MALAM kini menyingsingkan gelap, setelah menonton ulang live Instagram yang dilakukan sore tadi, aku langsung mencari sosok penanya yang sudah kuincar sejak tadi. Aku hanya penasaran siapa sebenarnya dia. Sekalipun dia adalah teman Kak Willi, setidaknya aku bisa mengenalnya saja.
Dapat!
Segera ku-stalking isi postingan-postingan akunnya.
"Aura Fatimah Ahmad, oh orang Bandung juga ternyata," lirihku sedikit speechless.
"Wow, sering menang pertandingan kayanya nih, etalasenya banyak piala. Tapi kenal Kak Willinya dari mana, ya? Gak ada foto bareng mereka kayanya nih. Hmmm, apa aku DM langsung aja kali, ya? DM aja deh, semoga dia nggak sibuk!" putusku segera membuka fitur massage dalam aplikasi di Instagramku.
Emmawatsonind
Hai kak.Emmawatsonind
Aku Alma, yang live tadi di instagram Nicko. Salam kenal.Heuh, sepertinya dia banyak urusan, balasannya sangat lama. Bahkan pada menit kelima belas kududuk di meja belajarku dia masih tak kunjung membalas. Berbagai macam gaya menunggu pun telah kulakukan, dari hanya diam di kursi sampai berguling di kasur sekalipun.
"Ngapain sih?" sahut Kak Nial tiba-tiba sudah berdiri di cela pintu kamarku yang terbuka.
"Hah? Enggak,"
"Dipanggil Tante Reina tuh. Pony nggak mau makan tiba-tiba,"
"Haah? Kok bisa?" ujarku memutuskan segera keluar dalam keadaan setengah panik. Ada apa lagi dengan kucing peliharaan Tante Reina itu.
Langkahku sigap menuju lantai bawah, di sana benar Tante Reina sibuk sendiri memeriksa apa yang salah pada Pony, kucing putih yang dipelihara dua tahun belakangan ini. Sengaja kuberi nama Pony terinsipirasi dari film animasi My Little Pony yang sering kutonton dulu.
"Pony kenapa, Tan?" tanyaku ikut cemas.
"Enggak tahu, tiba-tiba aja makanannya nggak dimakan dari tadi siang. Apa dibawa ke dokter hewan aja?"
"Bawa aja deh, Tan, takut Ponynya ada apa-apa. Aku ikut," kataku.
"Terus yang jaga rumah siapa?" sahut Kak Nial memelas.
Aku paham maksud pertanyaannya, dia memintaku yang di rumah saja, kan?! Kali ini tidak akan, aku tetap bersikukuh tidak mau ditipudaya lagi. Pony adalah tanggung jawabku bersama Tante Reina dan Kak Nial tak punya hak apa pun!
Aku dan Tante Reina segera menuju ke klinik hewan mengobati Pony yang murung sepanjang waktu. Aku ikut cemas menyaksikan kucing putih tersebut tengan ditangani dokter spesialis hewan.
"Pony tidak apa-apa, nanti hanya perlu disuntik vaksin supaya lebih sehat. Setelah itu boleh dibawa pulang lagi," ujar pak dokter.
"Alhamdulillah, kirain Pony kenapa-kenapa tadi, Dok, tiba-tiba lemes gitu Pony, jadi panik juga liatnya," kata Tante Reina sangat mengkhawatirkan Pony yang jarang-jarang tidak melompat sana-sini.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, nanti kita vaksin dulu sebelum pulang, ya,"
"Baik, Dok,"
KAMU SEDANG MEMBACA
DZEMILA
Teen FictionDia selalu berdetak setiap aku rindu dengan senyumnya lagi, seperti setiap rindu yang selalu terbayar lunas mengingat dia menyatu denganku sekarang. "Hai, Wil. Long time no see, kita udah dua tahun nggak ketemu ya, dan baru sekarang bisa ngobrol lag...