Yang gak mau kecewa, sakit hati, apalagi marah-marah gak jelas, komen yang gak bagus, saranku jangan di baca! Kalian bisa baca cerita yang lainnya, tapi buat yang ini jangan baca kalau gak mau kecewa. Banyak hal yang gak bagus buat di baca dan mungkin akan buat kalian kecewa nanti. Jadi minggir!!!! Terutama anak dibawah umur, aku gak mau otak kalian terkontaminasi. Ok?
Ini adalah karya pertamaku dulu banget, sayang kalau mangkrak di beranda, jadi pengen post ulang. Tinggalkan komen kalau suka, kalau enggak, boleh kok minggir.
***
Alana berlari menuju kerumunan orang yang terlihat sibuk berteriak dengan ramainya. Rasa penasaran untuk melihat apa yang terjadi tidak bisa diabaikan. Lagi pula, jam untuk pergi kuliah masih panjang. Dia masih memiliki waktu untuk menuntaskan rasa penasarannya saat ini.
Begitu sampai, Alana meringis pelan. Melihat seorang pria berpakaian lusuh yang berbaring di atas tanah yang dingin dengan tubuh meringkuk. Berusaha menghindari pukulan dari beberapa pria di sekelilingnya yang nampak begitu buas menghajarnya.
Padahal tubuh dan wajahnya sudah dipenuhi beberapa lebam, tapi orang-orang itu seolah menutup mata dan terus memukulinya. Menendang, memukul dengan kayu hingga beberapa kali menginjak tubuhnya dengan geraman tertahan.
Alana meringis pelan. Sedikit tidak tega melihat pria yang sudah tidak berdaya di pukuli seperti itu.
Pria itu bahkan sama sekali tidak melawan, ia hanya pasrah seperti bayi yang minta dikasihani. Tapi, tak ada satu orang pun yang merasa iba padanya.
Yang ada mereka malah terus memukulinya seolah-olah apa yang mereka lakukan itu benar.
Karna merasa kasihan dan tak tega, akhirnya Alana pun berjalan mendekat. Berdiri di depan para pria-pria yang masih memberi pelajaran pada pria lusuh itu.
Walau jantungnya berdegup kencang, dengan perasaan was-was. Alana tetep berjalan mendekat berusaha membunuh rasa takutnya demi membantu pria lusuh itu.
"Hei- hei apa yang kalian lakukan?" Alana berteriak kuat, meletakkan kedua tanganya dipinggang.
Berkacak pinggang menatap kerumunan orang-orang yang mulai menghentikan kegiatannya memukuli pria lusuh itu. Begitu menoleh, mereka hanya mencibir setelahnya kembali meneruskan kegiatannya.
Alana melotot tidak percaya jika dia diabaikan semudah itu. "YAK." Teriaknya begitu tak seorang pun menggubrisnya.
Yang awalnya seluruh orang tak menanggapinya, kini mereka semua menghentikan kegiatannya. Diam.
Menoleh serentak, pria-pria itu ganti menatap Alana nyalang. Tapi Alana sama sekali tak gentar. Ia tetap berdiri angkuh dengan dagu diangkat tinggi, wajah sombongnya begitu ketara menghiasi wajahnya.
"Heh gadis tengik, nggak usah ikut campur urusan orang dewasa. Sana, sudah pergi saja!" Usir pria gendut dengan wajah brewok. Mengibaskan tangan guna mengusir Alana agar menjauh.
Dengan mata terbelalak lebar Alana mulai melangkah cepat, ia benar-benar merasa geram saat ini. Mendadak ia merasa kesal luar biasa.
"Heh, Apa kalian tidak punya hati? Lihat." Tunjuknya pada pria lusuh. "Dia bahkan sudah seperti itu, tapi kalian masih memukulinya. Apa kalian tidak merasa kasihan?" Serunya kesal. Wajahnya nampak begitu geram bercampur marah.
"Dia pantas mendapatkannya." Balas pria lain yang mendapat sorakan setuju dari beberapa pria di sampingnya.
"Pantas?" Tanya Alana tak percaya.
"Memang apa yang dia lakukan, hingga dia pantas mendapatkannya?"
"Dia sudah mencuri daganganku... Memakannya tanpa membayar." Pria pendek dengan kaos usang menyahut. Wajahnya berapi-api dengan tangan menunjuk-nunjuk tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana; Wanted; Be Mine!
RomanceKesalahan terbesar Alana adalah; bertemu pria itu, menyelamatkannya dan memberikan senyuman manis padanya. Hingga karna semua itu--masalah datang bertubi-tubi menghantamnya. Membuat dia terikat tanpa bisa lari atau pergi. Lebih parahnya, dia terkuru...