"Malam ini kita akan menikah."
Kunyahan Alana terhenti, kedua matanya mengerjab berulang-ulang. Pikirannya belum bisa mencerna dengan apa yang barusan Axel katakan.
Menatap Axel dengan wajah bingung. Otaknya mendadak ngeblank, pikirannya pun seakan masih syok.
Setelah menguasai diri, mencerna ucapan Axel. Alana langsung tersedak, terbatuk-batuk dengan wajah memerah.Makanan di mulut Alana terasa mencekik di tenggorokan. Hingga ia tersedak, terbatuk-batuk dengan wajah memerah, ujung matanya pun ikut mengeluarkan air mata.
Tenggorokannya terasa panas, hingga hidungnya pun ikut merasakan pedas. Meski tanganya terus memukul-mukul dadanya, guna mereda batuk. Tapi Alana masih terus sulit mengendalikan batuknya. Hingga air mata pun keluar dari sudut matanya. Alana menangis karna tersedak.
"Minum." Axel mengulurkan segelas air putih yang langsung disambut Alana, meneguknya tanpa sungkan.
Nafasnya berubah ngos-ngosan begitu berhasil mereda batuknya. Seakan Alana habis melakukan lari maraton panjang.
"Kita... apa? Tadi kamu tadi bilang apa?" Tanya Alana. Tangannya mulai sibuk mengusap kening yang tiba-tiba mengeluarkan keringat, disekelilingnya terasa panas karna pendengarannya.
Belum ingin percaya dengan apa yang dia dengar, Alana berharap jika pendengaran bermasalah kali ini.
Dia benar-benar ketakutan. Berharap dia hanya berhalusinasi dengan apa yang dikatakan Axel. Begitu pun pendengarannya yang bermasalah.Tapi ucapan tegas Axel membuat Alana merasa dilemparkan kedasar jurang. Hingga ia kehilangan nyawanya.
"Kamu tidak salah dengar, Alana. Kita memang akan menikah, malam ini." Ulang Axel tegas.
"Dan aku ingin kamu bersiap untuk itu." Lanjutnya, sama sekali tidak ada nada bergurau dari ucapannya. Semua nampak jelas dan tegas. Seolah apa yang ia katakan adalah sebuah keseriusan.
Gerakan tangan Alana mendadak terhenti. Telinganya berdenging, kedua matanya melebar sempurna. "A---apa?" Gagap Alana.
Mendadak nafasnya tercekat. Seperti ada benda besar yang mencekik Alana.
"Kita--- akan menikah?" Ulang Alana. Axel mengangguk lambat.
Anggukan Axel terasa seperti hukum pancung untuk Alana. Hidupnya terasa kandas detik ini.
Dengan tubuh sedikit menggigil, Alana menatap Axel gamang. Bagaimana mungkin pria asing itu, berbuat seenaknya padanya?
"Bagaimana mungkin?" Lirihnya menyeruakkan isi hatinya. Bibirnya tersenyum patah dengan perasaan tak kalah kaget.
"Bagaimana mungkin kamu berencana menikah dengan ku, tapi baru memberi tahuku sekarang?" Lanjutnya. Wajahnya sudah tak memiliki rona lagi. Yang ada hanya tatapan mata sayu tanpa cahaya.
Dengan bibir tersenyum miris.
Kedua tangan Alana terkepal hebat, tubuhnya bergetar menahan sebuah perasaan marah bercampur benci.Marah karna Axel selalu memperlakukannya semena-mena. Tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya. Tidak tau kah bagaimana perasaan Alana saat ini?
Bagaimana, perasaannya yang selalu diperlakukan Alana sesukanya?
Bagaimana Axel merebut masa depannya, menghancurkan mimpinya. Dan sekarang Axel juga berniat hidupnya?
Dan benci, benci karna dia harus terseret dengan pria tak memiliki hati seperti Axel.
Alana benar-benar membenci pria di depannya saat ini. Membencinya hingga relung hatinya yang paling dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana; Wanted; Be Mine!
RomanceKesalahan terbesar Alana adalah; bertemu pria itu, menyelamatkannya dan memberikan senyuman manis padanya. Hingga karna semua itu--masalah datang bertubi-tubi menghantamnya. Membuat dia terikat tanpa bisa lari atau pergi. Lebih parahnya, dia terkuru...