L&B ─ XX

1.4K 44 2
                                    

Suasana pagi di hari libur sehari sebelum keesokan harinya masuk sekolah, terasa begitu melegakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pagi di hari libur sehari sebelum keesokan harinya masuk sekolah, terasa begitu melegakan.

Aku terlelap begitu lenyak, sampai-sampai aku tak sadar, waktu telah menempati siang hari.

Sembari masih menguap, aku berjalan menuju ke dapur.

“Nyenyak amat tidurnya...” ujar Ravael, begitu aku mencagunkan diri.

Mataku yang menggeriap lantas mencangah, ke arah Carleon dan Ravael yang terlihat akur memotong sayuran hijau yang segar.

Carleon hanya melirikku sekilas, saat dia beringsut untuk menyalakan kompor. “L habis itu potong wortelnya.” perintahnya, pada Ravael yang masih memotong-motong kecil sayuran.

“Oke.” jawab Ravael, singkat.

Melihat kedekatan mereka, tentu saja membuatku senang. Dengan senyuman manis, aku menghampiri Ravael yang berada di meja makan.

“Kok kalian masaknya siang-siang, sih?” tanyaku pada Ravael.

Belum sempat menjawab, Ravael lebih didahului oleh kakaknya.

“Karena kau bangunnya pasti siang! Makanya Ravael memintaku memasak untukmu.” jawab Carleon, sambil menumis rempah-rempah yang sudah dia haluskan, “Sepertinya, Ravael lebih tahu banyak tentangmu.” di dialognya itu, masih tersisip nada datar yang begitu jelas.

Ravael menyeringai.“Aku kan udah kenal beberapa tahun sama Awelka, jadi aku tau banyak tentangnya...” dia memberikan respon atas ucapan Carleon, lalu menatap ke arahku, “Eh? Udah berapa tahun sih Awelka, lu dekat sama gue? Tujuh tahun?”

“Enam tahun, Rav.” aku tangkas mengoreksi dialog Ravael. Pandanganku sekejap menuju ke punggung Carleon yang tak bergeming sama sekali. “Kenapa Rava, harus bahas soal kedekatan kami di depan Pak Carl, sih.” aku membatin, dalam kelesahan.

Carleon mulai memasukkan sayuran yang telah dipotong Ravael, ke wajannya. Matanya tak sedikitpun dia biarkan untuk bersua dengan pandanganku yang terus fokus ke arahnya.

Ravael menyadari ke mana arah mataku. Lantas diapun menyungsangkan badannya, melalau pandanganku dari Carleon.

“Kenapa liatin Leon kaya gitu?” desis Ravael,  tampak cemburu, membuatku spontan menilik ke arahnya.

“Hm?” sahutku, mengangkat alis. Sial! Kenapa saat melihat ekspresi Ravael yang cemburu seperti itu, justru malah membuatku tak tega.

“L...” Carleon tiba-tiba meruah, sembari menatang sendok yang berisikan sedikit kuah dan secuil sayur yang dimasaknya, menyodorkannya ke arah Ravael.

Sontak Ravael langsung memesong ke arah kakaknya yang sudah berada di sampingnya. Terlihat Ravael sedikit malu, saat Carleon menyuruhnya untuk mencicipi sayuran yang akan dia suapi ke mulut adiknya itu.

“Bagaimana? Sudah pas dengan lidahmu?” tanya Carleon, menunggu respon adiknya tersebut.

Ravaelpun mencerna sayuran itu dengan nikmat. “Ung! Enak.” sahutnya, refleks mengangguk.

THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang