Jeongguk tergesa. Membereskan apapun yang ada dimeja dan mengambil kunci mobilnya.
Ibunya bilang hari ini ia akan keluar kota bersama sang ayah. Mendadak memang, oleh karena itu mereka menghubungi Jeongguk.
Adiknya belum dijemput dari sekolahnya. Dan bodoh, ia lupa melihat jam.
Jeongguk sehabis rapat bersama teman-temannya. Biasa, ketua BEM ini memang sangat-sangat sibuk. Salah satunya menyeletuk bahwa mereka sudah rapat selama 3 jam. Dari situ Jeongguk bertanya, memangnya jam berapa sekarang?
"14.30"
Sial, adiknya pulang pukul 12 siang. Dan ini sudah 2 jam lebih.
Itu yang membuat Jeongguk berlari keparkiran dan langsung menancap gas menuju sekolahan adiknya.
.
.
.
Sepi, dan kosong.
Oh Tuhan, dimana adiknya? Satpam bilang sudah tidak ada lagi anak yang menunggu sejak 1 jam yang lalu.
Jeongguk tak lupa mengucapkan terimakasih dan segera pergi dari sana. Mencoba mengingat-ingat tempat yang sering adik kecilnya itu kunjungi.
"Ah, Taman!"
Tempat itu berada tepat dibelakang sekolah ini. Tapi memang harus melalui jalan memutar.
Sesampainya disana, ia tidak melihat siapa pun kecuali para pasangan-lupakan tidak berguna, yang terpenting adalah adiknya.
Pemuda 20 tahun itu berusaha tenang. Mengingat lagi tempat mana yang harus ia kunjungi.
.
.
.
Sudah pukul 5 sore dan adiknya belum ketemu juga. Rambut raven itu sudah kusut karena digasak frustasi.
Harusnya ia memasang alarm tadi, pikirnya.
Sedang diam tiba-tiba saja dipikirannya melintas strawberry. Adiknya itu penggila makanan itu.
"Benar juga! Kenapa tidak terpikir sih?!"
Akhirnya ia menuju tempat yang menjadi harapan terakhirnya untuk menemukan sang adik.
Moon Cafe
Ting!
Setelah memperbaiki penampilannya ia segera masuk kedalam. Bertanya pada pegawai disana dimana sang manager, dan pergi kesebuah ruangan.
Dari luar, ia bisa mendengar suara tawa menggemaskan didalam sana. Sudah tertebak pemiliknya, siapa lagi kalau bukan sang adik,
"Taehyung?"
Sang empu nama menoleh. Tersenyum lebar dan melangkahkan kaki kecil itu untuk berlari. "Hyung!" Sapanya. Mendongak untuk memperlihatkan wajah cemberut dan bibir mengerucutnya.
"Kenapa lama sekali? Tae sudah tunggu lama-lama disekolah tapi tidak datang-datang. Untung saja ada Jimie Hyung." Ia mengoceh lucu sekali, sampai Jeongguk tak tahan untuk mengangkat tubuh kecil itu dan menciumi pipinya.
Taehyung mendorong kecil wajah kakaknya itu. "Kenapa cium-cium?"
"Kenapa tidak boleh?" Jeongguk malah bertanya balik. Sedangkan Taehyung mencebik.
"Terimakasih Jim."
"Tenang saja. Tapi, untung aku lewat sana. Saat kutanya, dia sudah menunggumu lama tapi tak kunjung datang. Jadi ya kubawa saja ke kafeku." Jelas Jimin.
"Kenapa tidak menelpon?" Jeongguk mengernyit. Dibalas tawa renyah oleh pemuda sipit itu, "Kupikir kau akan tau."
"Kau pikir aku cenayang, hah?!"
"Yang terpenting 'kan sudah ketemu. Lagipula aku berencana mengantarnya pulang kok jika kau tidak datang tadi."
"Cih."
"Hyung pulaaaaang, Tae mengantuk." Taehyung menengahi debat mulut itu. Tangannya mengucek kedua matanya yang memerah.
"Iya kita pulang. Ucapkan sampai jumpa pada Jimin." Jeongguk membenarkan gendongannya dan mengambil Tas sekolah milik Taehyung.
"Dah Minie Hyung, besok ingin cheesecake lagi~"
Sedangkan Jimin mengusak gemas surai madu tersebut. "Tentu saja. Tae boleh datang kapan saja, dan cheesecakenya akan selalu ada."
"Dah Jim, aku pulang. Dan berhentilah menculik adikku, sialan. Kau selalu menculiknya sejak ia baru bisa merangkak!"
"Biarkan saja, dia adikku juga kok!"
End.
Jeon Jeongguk (20 years)
Jeon Taehyung (6 years)
Lucu ya, pen culik 😖
KAMU SEDANG MEMBACA
Little! Taetae ><
Short StoryBerisi kumpulan cerita-cerita Taehyung kecil sama para hyung-hyungnya! Child! Tae Old! All