Bab 6

5K 284 1
                                    

Menunduk, menatap piringnya Alana tersenyum miris begitu melihat makanan entah apa yang ada di piringnya. Dia bahkan tidak mengerti bagaimana cara memakannya.

Makanan khas orang kaya, yang sama sekali tidak ia mengerti. Meski dia bekeja di cafe, tempat anak orang kaya nongrong. Tapi tetap saja tidak pernah menemui makanan seperti di depannya ini.

Makanan dengan porsi sangat sedikit. Alana tidak yakin jika dia bisa kenyang memakan-makanan di depanya. Bahkan dia juga tidak tau bagaimana cara makannya. Di depannya, ada banyak jenis alat untuk makan, mulai dari sendok makan, sendok kecil, garpu, sumpit hingga pisau. Tersusun rapi di samping piringnya.

Dia bingung harus menggunakan yang mana. Mengetahui itu, Alana ingin menangis saat ini juga.

"Makanlah." Alana hanya tersenyum canggung menanggapi ucapan Axel.

Baru kemudian melirik ke arah sekitar, di mana seluruh orang nampak sibuk dengan makanannya. Tidak terganggu dengan kehadirannya sama sekali dan Alana sedikit bersyukur untuk itu.

"Kamu tidak suka makanannya?" Tanya Axel sekali lagi. Sedikit menghangatkan perasaan Alana. Dia merasa tidak nyaman dengan semua orang, tapi setidaknya perlakuan Axel membuat ia merasa lebih baik.

"Kamu belum mengerti juga? Bagaimana mungkin orang kampung menyukai makanan seperti ini, Axel? Seharusnya kamu memberikannya makanan kampung juga? Bukan makanan Itali seperti ini."

Axel sudah akan membalas, tapi tertahan begitu Alana menahan tangannya. Memintanya untuk menatap ke arahnya.

"Aku tidak tau bagaimana cara makannya." Bisik Alana begitu Axel mendekatkan tubuhnya.

Wajah Alana bersemu merah, menahan malu ketika Axel mengukir senyum tipis.

Tanpa mengatakan apa pun, Axel memotong-motong Bistica alla fiorentina  di depannya menjadi potongan kecil-kecil. Baru kemudian menukar piring Alana dengan piringnya. 

"Makanlah. Kamu bisa menggunakan garpu." Ucapnya mengacak rambut Alana lembut.

"Apa kamu ingin aku menyuapimu?" Tanya Axel lagi berhasil membuat Alana menatapnya horor.

Semua perlakuan Axel tidak lepas dari perhatian seluruh keluarga. Terutama kakek Harison. Dia nampak terus memperhatikan cucu lelakinya yang nampak hangat pada orang asing. Bahkan belum ada satu pun yang membuat Axel bersikap seperti itu selama ini.

Suara kursi bergesekan dengan lantai terdengar. Kakek Harison berdiri dari duduknya, menatap Axel tegas. "Axel, ikut kakek!" Perintahnya tak ingin dibantah.

Meski enggan, Axel tetap mengangguk setuju. "Tunggu di sini." Perintah Axel mengusap rambut Alana sayang.

"Tapi---"

"Tidak apa-apa. Hanya sebentar."

Dengan sedikit tidak ikhlas, akhirnya Alana mengangguk patuh. Membiarkan Axel melangkah pergi meninggalkannya duduk di meja makan dengan orang-orang asing disekitarnya.

Jika seperti ini, lebih baik dia kelaparan di kamar. Rutuk Alana kesal.

"Aku tidak tau pelet seperti apa yang kamu berikan pada Axel. Tapi yang jelas, kamu harus tau diri jika kami tidak pernah berpikir untuk menerima orang miskin menjadi anggota keluarga Harison."

Alana menoleh menatap pada wanita anggun di depannya. Hingga mengukir Alana senyum kesal saat mendapati tatapan penuh permusuhan.

"Apa anda pikir jika saya tertarik untuk menjadi anggota keluarga anda?" Balas Alana dengan beraninya. Tidak terpengaruh dengan tatapan intimidasi di depannya.

Alana; Wanted; Be Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang