20.

9.9K 1K 35
                                    

.

.

.

Renjun terbaring di diruangan dokter memperhatikan ruangan yang begitu rapi dan bersih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun terbaring di diruangan dokter memperhatikan ruangan yang begitu rapi dan bersih. Tentu saja kan ruangan dokter.

"Syukurlah luka sayatan di leher tidak terlalu dalam" ujar dokter yang Renjun ketahui dipanggil dokter Kim dengan telaten membuka perban yang tadi dililitkan oleh Mark.

"Apa tidak sakit?" Renjun menggeleng sungguh hanya nyeri sedikit seperti tergores pisau.

Dokter Kim yang lebih dikenal Kim Doyoung adalah salah satu dokter kepercayaan keluarga Jung dan merupakan teman dekat dari Taeyong mereka sahabatan.

"Kau butuh donor darah luka ini tidak begitu serius tapi lumayan membuang sia-sia darah mu" ujar dokter Kim dengan serius mengobati luka Renjun.

Doyoung butuh menjahit luka yang berada di wajah dan leher Renjun sayang sekali wajah rupawan yang tidak ia ketahui ini terluka.

"Aku akan melakukan tindakan penjahitan untuk luka mu" Renjun menurut tidak banyak bicara mempercayakan semuanya pada dokter yang diperintahkan Mark untuk mengobatinya.

Renjun memilih memejamkan mata sungguh ia pusing sekali dan lemas, merasakan tangannya dipasang infus dan sepertinya juga tranfusi darah.

Doyoung memperhatikan sosok mungil yang memejamkan matanya, "Tolong berikan dia obat tidur sepertinya akan sangat membantu" seru Doyoung dengan tangan yang masih fokus melakukan penjahitan pada luka Renjun.

Doyoung telah selesai dengan pekerjaannya untuk mengobati sosok yang ia ketahui bernama Huang Renjun ini.

"Tolong gantikan pakaiannya" ringis Doyoung kumal sekali darah mewarnai baju yang dikenakan oleh Renjun.

Doyoung memantau infus serta tranfusi darah Renjun, hanya Renjun yang dengan tidak berat hati Doyoung biarkan dirawat diruangan tidak dikamar pasien.

Kegiatan Doyoung terganggu dengan suara perawat, "Permisi dok ada seseorang yang ingin bertemu dengan pasien Huang Renjun" Doyoung menaikkan satu alisnya.

"Siapa? Mark Jung?"

"Dengan tuan Jung Jeno dok, apakah diizinkan?"

"Jeno? Jangan saya akan menemuinya tetap pantau keadaan pasien" ujar Doyoung langsung berlalu menghampiri Jeno tentu saja kenal anak dari Taeyong.

Benar sekali seorang Jung Jeno di pandangnya tumben sekali, Doyoung paham sekali dengan sikap Jeno dan siapa Renjun sampai bisa membawa anak bungsu Taeyong kemari?

"Ternyata benar Jung Jeno yang saya kenal" Jeno yang mendengar namanya disebutkan menoleh menatap dokter Kim yang mendekatinya.

"Apa yang membuat anak bungsu Taeyong kemari?" tanya Doyoung duduk di kursi.

"Dimana Renjun?" tidak basa-basi Jeno langsung pada intinya.

"Pasien Huang Renjun yang di kirim hyung mu itu sedang istirahat setelah mendapatkan penanganan" Jeno mengusak rambutnya frustasi.

"Apa yang terjadi?" dengan nada seperti putus asa Jeno bertanya pada sosok yang menangani calon istrinya.

"Pasien menerima lima jahitan di leher dan empat jahitan di pipi sebelah kiri serta sedang dalam tranfusi darah" Jeno terdiam ternyata kakaknya benar, parah.

Renjun dilukai dengan sangat parah.

Doyoung yang memperhatikan Jeno mengerit bingung ia penasaran siapa Renjun sesungguhnya kenapa sepertinya bisa membuat sosok Jeno frustasi.

"Pasien akan dipindahkan ke kamar VIP tunggu lah disana, kau bisa menemuinya" sahut Doyoung menepuk pundak Jeno dan langsung berlalu meninggalkan Jeno.

.

.

Saat ini mata Jeno hanya bisa memandang sosok yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan perban yang menutupi wajahnya serta leher.

Jeno tidak bisa bergeming, disini ia seperti merasakan sesak melihat Renjun dengan keadaan seperti ini menarik kursi duduk di sebelah Renjun meraih tangan mungil yang bebas dari infus.

"Hanya kali ini ku izinkan kau terluka" gumam pelan Jeno takut membangunkan Renjun kalau ia menyaringkan suaranya.

Jeno mengelus perban di wajah Renjun wajah rupawan calon istrinya terluka.

"Renjun tolong jangan sakit" lirih Jeno menunduk mengenggam halus tangan Renjun. Sakit sekali melihat Renjun seperti ini.

Jeno tersenyum melihat jari Renjun yang tidak dihiasi cincin pemberiannya, sebesar itu kah takut mu?

"Kenapa gak suka sama cincinnya ya?" tanya Jeno pelan. Walaupun ia tahu Renjun tidak akan menjawab Jeno tetap mempertanyakan.

"Aku hargai takut mu sayang" Jeno bangkit memeluk sosok yang terbaring lemah ini.

Pertemuan yang singkat tidak menjamin seberapa jatuhnya hati pada sosok yang tidak sempurna ini tetapi masih mau untuk belajar sempurna.

"Semoga ya Renjun, semoga bahagia mu ada di hubungan ini semoga" bisik Jeno memejamkan matanya dengan posisi yang tetap memeluk tubuh mungil Renjun.

Jeno mengecup kening Renjun lama menikmati hangatnya bibirnya menempel di kening Renjun. Menikmati momen mereka berdua, mulai saat ini lemahnya Jeno yaitu Renjun.

"Tidur yang nyenyak cantik, saat bangun nanti jangan nangis lagi" patah kata Jeno terakhir sebelum beranjak meninggalkan Renjun untuk beristirahat dikamarnya.

Jeno akan menitipkan Renjun pada dokter Kim dan ibunya untuk menjaga serta mengawasi keadaan Renjun. Ia harus mengurus Karina yang sialnya kabur ntah kemana.


.

.


heii heii balek lagi nih, sepertinya akan memasuki fase Jeno bucin habis ke ayang Renjun huehue.

selamat membaca..

ENVUELLA [NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang