8. Rumah singgah

35.2K 2K 17
                                    

...
2
8
2
...




"Ini rumah yang akan kamu tempati sembilan bulan kedepan Nay, dan ini mak dayu dia yang nemenin kamu disini,"

Nayla mengangguk membalas senyuman mak dayu dengan sopan.

"Semua kebutuhan kamu, aku yang tanggung, kamu ga akan kekurangan apapun." Nayla mengangguk lagi, ia sudah tau bahwa keadaan sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab Vanya

"Yaudah kalo gitu aku sama mas arlan mau pulang dulu, kamu istirahat ya," Ucap vanya seraya melirik Arlan disampingnya

"Pulang? Aku kira kalian juga disini,"

"Enggaklah nay, kamu yang disini tapi aku sama mas arlan sesekali akan kesini," Vanya terkekeh pelan

Vanya membungkuk berhadapan dengan perut rata Nayla. "Mama pulang dulu ya sayang, baik-baik disana."

Arlan tersenyum melihatnya, calon bayinya didalam sana benar-benar dinantikan.

Setelah Vanya kini Arlan yang membungkuk. "Ayah pulang dulu, kamu baik-baik ya jangan rewel, baik-baik sayang."

Arlan mengelusnya mengecupnya sekilas kemudian menoleh kearah Vanya.

"Ayo,"

"Ayo, nay kita pamit ya."

Nayla mengangguk pelan, menatap kepergian keduanya dengan bibir yang terbungkam.

Kemudian tangannya terangkat mengelus kecupan Arlan barusan.

"Ayo neng masuk, ga baik bumil diluar malem-malem." Nayla mengikuti langkah mak dayu

Rumah yang cukup besar dengan nuansa putih abu ini rasanya sangat kosong, jujur Nayla merindukan suasana Vila terlebih rindu pada Arlan.

"Neng mau makan apa biar mak siapin,"

"Tadi nay udah jajan mak, jadi belum laper,"

"Yaudah sekarang istirahat dulu yuk mak anter," Nayla dituntun masuk kedalam sebuah kamar

"Ini kamar nay?" Tanya nayla merasa tidak percaya, kamar yang cukup luas namun terasa sepi untuknya

"Iya neng kamar eneng, mak udah rapiin dari pagi sekarang neng istirahat kalo butuh apa-apa panggil mak aja," Ucap mak dayu seraya mengelus lembut rambut Nayla

Nayla tersenyum, jari jemari mak dayu terasa sehangat sentuhan ibunya dulu.

"Makasih ya mak,"

"Sama-sama neng bumil,"

Di bumi belahan lain, Vanya sedang sibuk bergelayut mesra dengan suami tercintanya. Merasa bahwa dunia hanyalah milik mereka berdua.

"Aku masih ga percaya mas, bentar lagi kita jadi orang tua," Tutur Vanya

"Aku juga, rasanya kayak mimpi ngeliat hasil usg tadi."

"Kamu beneran ga marahkan sama aku? Kadang aku kepikiran gimana ya kalo kamu jatuh cinta sama nay,"

Arlan melepaskan pelukannya menautkan kedua alisnya menatap Vanya. "Kok gitu mikirnya?"

Vanya terkekeh. "Nay kan cantik, dia juga seksi loh masa iya kamu ga jatuh cinta sama dia?"

Arlan menggeleng tidak habis pikir pada perkataan sang istri.

"Kamu jangan mikir yang nyeleneh gitu, aku ga akan tergoda sama dia kalo kamu ga nyuruh dia ngasih obat itu ke aku," Vanya terkejut

"Kamu tau?"

"Nay terlalu polos dia buang sampahnya dimana-mana,"

Vanya tertawa mendengarnya.

"Aku ga abis pikir kenapa kamu bisa milih dia," Arlan menggeleng kepalanya

"Cuman dia perempuan yang masuk kriteria aku mas, bukan pelacur, ga ada riwayat penyakitnya, aman, dan pastinya dia polos."

'Nay diperkosa sama temen kakaknya nay,'

Selintas ucapan Nayla terdengar ditelinga Arlan. Membuatnya mengingat raut wajah sedih gadis itu.

"Dia butuh uang dan aku butuh rahimnya, itu adil kan mas?"

"Iya adil." Ucap Arlan setengah hati

"Ahya gimana kalo kita kabarin eyang?"

"Aku kira kamu udah ngabarin eyang,"

Vanya bangkit berjalan mengambil handphone nya di sofa.

'Kenapa malam-malam nelfon? Eyang sudah mau tidur!'

Arlan segera merebut videocall itu, memperlihatkan wajahnya pada sang nenek.

"Ini arlan eyang sayang,"

'Kamu kan ada hp kenapa harus pake hp istrimu? Eyang ga suka!'

"Hp arlan lagi dicas makanya pake hp vanya, eyang ga kangen sama arlan?" Tanya arlan berusaha membujuk sang nenek

'Kangen,'

"Arlan punya kejutan buat eyang, yang eyang mau selama ini,"

"Aku hamil eyang,"

'Eyang ga suka dibohongin!'

Arlan segera mengambil testpack dan memperlihatkannya.

'I-itu beneran? E-eyang mau ja-jadi buyut?'

Vanya mengangguk, memeluk Arlan dengan erat.

"Iya eyang ini cicit eyang, vanya harap setelah ini eyang ga akan misahin vanya sama arlan lagi," Ucap vanya

'Arlan eyang mau adakan acara pertama untuk cicit eyang, eyang akan kerumahmu!'

Senyuman Vanya perlahan memudar.

"Arlan akan atur semuanya, emm aku matiin telfonnya ya eyang vanya mual nih,"

Tanpa berkata apapun seseorang disebrang sana mematikan telfonnya.

"Kamu kenapa? Kok murung gitu?"

"Kamu sadar ga sih setiap apapun yang ada sama aku tuh eyang ga pernah suka?" Ucap Vanya

"Engga sayang, kamu kan tau eyang orangnya gimana, semuanya baik-baik aja ada disini ya?"

Vanya bisa mengangguk, membiarkan arlan mendekapnya penuh kehangatan.

Walaupun dirinya masih dipenuhi keheranan.

~282~

Selamat membaca!!!!

282 day [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang