Suddenly, I became a prince

590 92 10
                                    

Taehyung bingung. Sedari tadi Noona-noona pelayannya itu sibuk sekali mendandani dirinya. Ia sampai pusing sendiri.

"Jisoo," Taehyung menarik-narik baju yang Jisoo gunakan. Membuat wanita itu menoleh. "Ya, Pangeran? Ada apa?"

"Kenapa lamai sekali? Tae pusing."

"Tentu saja karena―"

Ucapan Jisoo terpotong kala pintu kamar pangerannya itu terbuka. Menampakkan Seokjin dengan dua bodyguard dibelakangnya.

"Eh? Seokjin? Kenapa dia kemari?"

Ini 'kan tidak ada dalam cerita!

"Salam Pangeran, semoga Tuhan memberkati anda. Saya kemari untuk menjemput anda atas perintah Yang Mulia."

Tuh 'kan! Ini tidak ada dibukuuuu!

"Eh?"

.

.

.

Canggung.

Tidak sih, hanya aku saja yang canggung. Ini karena si pucat itu tidak bicara, tau!

Seokjin bilang, dia ingin bertemu denganku. Tapi setelah sampai, aku hanya diberikan makanan berupa―ugh, ini makanan kesukaanku semua. Semua tentang strawberry adalah kesukaanku. Dan menu diatas meja didepanku adalah itu.

Oke, baiklah. Ini sogokan 'kan? Apa dia ingin berkata, "Kau sudah lama diistanaku. Karena itu makan ini untuk terakhir kalinya sebelum aku mengeluarkanmu."

Sialan. Aku juga tidak mau berada disini kok. Aku ingin pulaaaaaang!

"Kenapa tidak dimakan?"

klontang!

Oh, tidak. Aku terkejut sampai-sampai  garpu ditanganku terjatuh. Apa dia sedari tadi memperhatikanku?

"U-um, maaf." Suaranya lirih.

Takut. Aku takut, auranya sangat mengintimidasi sekali. Wajahnya menyeramkan.

"Aku tidak menyuruhmu minta maaf." Kata Yoongi mengernyit.

"Eh?" Taehyung memiringkan kepalanya. Kalau bukan itu, apalagi?

"Tsk. Kau tau siapa aku?" Tanya Yoongi. Wajahnya tidak semenyeramkan tadi, menurut Taehyung. Dan juga dia menatapku. Tidak seperti tatapan ingin mengusir atau membunuh.

"Em, Yang Mulia Laja!" Taehyung menjawab dengan senyuman. Senyuman yang mirip dengan seseorang didepannya.

"Bukan itu. Kau tau aku siapamu?"

"Jisoo bilang, Tae anaknya Laja. Itu belalti Tae pangelan. Itu altinya Laja adalah ayahnya Tae. Benal 'kan?"

Yoongi tersenyum kecil—tipis. "Benar. Aku adalah ayahmu. Dan kau adalah Pangeran negri ini."

"Selain aku adalah Raja dan ayahmu. Ada lagi yang kau ketahui tentangku?"  Yoongi meminum teh didepannya.

Kening Taehyung tampak mengerut. Berpikir keras sebelum menggeleng. "Tidak tau.." Ucapnya lirih. Tidak sepenuhnya bohong sih.

"Tidak apa. Ada yang tidak perlu kau ketahui didunia ini. Berapa usiamu?" Tanya Yoongi, lagi. Seokjin yang tak jauh dari mereka saja terkejut mendapati Tuannya itu banyak bicara, bahkan membuka topik pembicaraan.

"Empat! Empat! Jisoo bilang usia Tae empat tahun!" Taehyung memperlihatkan ketiga jarinya. Membuat Yoongi tertawa kecil. Membuat Seokjin lagi-lagi terkejut dan Taehyung yang cemberut.

"Kenapa teltawa? Tae tidak melucu tau!"

"Tidak apa-apa," Ucap Yoongi menjeda. Lalu meraih tangan mungil itu dan menegakkan satu jari lagi yang terkatup disana. "Nah, ini baru benar. Yang tadi kau tunjukkan itu tiga."

"Ih! Maklumkan saja kenapa sih?!"

"Y-ya 'kan, Tae balu belajal. Ayah tidak boleh tawa-tawa tau!" Ucapan Taehyung membuat Yoongi terkesiap. Wajahnya menunjukkan keterkejutan.

"Eh? Kenapa? Tae salah bicala?"

"Tidak-tidak. Coba ulangi yang kau katakan tadi."

"Salah bicala?"

"Bukan. Sebelumnya. Sebelum kata tidak boleh."

"Um... Ayah?"

"Kau―apa? Kau memanggilku apa?"

"Ayah. Memangnya salah ya?"

Yoongi langsung saja menggeleng. Tidak membenarkan ucapan Taehyung tadi. Ia hanya... senang? Entahlah, rasanya seperti menemukan sesuatu yang hilang setelah sekian lama.

"Bisa—bisa 'kah kau terus memanggilku begitu?"

Apa maksudnya? Dia ingin aku memanggilnya ayah begitu? Tapi wajahnya terlihat penuh harap. Apa aku turuti saja? Mana tau setelah aku memanggilnya ayah, dia tidak akan membunuhku, 'kan?

"Ayah! Ayah! Tentu saja!"

Dicerahnya langit. Dibawah sinar matahari. Akhirnya Yoongi, menemukan alasannya untuk menjaga senyum lagi.




TBC

cie dabel ap 😘🤙

Little! Taetae ><Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang