oleh Sogo—sebagai orang yang paling dekat dengan akar permasalahan sejak dini hari, hingga ia tahu kejadian sesungguhnya seperti apa.
Secara bergantian dengan Shuya, dua pemuda itu memberikan penjelasan singkat keperluan mereka bertemu Shiraishi Megumi. Tak lupa Sogo meminta Kawahara-sensei membantu mereka untuk ‘sedikit berbohong’ pada Tomoya ataupun manajer STARLET jika dihubungi. Terakhir, pemuda itu hanya berpesan bahwa ‘cerita utuh’ bisa tanyakan langsung ke ‘gadis tersebut’.
Irie memastikan jadwal kuliah Shiraishi Megumi. Wanita itu ingin menghubungi muridnya dan meminta segera ke studio. “Apa ia tahu kabar ini? Saat ini tengah kuliah tidak, ya? Selesai jam satu. Hm, nanti ditelepon sehabis makan siang.” Irie langsung menghidupkan layar ponsel kembali, hendak memasang pengingat untuk menelepon Megumi sekitar pukul satu lewat lima belas menit.
Tok-tok-tok. Pintu ruang kerja Irie diketuk dari luar.
“Masuk,” jawab Irie singkat.
Cara gagang pintu diputar terdengar pelan. Seseorang di balik sana hanya membuka pintu sedikit, mencuri pandang ke dalam. Tampak ragu-ragu memperlihatkan diri. Irie mulai risi dengan orang tersebut. Matanya sedikit memicing di balik bingkai kacamata.
“Megumi-chan!”
Pagi ini terasa lebih tentram dari hari-hari biasanya. Berdiri di balkon, Shiraishi Megumi menghirup napas dengan damai setelah melewati momen yang menakjubkan dalam hidupnya. Memenangkan sebuah kontes tentu bukanlah hal terduga, meskipun dari awal memiliki niat untuk meraih kesempatan di atas panggung bergengsi tersebut. Bahkan ia tidak pernah bermimpi mengenakan mahkota sebagai bukti pemenang.
Kontes Miss Kampus berlangsung selama tiga jam. Sesi pemberian penghargaan dan acara makan-makan sekitar dua setengah jam. Selang waktu mengisi tenaga itu Megumi menjadi target kuli tinta kampus mewawancarainya. Beruntung Kawahara-sensei selalu ada di sisi untuk membantunya—terutama menjauhi Megumi dari pertanyaan yang ‘tidak penting’ (seperti tipe pria idaman atau ukuran badannya) dan tawaran ‘tidak relevan’ dari para produser majalah yang dikenalnya suka meminta model berpakaian seksi.
Megumi baru bisa bernapas lega setiba di apartemen sekitar pukul sembilan malam. Yumi dan Rina sudah menunggu kehadiran sang juwara, tapi Megumi hanya meminta waktu untuk beristirahat dan tertidur tanpa membersihkan badan. Dua sahabat sekaligus rekan sekamar memberikan Megumi ruang beristirahat, merapikan barang-barang yang dibawa pulang.
“Heh?!”
Suara lengking Rina mengambil alih fokus Megumi yang tengah melakukan peregangan. Ia menoleh tepat saat teman sekamar itu beranjak dari kasur lipat dan rambut yang masih berantakan. Rina menghampiri dengan layar ponsel diserahkan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Idol Twin Story [END]
Novela JuvenilVersi terbaru dari "futago dakara (because we're twins)". Diunggah juga di GWP dengan judul yang sama. =========== "Bagaimana kalau kita bikin grup idola?" Hasegawa Yumi hanyalah anak panti yang berharap setelah lulus sekolah langsung bekerja demi m...