11.

10.5K 1.1K 15
                                    

.

.

.

Renjun diam dalam kebekuannya memperhatikan dua sosok di depannya dengan lugas menceritakan betapa rumit dan apa yang mereka tangkap mengenai jalan cerita seorang Jung Jeno yang mungkin saja hanya dibagikan pada dirinya atau ia menjadi orang kedua...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun diam dalam kebekuannya memperhatikan dua sosok di depannya dengan lugas menceritakan betapa rumit dan apa yang mereka tangkap mengenai jalan cerita seorang Jung Jeno yang mungkin saja hanya dibagikan pada dirinya atau ia menjadi orang kedua setelah istri sah dari sosok pria tegas itu.

"Renjun apapun yang terjadi dalam pernikahan atau jalan hidup mu dirumah ini tolong berbagi pada ku ya" Haechan mengenggam tangan mungil calon istri Jeno ini yang akan menjadi temannya saudara lebih tepatnya.

"Berat kisah bisa di pendam sendiri tapi itu bukan jalan yang bagus hanya jalan pintas menuju jiwa yang sakit" Renjun menatap tangannya yang digenggam erat oleh Haechan, nama Lee Haechan yang sudah berubah menjadi Jung Haechan lelaki dengan seribu pendapat dan seribu jalan pikir yang berbeda dengan yang lain pantas ia selalu menjadi konsultan yang menangani permasalahan yang atasan atau karyawan hadapi di perusahaan.

"Rumah ini sudah terbuka untuk mu, jadi semoga rumah ini menjadi 'rumah' yang selalu kamu impikan ya dan semoga Jeno mampu membuatkan hangat 'rumah' indah kalian tanpa ada sakit yang menyapa doa ku selalu ada Renjun" tidak tahan Renjun meluruhkan air matanya, baru pertama kali dalam sesal hidupnya Renjun diperlakukan seperti ini oleh seseorang diterima dengan lapang dada.

Ternyata masih ada harapan dia diinginkan dan harapakan.

"Semoga apa yang terjadi mendadak ini menjadi pintu dimana bahagia yang diharapkan hadir ya Renjun, Jeno dia baik tapi sayang hatinya terlalu lama membeku karena keras namanya disandang dan kerasnya kami sebagai orang tua mendidik tolong dicairkan ya Renjun" kali ini manusia cantik menyandag gelar ibu yang berbicara.

Renjun semakin terisak saat tahu dia dimintai tolong untuk mencairkan hati si bungsu dari keluarga terpengaruh ini membuatnya menjadi sangat dihargai untuk pertama kalinya, terima kasih.

Pelukan hangat dari seorang ibu seperti ini ya rasanya? Nyaman terima kasih telah memberikan pelukan nyaman ini untuk pertama kali.

Haechan tersenyum memberikan sapu tangannya kepada Renjun, "Sudah nangisnya masih ada perjalanan yang harus dilewati, istrinya Jeno harus kuat benar bukan eomma?" Taeyong mengangguk setuju akan ucapan dari menantunya.

Taeyong membantu menghapus derai air mata yang terus mengalir cantik membasahi pipi Renjun dan kembali memberikan Renjun cangkir teh yang berisikan teh hangat.

.

.

.

Renjun saat ini dipilihkan dalam suasan yang begitu mencekam karena seluruh anggota yang menepati rumah besar ini sedang menatapnya seakan dia adalah objek yang patut dipandang.

"Jadi ini calon menantu appa?" sang kepala keluarga membuka suara berdeham sejenak untuk mengurangi suasana menegang karena wajah dingin Jeno yang tidak menghiraukan perkataan anggota keluarga yang melontarkan pertanyaan.

"Jen ditanya appa" akhirnya si sulung membuka suara menegur adiknya untuk berprilaku lebih baik dan sopan.

Jeno menghela nafas pelan mengelap sisa makanan di ujung bibirnya, "Ya dia Renjun akan ku nikahi bulan depan" seketika Renjun tersedak mendengar ujaran Jeno, kenapa cepat sekali batin Renjun.

Haechan yang berada di samping Renjun langsung memberikan segelas air putih untuk diminum si mungil. "Pelan-pelan saja"

Tidak ada yang kaget karena semua sudah paham dengan sifat Jeno yang suka sekali mendadak dan mereka hanya memaklumi di tegur atau dihalangi akan membuat Jeno marah.

"Kalau begitu eomma bantuin persiapkan untuk acara pernikahan kalian" dengan berbunga Taeyong berbicara membayangkan akan mempersiapkan pernikahan yang membuat Jeno bahagia.

"Tidak perlu, eomma urus saja menantu kesayangan eomma yang suka berkeliaran itu"

Renjun hanya diam mendengarkan perkataan demi perkataan yang diucapkan oleh Jeno. Ia menelisik hanya ada satu orang yang Renjun ingin melihat kehadirannya. Jung Karina tidak ada disini?

"Bagaimana kalau aku saja yang membantu? Bukan kah akan mudah mempersiapkannya Renjun kerja di butik terkenal" Renjun mengangguk akan lebih baik hanya ia dan Haechan karena kalau ada ibu Jeno akan membuatnya gugup.

Jeno menatap Renjun yang mengangguk kecil hanya bisa menghela nafas pelan. Dering ponsel sungguh menggangu dilirik siapa yang menelepon hampir membuat mood Jeno memburuk.

"Akan aku suruh supir yang jemput Karina di bandara" Mark menimpali sebelum suasana hati Jeno memburuk mereka harus ada pertemuan pagi ini akan sangat tidak baik kalau suasana hati si bungsu Jung buruk.

Renjun yang mendengar Mark seketika menoleh ke arah Jeno yang tampangnya lebih mengeras dari biasanya atau memang seperti ini. Jeno sangat tahu kalau sekarang netra bulat Renjun menatapnya.

Jeno mengalihkan pandangannya bertemu netra manis milik Renjun yang seketika membulat lucu, Jeno tersenyum mengecup pipi bulat sosok mungil disebelahnya.

"Sudah sarapannya? Gantilah baju mu sudah ada dikamar" seru Jeno yang tidak tahu diri kalau Renjun sangat kaget sekarang bagaimana bisa Jeno mengecup pipinya dihadapan keluarganya?

Renjun langsung mengalihkan tatapannya menganggukkan kepala, ia akan berganti pakaian nanti setelah semua berlalu. Sepertinya tidak bisa karena Haechan sudah berdiri terlebih dahulu.

"Renjun mari aku temani" baik sekali. Sosok ini baik sekali pada Renjun suatu saat ia akan membalas kebaikan Haechan padanya, terdengar berlebihan tapi tidak dengan Renjun karena ini pertama kalinya ia diperlakukan sangat sopan dan baik seperti ini.

Renjun mengangguk ingin bergerak tetapi tidak bisa karena genggaman Jeno pada tangannya yang berada diatas paha Renjun tidak enak tetapi Jeno tidak paham dan peka.

"Astaga Jeno bagaimana Renjun bisa berganti pakaian kalau genggaman mu tidak lepas?" mulai sifat cerewet Haechan melihat tangan Renjun digenggam erat seperti itu.

Jeno mendengus langsung melepaskan tangan Renjun dari genggamannya, Renjun langsung bangkit membungkuk memberikan hormat sebelum menyusul Haechan yang sudah terlebih dahulu pergi.

"Saya undur diri terlebih dahulu" sosok mungil itu pun pergi meninggalkan tegangnya meja makan pada pagi ini.


.

.


heii heii balik lagi nih hehe..

maafkan typo yang bertebaran. selamat membaca. enjoy.

ENVUELLA [NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang