09.

11.2K 1.1K 12
                                    

.

.

.

Jeno menatap datar kedua manusia yang bersimpuh dibawah kakinya memohon untuk kesalahannya dimaafkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno menatap datar kedua manusia yang bersimpuh dibawah kakinya memohon untuk kesalahannya dimaafkan.

"Bukan kah saya sudah mengatakan untuk datang ke kantor saya bukan aparteman calon istri saya, benar tuan Choi?" ujar Jeno dengan tangan yang aktif memutar cincin yang hampir sama dengan cincin yang melekat cantik di jari Renjun.

Choi Hajoon dan Park Haerin kedua orang yang haus pengakuan dan kekayaan itu dengan kasar dibuat berlutut di depan calon menantu mereka.

Jeno meraih rokoknya mematik dan menghembuskan asapnya ke arah wajah Choi Hajoon.

"Kau harus tahu harga mati setelah menyentuh milik ku bukan?" Jeno memperhatikan kedua manusia yang bisa dikatakan buruk karena telah dihajar oleh bodyguard suruhannya.

"Apa pantas kau melakukan ini pada calon mertua mu?!" teriak Choi Hajoon membuat Jeno tertawa sesaat.

Jeno mendekati ayah dari calon istrinya itu, "Calon mertua? Sepertinya telinga Anda kurang bekerja baik" Jeno menepuk pipi lebam Choi Hajoon.

"Akan ku ulangi lagi ini bukan sebagai permintaan tetapi sesuatu yang pasti bahwa setelah Renjun meyandang nama Jung ia akan melepas ikatan keluarga dengan mu Choi" Jeno kembali menepuk pipi lebam ayah Renjun.

"Menurut Anda apa yang pantas menjadi bayaran karena sudah mencabut secara sengaja helaian rambut calon istri saya, nyonya Choi?" tangan Jeno dengan ringan menarik kuat rambut panjang dari ibu Renjun.

Jeno tersenyum mengejek, "Sakit?" jambakan di lepas oleh Jeno.

Jeno menjauhi kedua orang tua Renjun yang sudah membuatnya emosi setengah mati pada malam indah ini sungguh menyusahkan.

Rokok kembali disesap mata menatap jalan raya yang masih padat walau sudah malam sepertinya pada keluar untuk mencari makan malam atau sekedar waktu keluarga.

"Buatlah berita tentang tuan Choi Hajoon serta istrinya" perintah Jeno masih fokus menghisap rokok yang mampu mengurangi penat.

Terdengar suara teriakan membuat Jeno meringis ia menghancurkan heningnya malam yang indah.

"Kau pikir aku takut dengan pemberitaan palsu itu!" Jeno tetap diam banyak bicara sekali Choi Hajoon ini.

"Apa berita tentang korupsi Anda merupakan pembohongan publik?" Jeno menoleh melihat wajah tegang Choi Hajoon.

Sungguh menggelikan manusia sampah memperkaya diri tetapi memperbudak manusia lain. Jeno mendekati Choi Hajoon dan istrinya.

Satu pukulan tepat menghajar pipi tua Choi Hajoon mungkin bisa dipastikan rahang ayah Renjun itu patah atau bergeser.

"Selamat bersenang-senang di penjara tuan Choi" setelahnya Jeno meninggalkan ruangan yang menjadi saksi dari betapa dinginnya Jeno kepada seseorang yang berani menyentuh miliknya.

ENVUELLA [NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang