23. Drama

26.8K 1.8K 8
                                    

'Membatasi perasaan adalah keharusan yang sebenarnya tidak bisa aku lakukan.'

..
2
8
2
..





"Perkembangan dede bayinya sangat baik dan aktif saya harap kamu bisa jaga sampai waktu lahiran nanti,"

Nayla mengangguk mengiyakan apa kata dokter fara.

"Rencana nya kamu mau lahiran normal atau sesar?"

Nayla menimang sebentar, kedua proses lahiran yang tentu mempertaruhkan nyawanya.

"Apa aja dok yang penting bayinya sehat dan selamat." Dokter fara mengangguk masih sama dengan tatapan iba.

Setelah selesai segalanya Nayla memilih untuk keluar dari ruangan dokter fara, senyumannya tidak berhenti mengembang mendengar bahwa bayinya aman didalam sana.

"Tunggu!"

Suara hentakan kaki memenuhi lorong, membuat Nayla menoleh keasal suara itu.

Arlan dengan kemeja hitam tanpa dikancing full berjalan menghampiri Nayla, deru nafasnya naik turun jelas memperlihatkan bahwa ia baru saja berlari.

"Kenapa ga angkat telfon gue?" Tanya Arlan

"Gapapa." Kata nayla memilih untuk melanjutkan jalannya

Arlan segera menyusul, merebut hasil usg dari tangan Nayla kemudian melihatnya dengan seksama.

"Dede bayinya sehat?" Nayla mengangguk

"Apa kata doktet fara?"

"Semuanya aman."

Nayla terus melangkah walau pelan tapi Arlan tertinggal dibelakangnya, ia harus tau posisi dan pastinya ia harus tau batasan untuk perasaannya ini.

"Kita makan dulu diluar gimana?" Ajak arlan

"Nay pengen pulang, capek."

Arlan menghembuskan nafas lelahnya kemudian mengangguk. "Yaudah kita pulang."

"Nay pulang naik taksi aja jadi mas arlan ga perlu kerumah." Arlan yang hendak membukakan pintu untuk Nayla seketika berhenti, menatap sang istri dengan heran

"Lo sakit?" Nayla menggeleng

"Ga usah bertingkah ya, gue ga bisa marah sama lo." Ucap arlan penuh tekanan

Mau tak mau Nayla menurut, masuk kedalam mobil duduk damai dengan hati yang tak karuan.

"Ada yang mau lo beli dulu?" Nayla menggeleng

"Gue bawa makanan kesukaan lo dibali, ntar kita makan ya." Nayla hanya diam tanpa berniat membalas ucapan arlan

Disepanjang perjalanan keduanya hanya ditutupi oleh keheningan, Nayla dibungkam rasa sedangkan arlan dibungkam gengsi.

'Ini yang terbaik nay daripada nantinya kamu makin jatuh hati sama suami orang.' tekan nayla pada dirinya sendiri

Namun lembutnya belaian tangan Arlan pada perut Nayla menggagalkan semuanya, Nayla mengelus perutnya dengan sangat lembut dan sialnya Nayla menyukai itu.

"Dia lagi dimana ya nay?" Tanya arlan dengan senyum menggemaskannya

Nayla menarik tangan Arlan kesisi lain perutnya, tepatnya pada perutnya yang terasa mengeras.

"Hah? Haha, gemes banget!" Tawa-tawa renyah Arlan memenuhi isi mobil

Setelah sampai dirumah Arlan segera membukakan pintu untuk Nayla, bahkan menuntunnya hingga duduk disofa.

282 day [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang