Setiap wanita membutuhkan rasa aman di dalam jiwanya. Setelah merasa aman dia akan berubah bebas menjadi diri sendiri, bebas untuk berekspresi, menjadi lebih berani dari apa yang dia bayangkan. Perasaan tenang tanpa mengkhawatirkan apapun membuat wanita kian terlihat manis.
Seperti itu yang Darcy ketahui sedikit tentang wanita. Tetapi yang menjadi masalah, kehadirannya saja sudah jadi ancaman bagi siapapun. Sulit dipungkiri bahwa sejak kecil Darcy selalu membawa hawa kematian, jika orang tuanya tidak mengajarkan untuk mengendalikan hawa pembunuhnya siapapun akan kesulitan berinteraksi dengan Darcy.
Serigala pemburu identik mengancam siapapun di dekatnya tanpa terkecuali pasangannya sendiri.
Di depan Laura dia enggan menutupi jati dirinya, enggan berpura-pura menahan seluruh naluri.
"Lihatlah aku Laura ini aku yang sebenarnya. Aku ingin kau tau diriku." Tangan Darcy menunjuk-nunjuk ke arah jantungnya sendiri, suara dia terdengar parau, matanya bergetar kelam Laura tidak mengenali sedikitpun.
Seumur hidup Laura baru pertama kalinya ia melihat alter ego seseorang. Padahal tak pernah sekalipun ayahnya, Jonathan maupun paman Rhys menunjukkan sisi itu kepadanya. Karena bila seorang pria Giovinco sampai menunjukkan sisi lainnya maka itu pertanda buruk.
Laura menggigil dengan tangan menyilang memeluk diri sendiri. Atmosfer di ruangan ini sesak apalagi ketika senyuman seringai asing terbentuk di wajah Darcy.
"Sudah lama aku tidak sesenang ini." Gurauan Darcy malah membuat Laura ingin melarikan diri.
Kepala Laura menggeleng tanda penolakan. Langkah dia perlahan mundur takut Darcy segera menyerang dan mencekik hingga lehernya patah. Itu mengerikan.
"Jangan kabur Laura." Gerak cepat Darcy menangkap pergelangan tangan Laura. "Aku bersumpah tidak akan menyakitimu. Walaupun aku penasaran ingin sekali saja mencoba mematahkan kaki dan tanganmu."
"Berhenti menakutiku!" Laura memekik. Apapun caranya dia harus bertahan hidup dari predator ini.
"Padahal aku belum memulai apapun." Darcy pura-pura menunjukkan ekspresi terluka.