08.

10.7K 1.2K 12
                                    

.

.

.

Taeyong menatap sang anak dan menantu meminta penjelasan akan situasi yang baru saja terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeyong menatap sang anak dan menantu meminta penjelasan akan situasi yang baru saja terjadi.

"Tidak ingin menjelaskan Mark Jung?" ujar ayah dengan santai masih melahap lava cake yang di sajikan karena keinginan dari menantunya.

Mark menghembuskan nafas jengkel Jeno yang berbuat kenapa harus dia yang seperti disudutkan oleh kedua orang tahu mereka.

"Huang Renjun putra dari politikus Choi Hajoon, Jeno berencana menikahinya"

Mark memperhatikan raut wajah kedua orang tuanya apakah ada raut kaget yang terlihat tapi nyatanya tidak ada sama sekali bahkan senyuman Taeyong terlihat.

"Berarti Jeno mau menikah lagi? Berarti anggota keluarga kita bertambah" seru Taeyong terlihat sangat senang bukan kah harusnya kaget karena kabar dadakan ini? Sepertinya Mark melupakan kalau kedua orang tuanya bisa saja lebih dalam mengetahui sesuatu daripada dirinya.

"Eomma tidak masalah kalau Jeno menikah lagi?" kali ini suara Haechan dia sudah tidak bisa menampung rasa penasarannya.

Taeyong tersenyum menyuap lava cake ke dalam mulut Haechan, "Kenapa jadi masalah? Bukan kah kebahagiaan Jeno yang utama? kami sebagai orang tua sudah berbuat terlalu jauh untuk Jeno bahkan atas mana kebahagiaan kami menodai definisi bahagia Jeno sendiri" ujar Taeyong terlihat raut menyesal di wajah ayu yang sedang dimakan usia itu.

Haechan tersenyum memeluk ibu mertua yang sudah seperti ibu kandungnya ia akan menjadi ibu seperti Taeyong jadi mulai sekarang ia banyak belajar dari sosok kuat ini mulai dari mendidik dan membahagiakan anak dengan caranya sendiri.

"Kalau begitu tolong sayangi Renjun seperti eomma menyayangi Haechan ya" Haechan dapat rasakan pelukan balasan dari Taeyong merasakan bahunya basah dan bergetar.

Haechan mengelus punggung kokoh ibu hebat ini yang sudah rela menjadi tameng untuk putranya. "Eomma terima kasih sudah melahirkan dua putra yang hebat, sampai kapan pun anak laki-laki akan menjadi milik ibunya sampai mati"

Taeyong semakin tersedu mendengar penuturan Haechan menantu yang sangat ia sayangi menjadi satu-satunya yang selalu memahami dirinya tanpa menghakimi.

Isakan tangis Taeyong dan senyuman Haechan yang menenangkan ibu mertuanya tidak luput dari penglihatan Mark dan Jaehyun yang ikut tersenyum melihat kedekatan kedua orang tersayang mereka.

"Jadi calon menantu ku putra dari Choi Hajoon?" tanya Jaehyun meyakinkan diri.

Mark menganggukkan kepala, "Benar appa" Mark melihat ayahnya menyesap wine digelas mewah miliknya.

"Choi Hajoon sepertinya perjuangan anak nakal itu tidak mudah" Taeyong yang mendengar perkataan sang suami langsung menoleh melepaskan pelan pelukan Haechan.

"Maksudnya?" Jaehyun tersenyum mengelus pipi sang istri.

"Istrinya yang menghancurkan acara flower of day mu mingga lalu" mata Taeyong melotot sempurna apa-apaan ini dia akan berbesanan dengan wanita kurang ajar itu.

"Wah luar biasa eomma wanita itu beneran ibu Renjun appa?" Haechan menutup mulutnya tidak percaya karena dengan mata kepalanya sendiri ia melihat wanita sombong itu menghancurkan acara sakral sang ibu.

Jaehyun menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan sang menantu, Taeyong tentu saja kaget bahkan ia lebih kaget saat tahu wanita itu akan menjadi besannya daripada Jeno yang secara tiba-tiba tanpa membicarakan ternyata ingin menikah lagi.

"Itu bukan masalah untuk saat ini, Renjun harus dilindungi dari Karina bukan seperti itu eomma?" Mark bersuara dengan santai menyesap wine dan menghapus sisa makanan disudut bibir istrinya.

Taeyong tentu saja akan melindungi Renjun dari Karina.

"Renjun akan tinggal di sini bersama kita" Taeyong menatap tidak percaya pada suaminya.

Jaehyun mendapatkan tatapan tidak mengenakkan dari sang istri.

"Bukankah bila ia tinggal disini istri manis ku ini bisa 24 jam mengawasi Renjun?" goda Jaehyun yang langsung mendapatkan cubitan dipinggang karena ingatkan saja masih ada Haechan dan Mark.

.

.

.

Jeno tergesa melangkah kan kakinya menuju kamar yang menujukkan nomor 2304 di salah satu apartemen sederhana yang ada ditengah kota.

Jeno menyipitkan matanya menajamkan pandangannya melihat sosok mungil yang terbalut selimut tengah tertidur di sofa Jeno langsung saja menghampiri sosok mungil tersebut.

"Selamat malam tuan muda" serempak bodyguard dan tangan kanan kepercayaannya menyapa hormat.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Jeno meraih tangan kiri Renjun dan mengecupnya sekilas.

"Tuan Huang pingsan karena terlalu terkejut dan akibat tarikan yang sangat kuat pada rambutnya tuan" penuturan tangan kanannya membuat emosi Jeno memuncak.

"Dimana manusia sialan itu?"

"Mereka sudah kami amankan ke apartemen yang tuan perintahkan" Jeno mengangguk mengangkat tubuh mungil Renjun.

"Siksa mereka berdua jangan berhenti sebelum aku tiba dilokasi" perintah Jeno melangkah pergi dengan Renjun digendongannya.

Mobil Jeno melaju menuju kediamannya lebih tepat kediaman orang tuanya dengan tangan yang fokus mengenggam tangan mungil Renjun yang terasa dingin.

Jeno kembali menggendong Renjun masuk kedalam rumah mewah orang tuanya tapi yang tidak ia sangka ternyata sang ibu lah yang membukakan pintu besar tersebut.

"Astaga ini menantu eomma?" pekik Taeyong terlalu gemas melihat sosok yang tengah digendongan sang anak.

Jeno tidak peduli dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar tamu yang berada di lantai bawah meniduri tubuh mungil terbalut selimut baby blue seperti bayi batin Jeno.

Jaehyun, Taeyong, Mark dan Haechan berdiri dibelakang Jeno melihat begitu tatapan berbeda dari bungsu keluarga Jung.

Jeno mengecup sekilas kening Renjun dan merapikan rambut halus dari sosok mungil yang akan menyandang nama keluarganya.

"Haechan aku titip Renjun" ujar Jeno langsung diangguki oleh Haechan walaupun Jeno tidak melihat dirinya.

Taeyong memasang wajah sedih kenapa tidak menitipkan padanya? Haechan yang melihat raut sedih ibunya mengelus bahu sang ibu.

"Eomma maukan bantu Haechan jaga Renjun?" bisik Haechan ia juga tidak mungkin bisa menjaga Renjun terus dikarenakan kehamilannya.

Taeyong yang mendengar bisikan Haechan langsung mengangguk setuju.

"Eomma dan Haechan yang akan menjaga Renjun" seru Taeyong, Jeno yang mendengar perkataan sang ibu hanya diam

Tidak lama ia berdiri dari duduknya memperbaiki posisi selimut Renjun yang menutupi tubuh mungilnya.

"Aku harap menjaga yang eomma katakan adalah menjaga yang sungguhan" setelahnya Jeno berlalu meninggalkan Renjun dan keempat orang disana.

Taeyong tersenyum mendengar perkataan sang bungsu semoga Jeno menjadi putra bungsunya seperti dahulu sebelum kepercayaannya dirusak oleh orang tuanya sendiri.


.

.

haeii haeii balik lagi nih dengan cerita noren.

maafkan typo yang bertebar, selamat membaca.

ENVUELLA [NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang