L&B ─ VII

1.4K 32 0
                                    

Seharusnya aku yang dari ruang konseling, kembali ke kelas untuk mengambil tas sekolah, lalu pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya aku yang dari ruang konseling, kembali ke kelas untuk mengambil tas sekolah, lalu pulang ke rumah. Melihat tas sekolahku sudah tak ada di gantungan meja, membuat Ravael bertanya pada salah satu teman sekelas kami, “Eh, Awelka udah balik, ya?”

Orang yang ditanyaipun menjawab, “Nggak tau. Kayanya sih iya, soalnya tadi tas Awelka dibawain sama Tika.”

Ravael sontak mengernyitkan alisnya, “Hah? Tika?”

Siswa yang menjadi lawan bicara Ravael, lantas mengangguk membenarkan ucapannya. Ravael yang seperti tahu sesuatu, seput mendugas langkahnya, guna mencariku di sekitaran area ruang konseling dan ruang UKS.

Tiba-tiba... pandangan pria itu, tertuju ke arah tali tasku yang mengembul dari tempat sampah yang kincup. Jelas saja Ravael yang mengenali tas ranselku, langsung mengeluarkannya dari tempat sampah. Lagi-lagi urat-urat di tangannya timbul, tatkala dia mengeratkan cengkamannya di tasku.

Tikaaaaa.... cewek gila itu! geram Ravael dalam hatinya.

Usahanya untuk mencariku akhirnya membuahkan hasil. Ravael menemukanku masih dalam gudang belakang sekolah. Tapi pemandangannya cukup tak mengenakan baginya, karena dia mendapatiku tengah mengisak dalam pelukan Carleon.

Sama seperti malam itu, Carleon mendapatiku mengisak dalam pelukan Ravael. Apakah Tuhan sedang membalas Ravael?

“Awelka...” imbau Ravael, lampas, tatkala kakinya merandek di depan pintu gudang.

Mendengar suara Ravael, aku dan Carleon kompak saling melepas pelukan kami. Bersamaan juga kami menoleh ke arahnya.

“Ra─Ravael...” aku sedikit tersedu, sewaktu memanggil namanya.

Ravael dengan gerakan refleksnya menyisipkan tasku ke rak buku terbengkalai dan talah mendekatiku, sehingga memberikan jarak antar Carleon dan diriku. Ravaelpun meraup kedua sisi bahuku, dan bertanya berkesinambung, “Lu kenapa? Apa yang terjadi? Jelasin ke gue Awelka apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa lu bisa ada di sini?”

Carleon yang mendengar adiknya bertanya tanpa jeda itu, mulai membuang pandangan, seraya mendengkus kesal.

“Tika? Apa Tika udah ngelakuin sesuatu sama lu? Iya?!” tanya Ravael lagi.

Mataku langsung saja tersentak berkelebat, sewaktu Ravael menyebut nama gadis sinting itu. Carleon yang berdiri di belakang Ravael, sontak saja berpalis kembali ke arah kami.

Ravael mendapat jawaban atas pertanyaannya, sewaktu aku tak berkata sepata katapun, dia seperti tahu saat melihat tatapanku. Ya! Pasti, dia sudah pasti tahu, karena dia pria yang peka! Itulah sebabnya aku sampai sangat menyukainya.

Ravaelpun menyingkirkan tangannya dari kedua sisi pundakku, “Jadi benar, Tika udah ngelakuin sesuatu sama lu! Dia harus diberi pelajaran!”

Begitu melihat reaksi Ravael yang nampak meredut sengiang, aku spontan mencekal seragamnya. Berharap dia tak menghampiri Tika. Carleon yang menilik ke arah kami, melungsurkan lensa birunya mengarah ke tanganku yang mencekal erat kemeja sekolah Ravael.

THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang