-
Cukup lama sampai mereka ke tempat tujuan awal. Di sini sekarang Lusya, duduk di depan rak novel roman favoritnya. Membaca setiap synopsis novel yang menarik perhatiannya.
Railin yang tidak terlalu suka dengan buku kini sedang memainkan ponselnya menunggui Lusya dan Rico yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Kedua kakak beradik tersebut memang mirip dari segi sifatnya.
Railin sedang mencari keberadaan seseorang yang terus saja mengganggunya melalui pesan singkat ponsel. Orang tersebut sudah bilang kalau dirinya sampai ke Gramedia tapi Railin belum melihat sosoknya. Sampai akhirnya orang tersebut sudah berdiri tegap di belakangnya.
"Ngagetin aja anjir."
"Mana Lusyanya?"
"Noh selonjoran di bawah, udah kayak rumah sendiri nih gramed."
Ia tersenyum. Cukup melihat Lusya duduk di lantai saja sudah membuatnya tersenyum semanis itu. Sepertinya kini Lusya punya sumber pahala tambahan, Lusya terus saja membuat seseorang bahagia tanpa disadari olehnya.
"Yaudah gue duluan lah."
Alusya sedang bimbang harus memilih novel yang mena Sekarang. Ada tiga novel yang menarik, tapi dia tidak boleh membeli ketiganya. Selang lama ia menimbang -nimbang, hatinya telah mantap memilih dua buku dan mengembalikan satunya dengan sedikit rasa tidak ikhlas.
"Ambil aja, dari pada nanti sampai rumah nyesel nggak jadi beli."
"Ngagetin aja. Ngapain lo disini?" Alusya terkejut dan membalikkan dirinya, melihat Aldino yang ternyata sudah ada di belakangnya entah sejak kapan.
"Bukannya ini tempat umum ya?"
"Gue tahu lo. Nggak akan yang namanya Aldino memasuki tempat penuh hal positif seperti tempat ini."
"Sok tahu. Tempat kayak Gramedia gini udah kayak tempat tongkrongnlah buat Dino."
"Terserah lo deh. Capek lama-lama kalau debat sama lo."
"Kamu kesini sama siapa?" Aldino terus mengikuti langkah Alusya yang berhenti di kasir.
"Lo ngapain dah ngikutin gue mulu?"
"Kamu kesini sama siapa Lusya?"
"Huh." Lusya menghembuskan nafasnya agak kasar. Pertanyaannya kan belum dijawab.
"Sama bang Rico sama Railin." Lusya mulai mencari keberadaan Railin yang ia yakini tadi menunggunya di salah satu kursi baca. Lusya tidak dapat menemukan Railin di tempatnya. Kemana gadis itu? Apa sedang mencari buku? Mungkin saja ia mulai tobat dan mulai tertarik dengan persatuan kertas-kertas tersebut.
"Gue duluan ya, mau nyari Railin."
Lusya mulai mengitari toko besar penuh buku dan alat sekolah tersebut. Ia juga berusaha menghubungi Railin dan Rico tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALusya
Teen Fiction"Sya." "Hmm?" Lusya menjawab seadanya karena makanan masih ada dimulutnya. "Kayaknya aku suka deh sama kamu." - "Jangan senyum!" "Kamu cantik kalau senyum. Senyum-senyum mulu bikin deg-degan tahu nggak?!" Protes Aldino dengan wajah serius. - - Alus...