Taeger! YV

1.3K 117 13
                                    

Dadda!”

Suara cempreng itu menyambut Yoongi. Ia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan sikecil.

“Hei, baby. Miss me, hm?” Yoongi mengecup pipi gembil itu. Min Taehyung, anaknya.

“Um! Tata Miss Dadda so mace.” Bibir mungil itu tersenyum. Menuai ciuman gemas dari sang ayah.

So much not so mace. Nah, ucapkan terimakasih pada Seokjin Mumma.

Seokjin yang sedari tadi melihat interaksi itu pun ikut mensejajarkan tingginya dengan Taehyung. Menerima pelukan si kecil dan kecupan di pipinya. “Timaaci Mumma. Tata pulang dulu ya, paipai!”

“Dah, Tata!”

.

.

.

Yoongi membawa mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Tak ingin mengambil resiko karena ia membawa Taehyung.

Sedangkan sikecil tengah tertidur di baby car seat nya tepat disebelah Yoongi.

Sebenarnya sangat jarang bahkan mungkin bisa terhitung jari Yoongi menitipkan Taehyung pada Seokjin. Itu karena ia memindahkan semuanya kerumah. Tapi karena tadi sangat penting jadi ia harus menitipkan Taehyung pada Seokjin.

Semenjak bertemu Taehyung, pekerjaan bahkan studionya ia pindahkan kerumah. Ia pun akan bekerja disela-sela waktunya. Seperti saat Taehyung tengah sibuk bermain, atau saat Taehyung tertidur.

Tapi tadi ada salah satu klien yang akan membeli lagunya itu meminta bertemu. Awalnya Yoongi akan menolak, tapi mengingat ia juga harus profesional jadi terpaksa ia iyakan.

Ck, merepotkan. Itu kata Yoongi setelah menutup telpon dari asisten kliennya itu.


Mereka telah sampai dirumah. Taehyung sudah terbangun dan kini tengah menyedot susu dari dotnya sambil menonton film di hp milik ayahnya itu.

Sementara Yoongi tengah memasak untuk makan malam mereka. “Baby, apa saja yang dilakukan dirumah Mummamu, hm?”

Taehyung yang tadi fokus menonton, mendongak menatap Yoongi. Alisnya bertaut, dan bola matanya begulir. Oh, jangan lupakan bibir yang mengerucut itu. Taehyung sedang berpikir teman-teman.

“Oh! Tadi-tadi Mumma buat 'kan Ta cookies! Lalu-lalu, Tata juga beltemu teman Mumma yang namanya sepelti cookies. Mumma said his name is Kookie!” Taehyung menjelaskan dengan semangat. Botol susunya sudah terlepas dari mulut sejak ia berpikir.

“Sudah bertemu Jungkook, ya? Tolong jangan terlalu dekat dengan orang itu.” ―berbahaya. dia tidak cocok untuk bayiku.

“Lhoo, napa? Mumma said, tidak boleh pilih-pilih teman.” Tanya Taehyung penasaran. Kenapa ia tidak boleh dekat dengan orang yang disebut sang ayah? Padahal paman itu baik kok! Iya, buktinya ia suka bermain dengan Taehyung―“Tata tadi bermain apa saja?” Dan Yoongi mengalihkan pembicaraan.

“Tata main dengan Kookie. Kookie cium-cium Tata kalna teltangkap saat belmain lali-lali. Telus Kookie juga yang mandi-mandi Tata!” Bocah umur 3 tahun itu berucap dengan jujur, murni tanpa ada fakta yang tertutup-tutupi.

Aura Yoongi sudah menggelap. Sudut bibirnya berkedut dendam. Lalu lanjut bertanya, “Cium? Apa yang orang itu cium?”

Taehyung menatap bingung pada ayahnya. Tapi ia hanya anak kecil, mana paham. Jadi dengan polosnya ia menjawab, “Bibil. Sepelti yang Dadda lakukan dengan Tata.”

“Jeon sialan Jungkook! Lihat saja besok, kau akan mati!” Perempatan imajiner muncul dipelipis Yoongi. Aura tambah gelap dengan tatapan membunuh.

Sedangkan Taehyung? Ia melanjutkan kegiatan sebelumnya―Meminum susu dan menonton.


























Sementara itu,

“Brr, kenapa hawa disini tiba-tiba dingin ya. Aku merinding.”







End.

Xixi pa kabar ayang-ayang gue?

Kalo gue sih baik, soalnya diasup Taehyung tiap hari🤑

wkwk udah ya, byebye!

Little! Taetae ><Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang