-
-
-Lusya dan Rico langsung turun dari mobil setelah sampai ke toko besar tiga tingkat yang semuanya berisi kain, toko ini selalu ramai setiap Lusya kemari.
Lusya dengan semangat menaiki lantai dua, tempat dimana jenis kain yang ia butuhkan berada.
Ia langsung melihat gulungan-gulungan kain untuk memperhatikannya lebih dekat. Ia menunjukkan dua gulungan kain berwarna biru dengan motif bunga-bunga kecil yang ia rasa cocok dengan dress yang ia desain untuk dirinya sendiri.
"Bagusan mana?" Tanya Lusya pada sang kakak yang dari tadi ada di dekat Lusya menemaninya memilih kain.
Rico menunjuk gulungan kain yang ada di tangan kiri Lusya. Kain tersebut berwarna light blue dengan corak yang manis.
"Selera lo norak ya bang. Ini terlalu cetar buat gue. Mencolok banget."
Rico hanya menggelengkan kepalanya pasrah. Dia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, karena hari-hari sebelumnya juga begitu. Ia tadi menunjuk tanpa berfikir. Rico sudah tau bahwa adiknya itu sudah punya pilihan, hanya meminta pendapat orang lain yang pada akhirnya juga tidak merubah pilihan adiknya tersebut.
"Mbak saya ambil yang powder blue ini 3 meter ya." Pinta Lusya pada salah satu karyawan dengan ramah.
"Baik kak." Ucap karyawan tersebut tidak kalah ramah.
"Saya tinggal sebentar ya mbak, mau liat-liat kain lain."
"Oh iya silahkan."
Lusya naik ke lantai tiga untuk melihat kain-kain khusus untuk membuat baju pesta. Jangan lupakan Rico yang masih mengekori Lusya dari tadi. Bukannya bagaimana, ia hanya takut adiknya tersebut kalap jika tidak ditemani.
"Ih bagus banget bang!" Pekik Lusya senang mendapati kain brokat coklat tortilla yang sedikit berkilau.
"Yaudah ambil kalau bagus. Kan baru beli satu tadi." Ucap Rico dengan santainya. Tidak tahu saja dia kalau ia membeli brokat, berarti juga harus membeli satin serta furingnya.
Lusya tersenyum licik menghadap kain-kain cantik ini. Karena kakaknya yang terlihat santai jadi ia akan membeli apapun yang ia inginkan hari ini.
"Ini kayaknya kalau aku buat badan atas doang 1,5 udah sisa deh." Lusya berbicara sendiri, menimbang-nimbang jumlah kain yang akan ia beli.
"Mbak tolong potongin ini 1,5 meter, terus kain tile yang satu tingkat lebih gelap dari ini juga ya. Kain tilenya 2,5 meter. Sekalian satinnya yang warna agak cerah dari brokatnya ya mbak, 2,5 meter."
Rico kaget dengan penuturan Lusya pada pelayan tersebut an menariknya menjauh dari pelayan tersebut.
"Kok jadi beranak, banyak banget." Bisik Rico pada adiknya.
"Ini udah gue diskon bang. Harusnya lebih bagus kalau pakai furing, tapi yaudah lah nggak pakek juga nggakpapa." Ucap Lusya dengan tidak tau dirinya.
Rico hanya bisa pasrah. Jika saja Lusya ini bukanlah adiknya, ia pasti akan membuang Lusya ke tong sampah depan toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALusya
Teen Fiction"Sya." "Hmm?" Lusya menjawab seadanya karena makanan masih ada dimulutnya. "Kayaknya aku suka deh sama kamu." - "Jangan senyum!" "Kamu cantik kalau senyum. Senyum-senyum mulu bikin deg-degan tahu nggak?!" Protes Aldino dengan wajah serius. - - Alus...