..
2
8
2
..Arlan tidak bisa berhenti memikirkan Nayla sejak kepulangannya tadi siang, isi kepalanya dipenuhi oleh kejadian hari ini yang merumitkan.
"Mas..?" Vanya meletakkan teh hangat diatas meja kemudian menghampiri Arlan yang tengah berada dibalkon
"Udah malem loh nanti kamu masuk angin," Arlan menoleh kearah vanya yang memegang lengannya
"Aku kepikiran nayla." Tukas Arlan
Vanya mengangguk seolah mengerti itu. "Ahya soal nayla,"
Arlan menatap Vanya, menunggunya melanjutkan perkataan yang menggantung.
"Aku nemuin beberapa informasi soal dia sama tian," Arlan mengerutkan keningnya keheranan
"Informasi?" Beonya yang lantas dibalas anggukan oleh Vanya
"Aku minta temenku buat cari tau tentang mereka, dia nemuin beberapa foto ini," Vanya merogoh ponselnya menunjukan beberapa foto Tian bersama Nayla
Arlan menatap foto itu sedetailnya, memastikan bahwa itu bukan Nayla karna ada setitik rasa dihatinya.
"Mereka pernah tidur bareng." Ujar vanya tepat ketika Arlan melihat sebuah foto check in disebuh hotel
"Ga mungkin nayla." Jawab Arlan tak percaya
"Bukti ini masih belum cukup buat kamu? Kamu bisa tanya mak dayu!" Arlan melirik Vanya dengan ragu
"Itu hak dia, dia cuman kerja sama kita, dua bulan lagi kontraknya selesai, aku cuman mau anak aku gimanapun dia aku ga peduli."
"Gimana kalo itu bukan anak kamu mas?" Tanya Vanya sedikit menaikan suaranya
Arlan menghela nafas panjangnya. "Itu ga mungkin, Nya."
"Ga mungkin? Mereka pernah tidur bareng mas, kamu juga ga ngawasin dia dua puluh empat jam, aku nyesel buat dia jadi istri siri kamu ternyata bener dia itu jalang!" Ucap vanya kemudian menggengam tangan Arlan
"Yang tidur sama dia bukan cuman kamu tapi juga tian, temen kamu sendiri. Ga menutup kemungkinan kalo anak yang selama ini kita tunggu bukan darah daging kamu!"
Arlan diam bibirnya tidak bisa lagi mengatakan sepatah katapun, itu masuk akal mengingat bahwa sebelumnya ia begitu menolak kehadiran Nayla.
"Mas, apa anak yang aku kandung yang jelas-jelas anak kamu ga cukup?" Tanya vanya dengan linangan air matanya
Arlan tersenyum kecil kemudian menarik tubuh Vanya kedalam pelukannya.
"Aku ga nyangka kalo nayla seburuk ini mas, maafin aku.. Hiks!" Vanya terisak didalam pelukan Arlan
"Ini bukan salah kamu." Kata arlan pelan
Kring- kring- kring
Arlan melepaskan pelukannya. "Aku angkat telfon dulu."
Vanya mengangguk membiarkan Arlan masuk untuk mengangkat panggilan.
Ada rasa amarah yang besar ketika melihat nama yang tertera dilayar, Arlan bahkan membiarkan panggilan itu.
"Siapa mas?"
"Nayla,"
"Biar aku yang angkat." Vanya mengambil alih ponsel Arlan.
"Ha--"
'Mas arlan, tian meninggal.'
...
Arlan berlari secepat mungkin menuju ruangan Tian, ia bahkan sempat menabrak bahu beberapa orang karna tak memperhatikan jalan.
Disana didepannya ada Nayla yang tengah menangis terisak memeluk Tian, melihat ini membuat Arlan semakin percaya apa kata Vanya.
"Kak kita harus segera urus jenazahnya,"
"Ja-jangan dok, sa-saya mo-mohon..tian ayo ba-bangun!" Kata nayla terbata-bata sambil menggoyangkan tubuh kaku Tian
Arlan berjalan mendekat melewati beberapa perawat kemudian menyentuh bahu Nayla yang sontak membuat gadis itu menoleh terkejut.
"Ti-tian," Lirihnya kemudian langsung menghambur kedalam pelukan Arlan
"Silahkan urus jenazahnya dok." Ucap Arlan yang membuat beberapa perawat segera membawa jenazah Tian untuk dibereskan.
"Tolong diperhatikan istrinya pak, jangan terlalu larut kasihan kandungannya." Ucap dokter itu kemudian pergi
Arlan hanya diam tanpa berniat membalas pelukan Nayla, sakit hatinya mengetahui bahwa yang selama ini ia bela adalah anak orang lain
"Udah nangisnya nay, setidaknya lo masih punya keturunan dari tian, walaupun dia udah ga ada."
Nayla diam perlahan melepaskan pelukannya menatap Tian penuh keheranan.
"Maksud mas arlan?"
Arlan berdehem sebentar. "Ga ada."
"Maksud mas arlan apa?!" Nayla mengulangi pertanyaannya
"Lo buat gue kecewa nay, gue kira lo pantes buat dicintai nyatanya gue salah, lo cuman jalang yang akan tetap jadi jalang!"
Jleb!
Nayla menggeleng pelan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Arlan.
"Ja-jalang?"
"Ya, lo jalang! Gue nyesel kasih sepenuh hati gue buat anak lo padahal nyatanya itu hasil dari hubungan lo sama lelaki lain, gue nyesel nay!" Sentak arlan
Cairan bening kembali turun dari mata cantik Nayla, pipi-pipinya bahkan sudah basah. "Mas,"
"Berapa banyak lelaki yang tidur sama lo selain tian dan gue?!" Nayla menggeleng, ini bukan Arlan ini tidak seperti suaminya
Arlan terkekeh sinis, "Lo nangis karna takut kehilangan dua M lo itu? Tenang aja uangnya tetap jadi milik lo, anggap aja imbalan karna lo udah tidur sama gue."
Arlan berbalik hendak pergi namun Nayla lebih dulu menyahut. "Nay berani sumpah ini anak mas arlan!"
"Lo berharap gue percaya?" Arlan kembali berbalik menatap Nayla juga perut besarnya
"Na-nay ga pernah berhubungan fisik sama siapapun kecuali mas arlan, t-tian dia cuman orang yang merasa bersalah karna ngehancurin masa depan nay!" Ujar nayla penuh penekanan berharap Arlan percaya pada kenyataan yang ia ucapkan
"Terserah, yang harus lo tau, gue ga akan nerima anak yang jelas bukan darah daging gue."
~282 day~
Up lagi, jangan lupa vote dan komennya yaaaaaHappy reading besplen❤
KAMU SEDANG MEMBACA
282 day [PO]
Random"Saya hanya meminjam rahim kamu, tidak ada hak untuk kamu masuk kedalam rumah tangga saya atau bahkan membuat suami saya jatuh cinta." Seorang gadis mengangguk menyetujui persyaratan itu.