28.

7.2K 859 7
                                    

.

.

.

Malam menyambut dengan hangat bahkan langit malam ini dilingkupi oleh bintang dan bulan yang sangat cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam menyambut dengan hangat bahkan langit malam ini dilingkupi oleh bintang dan bulan yang sangat cantik. Ketukan pintu membuyarkan kesenangan Renjun yang menyeruput teh di balkon kamar.

"Hai Renjun, aku ganggu ya?"

Haechan lah pelaku pengetukkan pintu dimalam indah ini. Renjun tentu tidak masalah ia sering sendiri agak sedikit kaget karena beberapa hari malamnya sering di datangi oleh Haechan.

"Apa ini salah satu kebiasaan mu meminum teh dibalkon pada malam hari?" tanya Haechan.

Istri dari Mark Lee itu mendudukkan tubuhnya di sebrang kursi yang ditempati oleh Renjun.

"Bisa dibilang iya, lebih tepatnya saat stress dan banyak pikiran"

Renjun menuangkan teh hangat itu pada cangkir baru, menyambut Haechan di obrolan malam ini.

"Seperti itu ya menyenangkan aku akan bergabung saat jamuan teh sederhana ini dilaksanakan"

Haechan maupun Renjun tertawa kecil setelah mendengar penuturan Haechan yang sangat santai itu.

"Ada apa kemari? Walaupun setiap malam kau terus kemari" Renjun hampir saja tertawa dengan ucapannya sendiri.

Mata bulat Renjun menangkap amplop coklat yang diberikan Haechan. Menatap bingung pada amplop tersebut.

"Bukalah ini berhubungan dengan Jeno maupun Karina"

Karina? Satu nama yang membuat Renjun semakin penasaran akan ada apa di dalam amplop itu. Menerimanya dan membuka.

"Surat kesehatan?" gumam Renjun.

Haechan mengangguk sambil menikmati teh jamuan Renjun sungguh enak dan hangat. Renjun dengan fokus membaca lembar kesehatan itu dan dia tidak dapat lagi untuk bereksperesi akan hal ini.

"Pasti kaget kan? Sepertinya keraguanmu akan berkurang satu bahkan lebih bukan?" benar sekali Haechan.

"Ini nyata?" tanya Renjun yang belum percaya akan hal ini.

"Tentu saja benar aku mendapatkannya dari Jeno"

Renjun semakin kaget jadi Jeno tahu? Apa Karina tahu kalau Jeno mengetahui fakta ini.

"Karina dinyatakan mandul bahkan rahim perempuan itu sudah diangkat sejak 2 tahun lalu, alasan mengapa Jeno dan Karina di usia pernikahan hampir menginjak 5 tahun tidak diberikan momongan"

Renjun menyimak dengan serius perkataan demi perkataan dari Haechan.

"Yang mengetahui ini hanya kita berempat, aku, kamu, Jeno, dan Mark Hyung"

Ternyata hal sebesar ini masih disembunyikan pasti ada alasannya.

"Bukan kah besok adalah pemeriksaan mu ya Renjun?" tanya Haechan bahkan lelaki yang sedang mengandung itu menyeduh teh lagi.

"Iya besok" Renjun kenapa ragu lagi?

"Kau tahu harapan Jeno hanya dirimu, berita pernikahannya dengan mu sudah menyebar ke keluarga minor siang tadi. Renjun tolong Jeno ku ya"

Baru pertama kali Renjun mendengar permohonan Haechan ternyata Haechan begitu memperdulikan Jeno.

"Aku tidak ingin mengatakan kau adalah mesin anak Jeno yang sewaktu-waktu akan ia jadikan bom waktu, tapi Renjun satu yang harus kau tahu rahim mu adalah masa depan keluarga utama" penuturan Haechan mampu membuat Renjun pusing.

"Jeno sudah membuka hati untuk mu percaya padaku bahkan bom waktu yang ada di dirimu itu tidak akan segera Jeno pergunakan, kau tahu kenapa?"

Sampai sini Renjun paham maksud dari ucapan Haechan.

"Kenapa?"

"Karena Jeno takut"

Renjun menoleh pada Haechan yang tersenyum padanya.

"Takut?"

"Renjun, Jeno itu bagaikan buku mudah sekali dibaca kau hanya butuh memancingnya dan kau akan dapat semua jawaban dalam satu waktu"

Haechan merapatkan jaket yang ia kenakan mengelus lembut perut yang sudah menyembul lucu itu, anaknya dan Mark.

"Besok pemeriksaan kesehatan, pancing saja dengan obrolan anak. Dan kau akan tahu seberapa takutnya Jeno akan kehilangan dirimu"

Haechan berdiri, kadang Renjun kurang tidak paham dengan Haechan tetapi semakin dekat dengannya Haechan itu adalah sosok paling netral yang menyebar aura positif keberadaan Haechan membawa positif yang jarang ditemukan pada orang lain.

.

.

.

Pagi tidak menjadi pagi cerah pada hari ini, Renjun melamun di depan cermin pikirannya masih melayang pada percakapan dirinya dan Haechan pada malam hari.

Pelukan dari belakang serta tangan kekar melingkari perutnya mampu menyadarkan Renjun dari lamunannya.

"Kenapa melamun hm?"

Iya, pelakunya adalah Jeno. Pria tegas itu sudah rapi dengan setelannya setelah sarapan tadi Jeno langsung pamit untuk berganti pakaian.

"Lagi mikirin pekerjaan saja"

Bohong, Renjun berbalik menghadap Jeno dibelakangnya mengalungkan tangan dileher calon suaminya.

"Jeno ikut pemeriksaan?" dengan lirih Renjun bertanya.

"Tentu saja"

Renjun tersenyum, berjinjit mengecup rahang Jeno. Anak ya takutnya Jeno.

"Jeno.."

Panggil menggantung Renjun.

"Kenapa sayang?" Renjun menatap lekat mata sipit Jeno.

"Aku nanti mau cek rahim"

Jeno merapikan rambut Renjun tidak ada raut wajah yang mampu dicurigai oleh Renjun.

"Tentu rahim kan pemeriksaan utama"

Renjun menghela nafas pelan memeluk tubuh kekar Jeno, pagi hari ini tutup seperti ini saja ya Jeno. Renjun takut keraguannya kembali hadir.

.

.

haei haeii pendek nih, selamat membaca

ENVUELLA [NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang