Bab 12

3.5K 193 1
                                    

Alana meletakkan dagunya di atas punggung tanganya yang berada di atas kusen kaca jendela.

Menatap pemandangan di luar jendela dari dalam kamar. Alana sama sekali tidak diijinkan untuk keluar rumah oleh Axel.

Jangankan keluar rumah, untuk sekedar keluar kamar saja Alana harus dikawal oleh beberapa pria berjas dan juga pelayan.

Alana benar-benar tidak bisa bebas, jangankan bebas untuk melakukan apa pun, Alana saja harus mendapatkan ijin terlebih dulu pada Axel jika ingin keluar kamar.

Meski untuk sekedar jalan-jalan membuang rasa bosan atau menikmati makanan.

Alana benar-benar merasa seperti berada di penjara sangkar emas saat ini. Tidak bisa melakukan apa pun selain hanya diam dan merenung di dalam kamarnya.

Mengurung diri, entah sampai kapan.

BRAK...

Dobrakan dari arah pintu membuat Alana menoleh. Membalikkan tubuh, Alana berdecak kesal begitu mengetahui siapa yang masuk ke kamarnya tanpa permisi. Dan dengan gaya kasarnya.
Wanita setengah baya yang masih terlihat cantik padahal usianya sudah tidak muda lagi.

Nyonya besar Helena datang ke kamar Alana dengan dress putih sebatas lutut, dan tas tangan berwarna hitam.

Menatap tajam ke arah Alana yang kini hanya diam duduk di atas sofa, tanpa menyapa atau berbasa-basi padanya.

Bukan hanya ponakannya, saat ini nyonya Helena juga ikut membuat masalah dengannya.

Demi apa pun, Alana semakin muak berada di sini.

"Nyonya, anda tidak bisa masuk ke kamar ini tanpa ijin ... Tuan mudah bisa marah jika--" Seru Ema yang mengikuti Helena dari belakang dengan tergopoh-gopoh, berusaha menahan Helena yang terus memaksa ingin masuk.

"Keluar!" Bentak Hellen kuat. Mengabaikan ucapan Ema. Wajahnya nampak bringas dengan tatapan mata penuh permusuhan. Menatap Ema yang kini hanya menunduk dalam tanpa berani menatap balik Helena.

"Tapi nyonya--" Ema masih berusaha menolak, tidak ingin membiarkan Helena untuk mendekati Alana.
Dia tidak siap menjadi amukan tuan mudanya. Tapi juga tidak mau mendapatkan semburan dari nyonya galak Helena.

Alana yang menatap tak tega ke arah Ema. Akhirnya ikut angkat bicara.
"Keluar lah, Ema!" Alana memotong ucapan Ema. Membuat Ema menatap Alana dengan raut wajah cemas.

Alana tau jika saat ini Ema dilanda bingung. Menuruti Axel untuk tetap menjaganya, atau membiarkan Helena masuk dan membuat masalah dengannya.

Kedua pilihan itu benar-benar bukan hal yang baik untuk Ema. Dia bisa-bisa kehilangan pekerjaan jika sampai berani menolak salah satunya, dan Alana tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

Bagaimana pun, Alana juga ikut adil dalam hal ini.

Tersenyum menenangkan, Alana memberi isyarat  kepada Ema untuk keluar. Membiarkan Helena untuk berbicara dengannya.

"Tapi--" Ema masih kekeh berusaha untuk menolak ide Alana.

"Aku baik-baik saja. Keluar lah. Kami hanya akan bicara sebantar." Menatap sekali lagi pada Alana. Akhirnya Ema pun mengangguk setuju, keluar meski dengan wajah sedikit tidak ikhlas.

Dia cukup kenal bagaimana watak nyonya besar Helena di rumah ini. Apa lagi semua orang tau jika Helena sangat sulit mengendalikan emosinya.

Ema takut jika nanti Helena nekat dan menyakiti Alana. Bisa-bisa dia akan dipecat jika sampai membiarkan Alana terluka. Bukan hanya dipecat, Ema yakin tuan mudanya tidak akan membiarkan Ema hidup jika sampai lalai melindungi nona mudanya.

Alana; Wanted; Be Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang