ALusya12

13 1 0
                                    

"Sebuah kenyamanan yang bahkan dirasa tanpa sadar."

~ALusya12~

~ALusya12~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

'Kenapa manis banget. Nggak, ini nggak baik buat jantung gue.'

Alusya lebih dulu memutus kontak mata.

Aldino sepertinya sedang kelewat bahagia. Sepanjang perjalanan menuju play zone senyum tidak pudar dari wajahnya. Mungkin menggandeng tangan Lusya sekarang adalah hobi baru juga bagi Aldino. seperti serakan refleks darinya setiap bersama Alusya. Lusya sendiri entah mengapa sudah tidak merasa terusik lagi saat Aldino menggenggam tangannya. Tanpa sadar ia pun ikut menautkan jemarinya pada jari Aldino.

Setelah membeli kartu koin Aldino dan Lusya menyusuri segala permainan yang ada di tempat ini. Waktu tidak terasa sampai semua permainan mungkin sudah mereka coba.

Masih ada sisa koin di kartu mereka. Aldino memilih menarik Lusya menuju tempat capit boneka berada. Ia ingin memberi satu boneka untuk Lusya.

"Emangnya bisa main ginian?"

"Dicoba dulu dong Sya. Kayaknya sih gampang."

"Kiyiknyi sih gimping. Sok-sokan."

Benar saja Aldino berhasil mendapatkan boneka anak ayam yang sangat lucu. Aldino menaik turunkan alisnya, Alusya tertantang karena itu.

Alusya mencoba permainan tersebut dengan hati-hati. Sialnya ia gagal mengambil salah satu boneka didalam mesin tersebut.

Aldino tersenyum mengejek membuat Alusya semakin tidak menerima kekalahan. Ia mencoba lagi dan gagal lagi.

"Au ah, mesinnya jelek. Mau pulang aja."

"Alasan aja. Sini biar aku coba lagi." Aldino mendapatkan satu lagi. Sial kenapa dia sangat mahir memainkan permainan itu, membuat Lusya kalah saja.

Lusya yang merasa kalah segera keluar dari play zone. Aldino menyusul gadis ambekan tersebut.

"Gitu aja ngambek." Aldino kembali meraih tangan Lusya untuk digenggamnya. "Makan dulu yuk!"

Alusya mengikuti langkah Aldino. Perutnya sudah lapar sekarang. Siang tadi ia tidak makan dan ini sudah sore. Perutnya lebih penting dari pada permainan ambekan yang biasa ia mainkan.

Aldino mengajak Alusya memasuki salah satu restoran ayam di dalam mall. Mereka memakan makanan mereka dengan sesekali bercanda tentang kegiatan mereka tadi.

Aldino menyelesaikan makannya lebih dulu dari Lusya. Ia sibuk memperhatikan Lusya makan dan mendengar ocehan tidak penting gadis tersebut. Tatapannya, mata itu sungguh menyatakan ketulusan didalamnya.

"Beneran, tadi Railin nyuruh gue minum parachetamol padahal kan yang luka cuma lutut. Katanya buat mencegah demam, emangnya gue anak kecil. Jatoh dikit langsung demam." Wajah ceria Alusya sungguh mengalihkan Aldino, ia bahkan tidak memahami apapun yang diceritakan Lusya.

ALusyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang