'Dia atau aku?'
..
2
8
2
..Nayla membuka matanya, Arlan tepat ada dihadapannya, wajah tenangnya membuat Nayla tidak ingin beranjak dari ranjang.
Terlebih semalaman ini ia dibuat bahagia oleh Arlan, bukan lagi nama Vanya yang keluar dari bibirnya, melainkan namanya sendiri.
Nayla tersenyum mengingatnya, ia mengecup pipi Arlan sekilas kemudian bangkit dari baringnya pelan-pelan tanpa suara.
Nayla kembali memakai dasternya kemudian pergi keluar kamar.
"Pagi nayla, ayo sarapan!" Sapa lembut Vanya dari dapur
Nayla menuruni tangga perlahan-lahan kemudian menghampiri Vanya.
"Ayo saya udah siapin semuanya." Vanya sibuk menyusun makanan
"Ini buat siapa mbak?"
Vanya melemparkan senyumannya. "Ini untuk merayakan kemenangan kamu nay, saya juga lagi pesen kue buat kamu."
Vanya tidak berhenti bergerak, ia menyiapkan semuanya bersama mak dayu sedangkan Nayla hanya bisa mematung melihat tingkahnya.
"Vanya, buat apa semua makanan ini?" Nayla berbalik, Arlan tepat berada dibelakangnya dengan ekspresi keheranan
"Ini untuk kamu sama nayla!" Ucap Vanya kemudian menyusun piring dengan rapi
"Mau langsung makan atau nunggu kuenya datang?" Tanya Vanya yang jelas membuat Arlan menghampirinya
"Ayo," Arlan menarik tangan Vanya namun sang empunya lebih dulu menepisnya
"Kenapa sih mas? Aku mau merayakan kemenangan Nayla, kamu berhasil kan nay? Semalam berapa ronde?" Tanya vanya pada Nayla
"Vanya stop!"
"Stop? Apa yang stop?" Vanya terkekeh sinis
"Kamu yang seharusnya stop, aku cuman minta kamu buat hamilin Nayla bukan tidur berkali-kali sama dia, Istri ga ada dirumah kamu enak-enakan sama dia dirumah?!" Bentak Vanya
"Kita obrolin dikamar!" Vanya kembali menepis tangan Arlan
"Apa yang mau diobrolin?"
"Pulang jam berapa kamu semalam?" Tanya arlan dengan dinginnya
"Kenapa? Kamu berharapnya aku ga pulang biar kamu bisa nambah ronde sama jalang ini?" Arlan menghembuskan nafas kasarnya
"Jaga ucapan kamu, vanya!" Bentak Arlan
Nayla menelan salivanya dengan susah payah, ia benci keributan rumah tangga seperti ini.
"Neng ayo ke kamar." bisik mak dayu
"Kamu diam disini nayla, saya belum selesai!" Langkah kaki Nayla kembali terhenti
"Vanya,"
"Apa mas? Mas dia yang nuduh aku selingkuh ternyata dia yang mau ambil kamu dari aku! Kamu sadar ga sih mas?" Ucap vanya
Vanya berjalan menghampiri Nayla. "Apa saya perlu mengembalikan kamu ke tempat karaoke itu biar kamu sadar diri kalo kamu cuman jalang?!"
Arlan segera menarik vanya. "Berenti sebut nayla jalang!"
"Terus apa? Pelacur?!"
Arlan mengangkat tangannya hendak menampar Vanya, namun melihat wajahnya membuat semua terhenti.
"Cuman karna dia, kamu mau pukul aku?" Mata vanya berkaca-kaca
"Aku kayak gini karna aku cemburu sama kamu mas, pulang kerumah liat kamu lagi berhubungan sama Nayla, kamu pikir aku baik-baik aja? Nggak, aku cemburu mas,"
Air mata menetes begitu saja menyentuh pipi Vanya. Vanya beralih menatap Nayla.
"Kamu menang nay," Vanya mengangguk pelan. "Arlan milik kamu."
Vanya segera berlari menuju kamarnya.
Arlan frustasi, ia meremas rambutnya sendiri kemudian melirik Nayla yang tengah ditenangkan Mak dayu.
Tanpa berkata apapun Arlan segera berlari menyusul Vanya.
"Vanya,"
Vanya diam ditepian ranjang, mengubris kehadiran Arlan.
"Kita obrolin semuanya baik-baik ga harus emosi gini,"
Arlan mendekat, menyentuh Vanya agar menatapnya.
"Aku capek mas, aku cemburu sama kamu, aku bawa nayla ke rumah tangga kita biar semuanya aman tapi ternyata kamu ada main di belakang aku? Hati istri mana yang ga sakit mas!"
"Aku ga ada main sama nayla, hindarin pikiran kotor kamu itu, Nya!" Sentak Arlan
"Bullshit kamu mas! Kamu pikir aku ga tau udah berapa kali kamu tidur sama dia hah? Kamu pikir aku ga tau?!" Bentak Vanya
"Kamu harus sadar mas, dia cuman perempuan rendahan yang aku ambil dari jalanan, dia bukan cuman jalang mas dia juga pelakor!"
"Vanya stop! Ga ada hak kamu buat hina nayla kayak gitu! Kamu juga harus inget kalo kamu yang bawa dia kerumah tangga kita, kamu yang maksa aku buat berhubungan sama dia, kamu yang mulai semuanya!" Balas Arlan dengan suara meninggi
"Aku yang salah? Semuanya ga akan kayak gini kalo kamu ga terbawa hati sama dia mas!"
"Aku terbawa hati sama dia, vanya. Tolong ngerti kalo disana ada anak aku, aku harus sayang sama nayla karna ada darah daging aku ditubuhnya!"
Vanya kembali meneteskan air matanya, ia bahkan terisak penuh kesakitan.
"Kamu ga terbawa hati sama nayla?" Tanya vanya menatap Arlan
Arlan mengangguk cepat. "Enggak." mungkin
"Buktiin!" Arlan mengerutkan keningnya
"Buktiin?" Beonya
"Aku mau kamu ga ketemu sama nayla, sampai dia melahirkan." Sarkas Vanya
Arlan menelan salivanya dengan susah payah, ia menatap vanya tidak percaya.
"Vanya,"
"Kenapa? Ga bisakan? Kamu ga bisa jauh dari nayla mas, ada hati kamu sama dia mas," Vanya menghapus jejak air matanya
"Kalo kamu emang ga bisa ninggalin dia, gapapa tapi lepasin aku."
Arlan menggeleng cepat, ia segera meraih tangan Vanya menggenggamnya dengan erat.
"Aku ga akan pernah lepasin kamu."
"Tapi kamu juga ga bisa ninggalin nayla kan?" Vanya melepaskan tangannya digenggaman Arlan
"Aku cape cemburu sama kamu mas, kamu tau? Nayla tergila-gila sama kamu mas, bahkan sengaja ngarang perselingkuhan aku cuman biar kamu pisah sama aku, aku ga kuat mas," Vanya kembali terisak
"Aku serahin ke kamu mas, Aku atau nayla?"
~282 day~
Touble up buat yang malmingnya rebahan!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
282 day [PO]
Random"Saya hanya meminjam rahim kamu, tidak ada hak untuk kamu masuk kedalam rumah tangga saya atau bahkan membuat suami saya jatuh cinta." Seorang gadis mengangguk menyetujui persyaratan itu.