L&B ─ XIV

1.7K 99 3
                                    

Pikiran yang lagi-lagi mengganggu tidurku, membuatku kembali terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pikiran yang lagi-lagi mengganggu tidurku, membuatku kembali terbangun.

Aku beranjak keluar dari fitting room, dan pandanganku terhambat, ke tempat tidur Carleon yang kosong.

Kemana perginya pria itu? Hm, aku sih tak perduli kemana perginya, dan entah apa yang sedang dia lakukan. Yang jelas, saat ini aku butuh zat cair untuk membasahi tenggorokanku yang mendadak mengering.

Sewaktu menuruni anak tangga, aku dikejutkan dengan suara gaduh, dari arah dapur.

Terlihat Ravael melempar kompresan es batu yang ada di tangannya, usai mendapat tamparan keras dari Carleon.

Es batu yang terlepas dari kain itu, nampak berjebai, dan salah satunya terseret ke depan kakiku, yang sudah berdiri tak jauh dari kedua pria tersebut.

Hawa panas terbakar api emosi, mulai kurasakan. Aku bisa membaca situasi. Dan sialnya... aku muncul, di situasi yang kurang tepat.

Ravael nampak menekan lidahnya, ke dalam sudut pipinya yang bekas ditampar. Dia kemudian menatap degil, kepada Carleon.

Carleonpun menyambut tatapan itu. Panggil aku sekali itu lagi, maka aku ak─” geramnya mendadak tersetop.

“Ba─ji─ng*n!” kontan Ravael mengaru kesal, seraya mengeja singkat, sembari menekan suara emosinya, yang membuat Carleon langsung naik pitam.

Bola mata Carleon yang berlensa biru, perlahan ikut berpijar marah, tatkala menatap Ravael dengan mata meradang. Dia lantas mengepalkan tangan kanannya dengan erat.

BUK!

Tanpa belas kasih, pukulan keraspun mendarat teruk ke wajah Ravael, hingga tubuh Ravael terhuyung mundur cukup jauh.

Aku langsung membelalak kaget, ketika menyaksikan adegan jotos barusan. Dengan refleks, akupun berlari ke tengah kakak beradik itu.

“PAK, HENTIKAN...!!!” aku melaung keras, melerai mereka, “Apa-apaan sih, kalian ini?! Kenapa malah berkelahi, Hah?!”

“Haha!” Ravael tertawa palsu. “Kami tidak berkelahi Awelka. Tapi suamimu itu, yang memukulku deluan.” ujarnya, usai tertawa.

“Apakah aku harus membunuhmu?” tanya Carleon, memiringkan kepalanya, menatap gusar pada Ravael.

“Udah, cukup!” gelatakku, menatap kesal ke arah mereka, secara bergantian, “Pak Carl yang terhormat, tolong bersikaplah dewasa sesuai umur Bapak! Jangan menggunakan kekerasan!”

“Berani sekali kau!” sorot mata Carleon, lantas menjeling tajam ke arahku. “Jangan mengajariku soal sikap dewasa!” geramnya, menekan emosi, “Kau jangan ikut campur! Ini sudah melanggar kontrak kita.”

THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang