#PROLOGUE
14 𝐓𝐀𝐇𝐔𝐍 𝐒𝐈𝐋𝐀𝐌
Montpellier, Prancis
Gadis kecil berkulit sawo matang, dengan mata kecokelatan yang berusia empat tahun, berambut pendek seleher, itu adalah Aku.
── 𝐀𝐖𝐄𝐋𝐊𝐀 𝐕𝐈𝐎𝐑𝐀 ──
Keluarga kecilku saat itu... tengah menikmati liburan kami di luar negeri, tepatnya di sebuah taman kecil di Prancis.
Aku perlahan keluar meninggalkan toko eskrim, tanpa sepengetahuan ayahku yang masih berada di barisan para antrian, untuk membeli eskrim.
Lalu... aku pergi menghampiri seorang pria remaja yang memakai headset, berwarna keabuan yang melengkung di atas topi hitam, menutupi rambut pirang blondenya.
Pria itu yang nampak mengenakan hoodie biru laut, tengah duduk di samping kaca transparan dari dalam kafe, sembari mengemut permen lolipop, dan mengamati laptop yang ada di hadapannya, ditemani dengan secangkir kopi yang ada di atas meja, arah samping laptopnya yang terbuka.
Tuk!
Tuk!Aku mengetuk kaca kafe.
Pria itupun melirik dengan pupil matanya yang kecil, dilingkari lensa berwarna biru laut. Sepertinya pria itu mendengar suara ketukanku, meski dia memakai headset.
Karena dia menyadari kehadiranku, aku mulai tersenyum begitu manis ke arahnya dari luar kaca kafe. Aku kemudian membuka mulut mungilku, lalu mendengkuskan napas dari mulutku ke depan kaca.
Pria itu hanya nampak diam, dengan wajahnya yang datar tak berekspresi, melihat tingkahku itu.
Dengan wajah yang masih polos, aku menggambar bentuk hati dari pantulan kaca yang terdapat napas embunku, dan memberikan isyarat cinta dari gerakan tanganku.
Sontak pria itu yang melihatku, hanya bisa menahan malu, karena jadi bahan perhatian orang-orang yang ada di dalam kafe.
Ketika itu... ayahku dengan eskrim di tangannya, datang dengan wajah yang panik, karena mengira diriku menghilang.
“Awelka! Ayah kan, udah bilang jangan kemana-mana.” ayahku berucap cemas, seraya mengelus wajahku, “Dasar bandel, ya.” lalu mencubit pipiku dengan lembut.
Aku akhirnya dibawa ayahku, kembali pada ibuku yang sedang menunggu kami, yang diperhatikan oleh pria remaja tersebut.
Beberapa menit yang berlalu, membuat area mulutku berantakan, akibat cokelat eskrim yang mulai mencair. Hal tersebut membuat ayahku harus mencarikanku tisu.
Aku benar-benar merepotkan Ayah, ya~
Tibalah ayahku di sebuah toko kelontong kecil yang tak jauh dari taman. Tentu saja! Bersamaku yang terus mengekor layaknya anak ayam pada induknya.
“Dengarin ya, kali ini jangan ngilang lagi.” lirih ayahku menegur, memperingatiku.
Aku hanya mengangguk manja, sembari menikmati eksrim yang terus mencair.
“Can you speak English?”
(Bisakah kamu Bahasa Inggris?) tanya ayahku, berbahasa Inggris pada kasir yang berjaga.“Desole, pas d'anglais.”
(Maaf, tidak ada Bahasa Inggris.) ucap kasir itu, malah berbahasa Prancis.“Tissue? Do you have a tissue?”
(Tisu? Kamu punya tisu?) ayahku berusaha menjelaskan apa yang tengah dicarinya.Sang kasir yang tak mengerti Bahasa Inggris, hanya bisa menggeleng tak tahu.
Pria remaja yang sebelumnya aku hampiri, terlihat menyodorkan beberapa permen lolipop ke meja kasir.
“Vous avez un kleenex?”
(Apa kau punya tisu?) tanya pria tersebut, dengan dialek Prancisnya yang begitu kental.Jelas aku mulai mendongakan kepalaku dengan tinggi, terpukau menatap sosok pria berkulit putih bak susu tersebut, yang tingginya mencuar dari ayahku.
Sang kasirpun mengatakan, jika tisu mereka telah habis. Pria remaja itu kemudian menoleh ke arah ayahku, lalu menerjemahkan apa kata kasir itu.
“Sorry, sir... he said the tissues here have run out.”
(Maaf, Pak... katanya tisu di sini sudah habis.)Nampak ayahku mulai pasrah, memperhatikan area bibirku yang dilumeri dengan cokelat eskrim.
Pria remaja itu kemudian mengeluarkan sapu tangan hitam, bergambar bulan sabit kecil, berwarna putih dari dalam tasnya, dan duduk berjongkok menekuk satu lututnya. Diraihlah tangan mungilku yang diselimuti cairan eskrim yang meleleh, lalu dilapnya menggunakan sapu tangannya.
Aku hanya bisa diam terhipnotis, menatap bola mata biru yang dimiliki pria tersebut. Sepertinya aku jatuh cinta, karena tak bisa berpaling sedikitpun dari pemandangan indah itu.
Pria itu kemudian berdiri, dan memberikan sapu tangannya pada ayahku.
“Sir, just use my handkerchief.”
(Pak, pakai sapu tanganku saja.) kata pria itu.“Ah, but...”
(Ah, tapi...)“It's oke, sir.”
(Tidak apa-apa, Pak.) tambah pria itu, mengambil permen yang sudah dibayarnya, lalu memberikannya satu padaku, dan berpamitan pergi.Dengan polos, aku berucap pada ayahku, “Ayah, Awelka pengen nikah sama pria itu~”
Mendengar perkataan putri kecilnya itu, ayahku sontak membuntangkan mata kagetnya, sembari tergelak kecil, “Hahaa~” lalu berkata, “Awelka kan, masih kecil. Mana bisa menikah, Nak...”
,,
,
Tak kusangka... perkataanku tatkala itu, akan menjadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]
Short StorySebuah takdir kembali mempertemukan kedua insan yang terpaut usia yang berbeda 13 Tahun, dan menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan. 𝐀𝐰𝐞𝐥𝐤𝐚 𝐕𝐢𝐨𝐫𝐚, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA, terpaksa menikahi seorang pemuda blasteran...