Kadang keadaan membuat lupa posisi yang sebenarnya.
...
2
8
2
..."Kayaknya bukan cuman perut lo yang membesar yang lainnya juga ya?" Nayla menoleh sengit kearah Arlan, membuat laki-laki itu segera berdalih
Nayla mendengus memilih untuk meneguk air dibanding menanggapi ucapan Arlan.
"Gue minta maaf, gue tau gue salah, gue lalai jagain lo dan anak kita."
Nayla diam seketika, tubuhnya mamatung perlahan matanya melirik Arlan yang tengah menatapnya.
Arlan meraih tangan Nayla, menaruh gelas di meja kemudian menggenggamnya erat.
"Mulai detik ini, gue akan terus jagain lo, jangan takut lagi." Katanya sambil mengecup tangan Nayla
Nayla masih diam, Anak Kita??
Sedikit tidak percaya tapi Nayla berusaha untuk menutupi rasa senangnya.
"Lo kenal sama.."
Nayla segera melepaskan tangannya. "Kenapa mas tega banget ninggalin nay sendirian? Nay takut loh mas, mana nay abis mandi belum pake apa-apa, baru pake cd doang."
Arlan terkekeh sebentar. "Maaf, setelah ini gue ga pernah ninggalin lo lagi."
"Nay cape di php-in mulu sama mas arlan!" Protes Nayla
"Kali ini enggak akan." Arlan kembali meraih tangan Nayla, kembali mengecupnya.
Arlan menepati janjinya, setelah kepulangan Nayla, ia memutuskan untuk tinggal dirumah itu, mengurusi Nayla juga memastikan bahwa ibu hamil itu aman dalam jangkauannya.
Nayla sangat bahagia, dua hari ini ia memiliki Arlan seutuhnya, senyuman tidak pernah luntur dibibirnya.
Rasanya, ia semakin berperan baik dalam drama ini.
"Hei, malah bengong nih susu nya." Nayla mendongkak sebentar kemudian mengambil sodoran gelas dari Arlan
"Abisin yaa? Gue bikinnya pake hati." Ujar Arlan seraya mendaratkan bokongnya diranjang
Nayla mengangguk, meneguk susu itu hingga kandas kemudian menaruhnya dinakas.
"Besok gue harus ke kantor, lo gapapa sendirian dulu?"
"Ke kantor?" Arlan mengangguk
"Kalo gitu nay setrika dulu kemejanya ya?"
"Gausah--"
Nayla keburu bangkit, buru-buru membuka lemari dan bersiap untuk menyetrika pakaian Arlan.
Arlan ikut bangkit, memeluk Nayla dari belakang.
"Kan bisa besok pagi, ga usah sekarang." Bisiknya tepat ditelinga Nayla
"Gapapa mas, jadi ntar pagi nay siapin sarapan."
Arlan tersenyum, mencium pipi Nayla dan mengelus perut buncit kesayangannya.
"Gue ga mau lo kecapean, udah ya nyetrikanya." bujuk Arlan
"Gapapa mas, nay mau ngelayanin mas arlan dengan baik, sekarang mas rebahan aja nay jadi ga fokus kalo ada mas arlan disini."
"Jangan lama-lama ya?" Arlan kembali ketempatnya, memilih untuk memperhatikan Nayla dari kejauhan.
Setelah beberapa saat Nayla kembali ke ranjang.
"Lama banget nay," protes Arlan
"Kan biar rapi mas,"
Arlan segera memeluk Nayla, mengecup hampir seluruh wajah Nayla kemudian menatapnya.
"Gue sayang sama lo, jaga kesehatan lo buat gue."
Nayla hanya bisa mematung mendengar ucapan Arlan, ia tidak bisa menyembunyikan senyumannya juga rasa yang ada dihatinya.
...
Ting!
Nayla membuka matanya, tatapan pertamanya adalah seorang Arlan yang tengah lelap dalam tidurnya.
Wajah tampannya yang sedari awal menghipnotis Nayla kini benar-benar bisa Nayla miliki seutuhnya, tubuhnya bahkan mungkin hatinya (?)
Tangan Nayla merayap pelan ke nakas, mengambil ponsel Arlan, mencoba memeriksa siapa yang mengirim pesan.
19.09
MyWife : Mas, malam ini aku pulang
MyWife : Jemput aku dibandara ya
MyWife : I miss you, love.06.02
MyWife : mas?Nayla menghela nafas sebentar, ia segera menghapus pesan dari Vanya, Nayla sudah terlalu menikmati dalam perannya ia tidak mau tergantikan.
Setelah kembali menaruh ponselnya ia segera membangunkan Arlan.
"Ayo mas, kamu siap-siap, aku mau siapin sarapan."
"Lima menit lagi ya nay?"
"Mandi." Kekeuh Nayla hingga memaksa diri untuk bangkit dari tidurnya.
Nayla tersenyum kecil, untuk kesehatan hati dan bayinya ia harus melakukan hal yang tidak pernah terbesit sama sekali.
"Gue berangkat ya, pulang kantor gue langsung kesini, kalo ada apa-apa kabarin gue secepatnya." Tegas Arlan sebelum pergi
"Iya mas,"
"Jangan lupa makan sayur sama susu nya ya?"
Nayla mengangguk
"Gue berangkat, much!" Nayla mengangguk lagi, bibir kecilnya mengulum senyum akibat kecupan singkat Arlan dibibirnya
"Ayah berangkat ya sayang, jagain ibu ya?" Arlan mengecup perut Nayla kemudian masuk kedalam mobil dan benar-benar pergi dari hadapan Nayla
Perlahan tangan Nayla menyentuh bibir, rasa hangat dari kecupan itu masih membekas dan membuat candu.
"Wow, udah mulai nyaman ya jadi istri?"
Nayla terdiam, perlahan ia memalingkan wajahnya tepat pada Vanya yang tengah menatapnya dengan senyuman penuh arti.
"Enak ya kecupan arlan?" Vanya mendekat
"Kayaknya kamu udah terlalu jauh masuk kedalam peran ya nay? Tapi saya harap kamu ga lupa, kalo kamu cuman pemeran pengganti disini." Ucap vanya menekan setiap katanya
"Mas arlan cuman jagain nay aja mbak, ga lebih."
"Jagain? Apa kamu ga bisa jaga diri kamu sendiri? Apa kamu sebatang kara itu sampai harus dijagain suami orang?" Nayla menatap Vanya
"Mas arlan suami nay juga mbak, udah tugasnya buat jagain nay, apalagi nay lagi hamil anaknya jadi mba--"
"Ingat posisi kamu Nayla! Kita udah buat kesepakatan kamu ga ada hak buat masuk kedalam rumah tangga saya!" Sentak vanya
"Tapi mbak yang buat aku masuk kedalam rumah tangga mbak sendiri!"
...282 days...
Maaf lama
![](https://img.wattpad.com/cover/310117594-288-k75818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
282 day [PO]
Random"Saya hanya meminjam rahim kamu, tidak ada hak untuk kamu masuk kedalam rumah tangga saya atau bahkan membuat suami saya jatuh cinta." Seorang gadis mengangguk menyetujui persyaratan itu.