Bab 2

8K 353 4
                                    

***

Masih dengan wajah sesenggukan, Alana memeluk tubuhnya pilu. Dia menatap penuh benci pada pria yang kini berdiri memunggunginya.

Tubuhnya sudah menggunakan kembali seluruh pakaiannya, tapi sama sekali tak berniat untuk bangun atau pun pergi. Alana tak lagi memiliki kekuatan hanya sekedar untuk beranjak atau pun bangun. Hatinya terlalu hancur untuk itu.

"Tenang saja, saya akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah saya lakukan."

Tiba-tiba pria itu membuka suara, membuat Alana menghentikan tangisannya sejenak. Begitu mendongak-

Deg

Alana melotot marah, pria yang berdiri di depannya ternyata adalah pria yang sama yang sempat ia tolong kemarin.

"Brengsek." Sembur Alana.

"Dasar pria gak berperasaan, gak punya hati... Uuuuuuuu." Raung Alana semakin memeluk tubuhnya erat. Menangis semakin kuat diiringi oleh linangan air mata yang semakin deras.

"Ck, mau sampai kapan kamu menangis? Meski sampai besok kamu menangis pun--semua sudah terjadi. Lebih baik kamu bangun, saya akan antar kamu pulang. Sekarang, cepat!" Perintahnya bossy.

Alana semakin marah mendengar ucapan seenak jidat dari pria di depannya. Tidak tau kah apa yang sudah dia lakukan itu sudah menghancurkan Alana juga masa depannya?

Tapi kenapa seolah-olah pria itu, bersikap tidak melakukan apa pun?Bahkan wajahnya tidak merasa bersalah sedikit pun. Seolah-olah apa yang telah pria itu lakukan bukan masalah besar.

"GAK." Sentak Alana kuat. "Aku gak sudi diantar iblis kejam kayak kamu. Jangan harap aku masih mau berdekatan dengan kamu. Brengsek!"

Setelah mengatakannya Alana kaget begitu pria itu berjalan mendekat. Hingga Alana bergerak mundur dengan tatapan mata waspada dan sedikit ketakutan.

Membayangkan apa yang terjadi semalam membuat ia masih merasa trauma.

"Jangan membuat saya marah, atau kamu akan menyesal setelahnya!" Serunya penuh peringatan.

Awalnya Alana takut, tapi ketika mengingat apa yang terjadi membuat Alana merasa marah juga teramat benci.

"Aku tidak peduli--Hiks. Aku bilang aku tidak peduli."

Tangis Alana kembali pecah, dia menangis sambil sesenggukan dibarengi dengan kepala menunduk, membenamkan kepalanya kesela-sela lututnya yang ditekuk di depan.

"Terserah, kalau kamu masih mau menangis. Tapi ingat, di sini bukan hanya ada saya. Ada banyak preman di luar sana, jika kamu masih ingin hidup lebih baik turuti kata-kata saya!"

"..Atau kamu masih ingin merasakan kejadian seperti semalam lengkap dengan preman itu. Yang menikmati tubuhmu?"

Tangis Alana terhenti begitu mendengar ancaman pria di depanya. Mengangkat wajahnya, masih dengan wajah berantakan Alana berteriak semakin kuat ketika menemukan pria itu berdiri di depan pintu bersiap membuka pintu.

"Brengsek, biadap. Terserah ... aku tidak akan peduli." Raung Alana.

Tapi teriakan Alana bukannya didengar, pria itu malah dengan santai terus melenggang pergi. Meninggalkannya yang menangis di tempatnya.

Merasakan kejadian semalam? Dengan preman-preman?

Mendadak otak cantik Alana mulai mencerna ucapan pria asing itu. Tangisnya langsung berhenti seketika. Digantikan dengan wajah panik.

"Tunggu!" Teriak Alana.

Mengelap hidungnya dengan punggung tangan Alana menatap pria di depanya dengan tajam.

Alana; Wanted; Be Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang