THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]

L&B ─ X

8 𝐓𝐀𝐇𝐔𝐍 𝐒𝐈𝐋𝐀𝐌

Domfront, Prancis

[✆ Halo, sayang... kalian di mana? Aku sudah di halaman Museum Charles Leander.] kata ayahku, lewat panggilan telepon.

“Iya Mas, ini aku sama Awelka masih di Bus, dalam perjalanan.” jawab ibuku.

Aku yang masih berusia sembilan tahun, duduk di kursi barisan ke lima, dekat jendela, menatap ke langit yang berkelabu.

Rencananya kami akan pergi ke museum yang ada di Domfront dengan Bus yang kami tumpangi sekarang, sebelum hari keberangkatan kami kembali ke Indonesia, di keesokan paginya.

Ayahku di tahun-tahun itu, memang harus mengunjungi Prancis, karena urusan pekerjaannya.

Ayahku lebih dulu ke museum untuk membeli tiket masuk, sedangkan aku dan ibuku baru menyusul, usai berberes koper kami di hotel.

“Awelka, berhenti mainin sapu tangan itu, masukin ke tas aja.” ucap ibuku, melihat tanganku yang melipat-lipat sapu tangan hitam pemberian Carleon.

“Iya, Bun...” akupun menurut, dan memasukan sapu tangan tersebut, ke dalam tas ransel yang ada dipangkuanku.

Sementara itu... di sisi lain, Carleon terlihat mendorong seorang gadis, berusia sepuluh tahun, yang tengah duduk di kursi roda.

Gadis itu ialah 𝖱𝖾𝗏𝖺𝖾𝗅𝖺 𝖵𝖺𝗇 𝖦𝖾𝗂𝗍𝗁𝗈𝖿𝖿𝖾𝗋; saudari kembar Ravael.

Lambat laun, kursi roda yang menyangga tubuh Revaela bersauh, dipinggiran zebra cross.

Langkah Ravael yang mengekor di belakang mereka, juga ikut mandek, sedangkan para pejalan kaki yang lain mulai menyeberang.

“Kenapa berhenti, Kak?” tanya Revaela, sedikit menengadahkan kepala, untuk Carleon yang bergeser di belakangnya.

“Berusahalah...” papar Carleon, melewati kursi roda Revaela. “Ayo, L.” tambahnya pada Ravael.

Revaela sontak terdiam, mengerutkan alis keheranan.

“Maksud Kak Leon, apa?” imbuh Ravael, menatap Carleon yang kini berdiri di hadapan mereka, “Kak Leon, ingin meninggalkan Ela sendirian?”

Ravael yang tak ingin meninggalkan saudari kembarnya, mulai mengambil alih, mendorong kursi roda milik Revaela.

Carleon spontan menegurnya, “Lepaskan tanganmu L! Sekarang Ela harus berusaha sendiri, jika tidak ingin ditinggalkan sendirian.”