Dua hari kemudian, tepat pada pesta pernikahan Jonathan Giovinco dengan Jenny Violena di selenggarakan di sebuah kapal pesiar.
Sudah ada deretan aktivitas yang Darcy Giovinco rencanakan sebab ia telah berhasil menuntaskan sebuah misi dengan pendapatakn tiga puluh juta dolar Amerika. Ia ingin merayakannya, apalagi kini sepupunya meninggalkan status lajang dan membiarkan Darcy tersiksa seorang diri menghadapi tingkah paman Rhys.
Jadi Darcy butuh sebuah hiburan setelah mendapatkan amukan Nolan-kakeknya supaya ia menjaga paman Rhys agar tidak pergi tanpa kabar selama satu tahun lebih.
Sekali lagi Nolan memukul kepala Darcy denan hantaman kuat tanpa mempedulikan tamu lain menonton mereka. Namun yang paling menyedihkan tak ada satupun mau menolongnya.
"Kenapa aku yang harus di salahkan. Seharusnya kakek hukum saja paman Rhys! Lagi pula dia bukan anak bayi." Bukannya Nolan meringankan pukulannya, malahan dia menendang betis cucu pembangkang itu.
"Kau tau, aku selalu naik darah jika berbicara dengan pamanmu satu ini. Kau ingin aku cepat mati!"
Darcy menggerutu sebal, bahkan dia terang-terangan berdecak tanpa hormat pada Nolan Giovionco. Hatinya sangat jengkel, Darcy melontarkan tatapan tajam pada paman Rhys di sampingnya yang hanya meledek dengan sebuah cengiran tanpa dosa. Sialan kau paman! Kau akan habis di tanganku!
Disaat kekesalan Darcy menggebu, muncul seorang Laura Giovinco yang seketika mampu merubah suasana hatinya.
Sosok Laura datang penuh aura menakutkan, tas selempangnya seketika menghantam telak lengan paman Rhys. "Sudah berulang kali aku mengatakan padamu paman! Berhentilah melemparkan masalahmu padaku! Aku punya kehidupan sendiri yang harus ku urus, bukan mengurusi bandot tua sepertimu. Berkacalah paman! Jonathan telah menikah, keponakanmu telah melangkahimu. Dan mulai sekarang carilah istri untuk menyelesaikan masalahmu sendiri!"
Omelan Laura terdengar luar biasa pedas sampai Rhys tak dapat berkutik. Tentu hal itu membuat kebahagiaan Darcy muncul atas kesialan menimpa pamannya, karena belum beberapa menit, alam memihak padanya. Dan dirinya dibuat semakin terbahak ketika mendengar Ross mengatakan, "Benar sekali apa yang di katakan Laura, kau harus menikah Rhys. Umurmu sudah terlalu tua."
"Berhentilah tertawa sialan!" Bentak Rhys pada Darcy, tetapi Darcy malah memberikan ekspresi iba yang dibuat-buat.
"Aku ikut berduka cita pada status lajangmu yang terancam, terimalah nasibmu karena mulai sekarang Ross akan membawakan banyak calon pengantin untukmu sampai kau... muak," seru Darcy kemudian dia menjauh dari lingkaran keluarganya. Cukup, keluarganya sudah memberinya satu paket masalah. Sekarang yang ia butuhkan adalah mencumbu seorang wanita, untuk melepaskan hormon frustasinya.
•••••*•••••
Laura masih terendam oleh amarah, ia meneguk habis satu gelas minuman yang sempat ia ambil dari salah satu meja terdekatnya. Lagi-lagi semula amarahnya disebabkan ulah pamannya yang tidak tau diri, telah membuat keributan dengan bandit tua licik bernama Megan Malonti. "Kenapa kau tidak langsung saja membunuhnya, hingga aku tidak perlu pusing menangani para awak media tentang status pembantai mu!" Tukas Laura kala itu dan hanya berbalas sebuah cengiran tanpa dosa dari Rhys.