"Jadi... Kamu ada di sini, Alana?"
Alana menghentikan langkahnya seketika. Begitu mendongak, dia langsung menemukan tatapan dingin dengan wajah menyeramkan Axel yang menatapnya.
Rahangnya mengeras seiring dengan langkahnya yang semakin mendekat padanya.
Alana menelan ludah, mendadak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Axel terlihat menyeramkan saat ini. Apa lagi ketika kedua sorot mata pria itu menggelap.
Menatapnya penuh peringatan.Alana semakin melangkah mundur, tidak berani meneruskan langkahnya seiring Axel terus melangkah ke arahnya.
"Axel, ak--u--" Alana meringis, tangan besar Axel menarik lengannya kuat. Menghetikan langkah Alana yang berjalan mundur. Hingga Alana bisa melihat wajah Axel lebih dekat.
"Bukankah aku sudah peringatkan kamu, Alana?! Untuk tidak pergi ke mana pun tanpa seijin dari ku?!"
Suara dingin dengan kedua mata menggelap menatapnya tajam membuat Alana menggeleng panik.
"Apa dari semua ucapan ku masih belum bisa kamu cerna? Hah?" Bentak Axel. "JAWAB!"
"Axel, aku--" Lagi-lagi lidah Alana terasa Kelu. Wajahnya sudah ketakutan melihat Axel yang seperti monster yang siap kapan pun menerkamnya hidup-hidup.
Bahkan wajah Axel sudah memerah dengan gigi bergemelatuk hebat.
"Ada apa ini?" Suara dari arah pintu cafe. Mengalihkan perhatian Axel dan Alana.
Alana sedikit menghembuskan nafas lega. Berharap Angga bisa membantunya lepas dari Axel saat ini.
Angga berlari cepat ke arah Axel yang kini mencekram lengan Alana. Kedua mata tajam seperti elang milik Axel terus mengawasi Angga yang berlari ke arahnya dengan terburu-buru.
"Alana?" Panggil Angga meminta perhatian Alana.
"Pak Angga." Panggil Alana dengan nada memohon.
"Ah, jadi kamu lari dari ku. Untuk menemui laki-laki ini?" Suara berat Axel semakin terdengar menakutkan.
"Tidak. Bukan begitu Axel---" Geleng Alana panik. Dia tidak mau jika bosnya tempat bekerja di sangkut pautkan oleh masalahnya.
"Lepaskan tangan, Alana!" Angga menyentak kasar tangan Axel. Mengabaikan tatapan mata Axel yang terlihat tak bersahabat. Menepisnya kuat hingga cengkraman Axel terlepas.
Axel tersenyum dingin mendapat perlakuan tak mengenakan Angga. Apa lagi saat melihat Angga menarik Alana untuk berdiri ke belakang tubuhnya. Membuat Axel semakin mengepalkan tanganya kuat. Seolah, pria itu sudah berani mengibarkan bendera perang padanya.
"Minggir, jangan ikut campur urusan saya!" Seru Axel berusaha meraih tangan Alana tapi langsung ditepis oleh Angga.
"Kamu tidak lihat?" Ucap Angga. "Alana bahkan tidak mau pergi dengan mu." Sambungnya.
Axel memperhatikan Alana yang menggenggam ujung baju pria di depannya. Apa lagi ketika wajah Alana terlihat ketakutan, semakin membuat Axel merasa murka. Bukan seperti ini yang dia inginkan. Dan dia tidak suka jika Alana malah memilih orang lain dibandingkan dirinya.
"Minggir!" Dengan sekali sentakan Axel berhasil menyingkirkan Angga dari depannya. Membuat ia terhuyung ke samping dan jatuh terduduk di aspal.
"Axel!" Jerit Alana. Menepis tangan Axel kasar, Alana berlari membantu Angga berdiri. Dan semua itu semakin membaut Axel menggeram kesal.
"Pak Angga gak papa?" Tanya Alana khawatir.
Keadaan cafe yang sudah sepi semakin terasa mencekam begitu Axel melihat Alana yang nampak khawatir dengan pria di depannya. Bahkan dengan santainya dia malah membantu pria yang dipanggil oleh Alana dengan sebutan pak Angga itu untuk berdiri. Mengabaikan Axel yang sudah mendidih ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana; Wanted; Be Mine!
RomanceKesalahan terbesar Alana adalah; bertemu pria itu, menyelamatkannya dan memberikan senyuman manis padanya. Hingga karna semua itu--masalah datang bertubi-tubi menghantamnya. Membuat dia terikat tanpa bisa lari atau pergi. Lebih parahnya, dia terkuru...