Sehebat apapun seseorang menyembuyikan sebuah rahasia, pancaran mata sulit untuk ditutupi. Jika sedang gelisah mata akan bergetar, jika marah mata menunjukkan sorot tajam penuh intimidasi, jika sedih mata akan lebih redup dari biasanya, jika ketakutan mata terbelalak lebar dan lain sebagainya.
Cukup sederhana untuk dipelajari mungkin sebagian orang juga mampu menafsirkanya, walaupun demikian bagi Emely Giovinco ini adalah kepekaan yang menguntungkan sekaligus kutukan.
Emely tidak bisa membaca isi hati orang lain tetapi dia mampu membaca pancaran mata. Maka dari itu sejak dulu dia senang menyendiri dan bersembunyi dari orang lain. Karena dia enggan mengerti urusan orang lain sekaligus muak. Bila dia membaca mata seseorang, Emely kesulitan berhenti memikirkan atau mengkhawatirkan orang tersebut. Membuang waktunya saja.
Biasanya ketika diajak bicara terutama orang asing, Emely sering mengalihkan pandangan ke arah lain hingga beberapa orang merasa tersinggung.
Entah kutukan ini diwariskan dari leluhurnya ataukah memang hanya dia di keluarga Giovinco yang seperti itu.
Emely mendesah berat saat makan malam bersama dan tidak sengaja menatap lekat Darcy. Dia semakin menunjukkan sisi monsternya hingga membuat Laura yang sudah lama tidak ikut makan malam bersama menjadi lebih pendiam.
Garpu serta sendok dibanting ke atas piring. Emely bersedekap mengamati bergantian Laura dan Darcy selama beberapa detik tanpa bicara. Suasana hati Emely memberi tekanan mencekam.
"Bisakah kita makan dengan santai? Kau membuat semua orang di meja ini kesulitan menelan." Sindir Darcy pada Emely.
"Jangan macam-macam di belakangku. Bagaimanapun meski aku sudah menikah, aku tetap memiliki otoritas dalam keluarga Giovinco. Aku mengerti apa yang kalian sembunyikan." Jangan pernah menilai Emely dengan tubuh mungil dan wajah polosnya. Dia adalah wanita Givinco yang mampu mengendalikan bahkan sekelas Rhys Giovinco dan Davis Giovinco-ayah Darcy.
Laura menunduk. Bibi Emely orang yang Laura hormati walaupun mereka jarang bertemu. Karena bibi Emely akan selalu berada dipihaknya. Ini sebuah berkat yang besar.
"Aku hanya memikirkan satu hal, masa lalu Julia Carolyn terlalu mengerikan untuk kita bayangkan. Bahkan seorang Fernando Giovinco-ayah Laura tidak bisa menyelesaikan kasus kematiannya." Emely memberikan fakta.
"Berarti selama ini ayahku bukan tidak ingin membalas dendam?" Sahut Laura terheran sekaligus bingung.
"Jika kalian bertekad, lebih baik buat orang-orang paling kuat di dunia ini yang bisa mengimbangi kekuatan itu untuk berpihak pada kalian. Sampai kapanpun kalian tidak bisa sendirian. Resikonya berat untuk seluruh keluarga kita ikut terseret. Dia bukan hanya memiliki banyak mata, dia adalah penguasa besar." Emely bukan membual, instingnya terlalu tajam meski dia belum pernah menyentuh kasus Julia Carolyn.
Seketika Laura termenung memikirkan seberapa mengerikan orang itu. Bukan dendam yang ingin dibalaskan melainkan dia akan mati lebih dulu bila tidak segera membalas dendam. Atau sama seperti ibunya yang memilih menyembunyikan diri.