1. Who I Am ?

196 13 1
                                    

08.12 waktu Finlandia.

Aku berjalan menyusuri ruangan demi ruangan hendak menemui seseorang yang menetap pada salah satu tempat di bawah atap apartemen ini. Langkahku semakin kusigapkan tatkala tahu sebentar lagi aku akan sampai.

Namaku Dzemila Elmadina Sara, aku sekarang juga telah menyandang gelar sebagai mahasiswa di negeri pendidikan terbaik di dunia, Finlandia, dan kedatanganku di gedung apartemen yang tidak begitu megah ini hendak menemui seseorang yang sama-sama berasal dari negeri asalku juga.

Kuketuk sopan tiga kali pintu coklat di hadapanku sembari memberi salam layaknya umat muslim lainnya. Sampai akhirnya seseorang dari balik pintu berbusana rapi hendak berangkat kerja menampakkan diri bersama senyum mengembangnya.

"Wa'alaikumussalam, can I help you something?" ujarnya mempertanyakan maksud kedatanganku.

"Hai Kak Auro, aku Alma. Senang bisa bertemu Kakak di Finlandia," balasku.

Bisa kusaksikan sendiri raut terkejut tiba-tiba memancar di wajahnya mendengarku berbahasa dari negeri asalnya, dia juga segera mempersilakan aku masuk sebagai seorang tamu yang menjenguknya.

"Kamu orang Indonesia?" tanyanya setelah beberapa saat duduk saling berhadapan di kursi.

"Iya. Aku asli Bandung, Kak, sama kaya Kak Auro. Kakak apa kabar?"

"Tunggu ... tunggu ... kamu kenal aku dari mana?" Kak Auro semakin penasaran. Sangkaannya mungkin aku adalah seorang mata-mata.

Sejenak aku memilih terdiam membiarkan beberapa detik waktu luap menenangkan kepalaku hendak menceritakan secarik kisah tentang diriku dan saudara-saudaraku agar lebih jelas tersampaikan dan khidmat terdengar.

"Aku Alma, Kak—" lirihku dibarengi senyum memperkenalkan.

Ya, namaku Alma, diambil dari suku kedua nama lengkapku, Elmadina, yang lebih nyaman dipanggil Alma. Dua tahun kemarin usiaku masih 16 tahun, setahun lebih muda dari usia-usia anak SMA kelas dua pada umumnya, dan Kak Auro adalah kakak kelasku meski kami tak pernah satu sekolah. Sudah sejak dulu aku ingin sekali menemui Kak Auro, namun tak pernah kesampaian. Aku bersyukur hari ini akhirnya tiba. Aku bisa menemuinya, mengobrol dengannya sepuasku.

Statusku masih seorang anak dari pasangan yang tak mungkin tak dikenal oleh Kak Auro, orangtua kami dulunya berteman baik dan kuharap kami juga bisa seperti mereka. Aku juga seorang adik dari dua orang kakak lelakiku, Kak William dan Kak Danial. Hanya saja Kak William dan kami tidak begitu akrab, bahkan setiap pertemuan kami bertiga tak pernah terdengar seru, malah hanya menyerbakkan suasana saling canggung-mencanggungi.

Di masa itu aku masih serumah dengan Kak Danial dan Tante Reina, adik Ayah yang terakhir. Tante Reina tidak memiliki seorang anak pun, setidaknya itulah yang menjadi alasan Kak Danial memilih meninggalkan Bandung hendak diasuh oleh Tante Reina saja di Jakarta daripada harus mengikut Ayah ke Amerika.

Biar kuperkenalkan mereka terlebih dahulu.

Kak Danial, dia adalah sosok kakak yang sangat baik, hampir setiap hariku habis bersamanya. Aku tak pernah melihat seseorang yang menyayangiku lebih dari Kak Nial, dia selalu membawaku bagai teman genggaman tangannya ke mana pun dia berjalan. Kak Danial juga seorang mahasiswa sekaligus content creator YouTube, hari-hari kesibukannya hanya berkuliah di prodi Sistem Informasi atau mengajakku mencari bahan untuk channel-nya.

Berbeda dengan Kak William, melihatnya pun hanya setahun sekali saja, dia tinggal bersama Ayah dan Mama di Amerika, sesekali dia pulang hanya ketika lebaran saja bahkan hampir seluruh saudara sepupuku pun tak ada yang begitu mengenalnya. Kak William adalah anak pertama Ayah dari Mama Ariana, sebelum akhirnya sebuah kecelakaan menimpa Mama Ariana di usia lima bulan Kak William. Ayah lalu memutuskan untuk mencari pengganti Mama Ariana, dan bertemulah Ayah dengan Mamaku sekarang. Mama yang lebih dikenal Kak William sebagai Maminya melebihi siapa pun.

DZEMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang