-
Mentari kembali menyinari bumi dengan sinarnya. Menghangatkan lagi udara dingin karena hilangnya sang mentari sebelumnya.
Alusya sedang menyirami bunga-bunga cantik milik sang mama. Ia sebenarnya tidak begitu suka bunga. Ia mau menyiraminya karena tidak mau mengerjakan tugas rumah lain. Mengingat bahwa hari minggu sudah seperti pelatihan menjadi ibu rumah tangga baginya.
Selesai menyiram bunga, Lusya hendak menyelinap masuk ke kamar agar tidak ketahuan mamanya. Ia sangat malas bersih-bersih. Cita-citanya saat ini adalah menjadi sukses, entah sukses dalam bidang apa yang penting saat punya rumah sendiri ia tidak perlu bersih-bersih sendiri.
"Mam, Lusya mau tidur jam segini!" Adu Rico dengan suara lantangnya.
Lusya terkejut karena ia kira di ruang keluarga tidak ada orang. Ternyata ada kakaknya yang tiduran dengan ponselnya disana.
"Nggak, gue mau ngambil hp doang." Lusya beralibi. Ingin rasanya ia jadi laki-laki saja agar saat hari libur ia tidak perlu menjadi babu, cukup selonjoran sambil main handphone.
Lusya kembali menaiki tangga menuju kamarnya dan segera turun setelah mendapatkan barang yang ia ingin ambil. Sampai di bawah ia ingin mendudukkan dirinya di sofa sebelah kakaknya sebelum suara sang kakak menghentikannya.
"Mau ngapain?"
"Duduklah." Lusya melanjutkan gerakannya untuk duduk di sofa.
"Mama masih masak noh, bantuin lah."
"Kenapa nggak abang aja yang bantuin. Dari subuh sampai jam 8 lo kan cuma selonjoran nonton tv, baca buku, main handphone. Kayak bos aja."
"Kenapa harus gue? Kan ada lo yang perempuan."
"Dimana letak keadilan di rumah ini. Gue itu hidup dengan prinsip kesetaraan gender. Teman gue juga ada laki-laki tapi bersih-bersih rumah."
"Gue juga bersih-bersih rumah. Noh kamar gue kinclong."
"Itu kan emang wilayah pribadi lo. Nggak akan ada yang ngebersihin kalau nggak dibersihin sendiri."
"Nih ya, teman lo yang bersih-bersih rumah itu palingan juga anak tunggal jadi nggak ada pilihan lain selain dia yang ngebantu buat bersih-bersih. Kalau gue kan masih ada lo yang ngebantuin."
Sungguh Rico sangat menjengkelkan. Lusya menggapai bantal sofa disebelahnya dan ia gunakan untuk memukul-mukul Rico. Rico hanya pasrah dan berusaha melindungi dirinya dengan tangan. Salahnya sendiri memang mengusik singa yang sedang kelelahan.
"Udah-udah nggak usah pada berantem, masakannya udah matang semua. Ayo sarapan." Yulia memisahkan kedua anaknya sebelum rumah kembali berantakan karena ulah keduanya.
Lusya menghentikan pukulannya kepada Rico dan membanting bantalnya ke wajah sang kakak. Ia langsung lari menuju meja makan sebelum Rico membalasnya.
Lusya, Rico, dan Yulia makan dengan tenan sambil sedikit bercengkramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALusya
Teen Fiction"Sya." "Hmm?" Lusya menjawab seadanya karena makanan masih ada dimulutnya. "Kayaknya aku suka deh sama kamu." - "Jangan senyum!" "Kamu cantik kalau senyum. Senyum-senyum mulu bikin deg-degan tahu nggak?!" Protes Aldino dengan wajah serius. - - Alus...