Erik, sangat kaget membaca surat itu air matanya mengalir. Vino yang melihatnya sangat penasaran ia pun mengambil surat itu lalu membacanya, selesai membaca ia juga sontak kaget membacanya.
"darimana ayah harus mencari uang sebesar itu, tapi jika ayah tak bisa memberi mereka uang itu maka al akan mati. Apa yang harus ayah lakukan uang ayah tak sebanyak jumlah itu", jelas erik
"sungguh jahat sekali mereka, ayah sekarang kita cepat untuk ke kantor polisi. surat ini bisa menjadikan petunjuk", jelas vino
"tetapi kit tidak bisa se enaknya mengambil al, kita harus membawa uang itu terlebih dahulu agar kita bisa mendapatkan alvian", ucap erik dengan mengulang
"ayah akan menjual rumah dan kendaraan. Ayah yakin dengan menjual rumah ini dan kendaraan akan cukup", ucap erik yang membuat vino kembali terkejut
"jika kita jual rumah ini, kita akan tinggal dimana?", Tanya vino
"Ayah akan mencari kontrakan, tapi sebelum itu kita berika uang itu terlebih dahulu agar al cepat kembali dengan kita. Setelah itu ayah akan membeli kontrakan", jelas erik
vino hanya menghela nafas, ia hanya pasrah dengan keadaan sekarang.
"yaudah ayo kita pergi, agar adik kamu cepat kembali sama kita", ujar erik lalu beranjak dari kursinya, baru saja ia ingin berjalan tiba tiba saja langkah berhenti
"kemana? ayah beneran mau lakuin hal ini? vino harap ayah pikirkan lagi baik baik. jika ayah lakukan hal itu, kita bisa kehilangan semuanya kita bakalan susah yah...", jelas vino yang tak terima
erik membalikkan badannya lalu ia berkata...
"ayah melakukan ini agar ayah tidak merasa bersalah! harta bisa kita cari vin tapi jika kita kehilangan alvian ga bisa dicari vin yang ada hanya penyesalan. keadaan adik kamu lebih penting!", jelas erik dengan nada tinggi
vino semakin bingung dengan ucapan ayahnya, apa yang dimaksud dengan merasa salah? Apa yang disembunyikan dengan erik.
disela sela waktu itu, aji dan rico datang mereka sangat kaget melihat vino dan erik yang sedang ber'adu mulut. mereka berjalan perlahan mendekati arah vino dan erik.
"merasa bersalah? apa yang ayah maksud dari kemarin ayah mengucapkan hal itu terus menerus? vino ga paham!?", tanya vino tersulut emosi
"lupakan, sekarang kita pergi dan kita harus lakukan", Ucap erik
"vino ga habis pikir dengan pola pikir ayah, ayah pikir ga sih kalau kita lakuin itu membuat kita sengsara. Lagi pula ini salah alvian, vino sudah berpesan dengan dia berkali kali "jangan kemana mana!" Tapi dia selalu keras kepala dan mengikuti keinginannya sendiri", Jelas vino
ucapan vino membuat erik semakin memanas, kini tamparan mendarat di pipi vino. vino memegang pipi nya, aji dan rico bingung barus berbuat apa tetapi mereka juga tak suka dengan ucapan vino.
"sungguh tega ayah menampar vino seperti ini, ayah terus menerus memikirkan alvian menyayangi alvian. Tapi vino dibiarkan seperti ga ada yang urus!", ucap vino sakit hati
"tapi asal lo tau vin, ucapan lo itu sungguh bodoh... lo bisa bisanya bilang seperti itu, itu adik lu. bokap lu bukannya ga sayang sama lu tapi bokap lu sedang dikeadaan bingung ia ga tau harus melakukan apa! lu belum tau rasanya kehilangan", Sambung aji dengan emosi kepada vino
"sudah sudah jangan bertengkar, bertengkar seperti ini tidak ada selesai nya ga akan bikin selesai masalah", sahut Rico
"sudahla, aku harus pergi", ucap erik lalu pergi
namun sekali lagi langkah nya terhenti kan oleh pertanyaan rico.
"ada apa? kenapa mas seperti kebingungan dan terburu buru", Tanya rico
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMANA KELUARGAKU?
Short StorySebuah keluarga yang kaya raya, dan keluarga paling heboh dan selalu asik. tetapi sekarang keluarga ini tak seheboh dan seasik seperti dulu. karena mereka telah kehilangan adek/anak putranya. penasaran cerita selanjutnya apa? yuk dibaca