Prolog

375 56 11
                                    

---○▪︎●▪︎○---

Dita terbangun di tempat yang tidak asing. Pondok kayu dengan pemandangan asri, dan hamparan padang bunga matahari di sisi lain pondok. Tapi kali ini suasana di dalam pondok itu sangat berbeda, terakhir kali Dita berada di sana sangat dingin dan mengerikan.

Jauh berbeda sekali dengan sekarang, hangat dan menyenangkan. Dua kata itu dapat menggambarkan perasaan Dita kali ini. Lalu rindu? Dita tidak yakin dengan apa yang dirasakannya terhadap suasana yang tidak asing baginya ini.

"Aku? Kenapa disini lagi?" Dita mengucapkan hal itu pelan, matanya mengerjap berkali-kali dan berusaha menggerakkan tangannya. 'Ah, ini mimpi' batinnya dan berdiri dari ranjang tempatnya berbaring tadi

Dita melihat sekeliling, perabotan kayu yang masih tertata sama persis. Tapi kini hanya ada satu yang berbeda, lukisan bunga mawar sudah tak ada di kamar utama. Melainkan potret lukisan Putri Adya dan Tuan Kim yang sedang tersenyum disana. Wajah keduanya sangat cerah berseri.

Potret Tuan Kim terlihat sangat tampan meskipun ada kumis tipis, rambut sebahunya diikat setengah dan menggunakan pakaian tradisional hanbok berwarna putih. Sedangkan potret Putri Adya.. "apa mataku salah?" Dita mengusap matanya untuk melihat potret lukisan itu dengan lebih jelas. Tapi ternyata bukan matanya yang salah, di bagian wajah Putri Adya memang sangat bercahaya. Seolah-olah Putri Adya memang cahaya itu sendiri.

Dita tersenyum, "Kalian sudah bahagia disana" Dita memandangi potret lukisan itu sedikit lebih lama sebelum akhirnya memilih bergerak keluar dari pondok untuk mencari petunjuk apapun itu, melewati hamparan padang bunga matahari dan kini mencapai air terjun. "Semuanya masih sama persis"

Dita terus mengikuti kemanapun kakinya melangkah, pasar, istana, semua yang dulu pernah dijelajahinya dalam ingatan Putri Adya.

Dita tidak yakin apa yang harus dilakukannya, jadi ia menuju ke arah yang belum pernah dilaluinya.

Di tengah hutan, Dita menemukan sebuah kuil yang terbengkalai. Ornamen kuil itu terlihat masih terukir sempurna, tapi bagian pintu masuknya sudah dipenuhi tanaman merambat. Dita memiliki firasat yang kuat untuk memasuki kuil itu.

"Permisi" ucap Dita sembari memasuki kuil itu melalui celah-celah tanaman merambat yang menghalangi pintu masuk.

Bagian dalam kuil terlihat sangat megah, lapisan dinding dan hiasan lain terlapisi emas. Dita yakin sekali kalau kuil itu sempat menjadi pusat kerohanian sebelum akhirnya ditinggalkan. "Wih, emas segini banyak dapet berapa duit ya?"

"Yang pasti bisa untuk membuat satu istana lagi" jawab seseorang di belakang Dita.

Dita merasa rambut halusnya berdiri tanpa permisi, tidak salah lagi suara ini..

"Anda adalah.." perlahan Dita berbalik untuk menatap seseorang itu

"Benar. Ini aku" jawabnya sambil tersenyum

Dita diam membisu setelah melihat sosok itu lagi. Benar. Dia adalah Putri Adya. Tapi penampilannya sangat berbeda dengan yang terakhir kali diingatnya. Dita mengernyit.

"Tidak senang bertemu denganku?" Rajuk sang Putri

Dita menggeleng pelan. "Bukan.." jawabnya pelan juga

Penampilan Putri Adya sangat mewah, kebaya yang menjuntai berwarna putih lalu kain adat yang cocok dengan kebayanya. Tak lupa mahkota yang kelihatannya terbuat dari emas murni dan dihiasi beberapa permata yang kelihatan sangat mahal. Dita terpana dengan penampilan itu, benar apa yang dipikirkannya tadi kalau sangat tidak berlebihan menyebut Putri Adya seperti eksistensi dari cahaya itu sendiri.

Sang Putri tersenyum. "Biarkan aku mengatakan sesuatu"

Dita mengangguk sebagai jawaban

"Izinkan aku untuk..."

---○▪︎●▪︎○---

Hai semuanya!
Greesa is back🤸‍♀️

Aku harap kalian suka dengan cerita inii, disclaimer di awal ya. Ini masih bertema sama dengan yang sebelumnya💋

Please enjooooy!

Salam sayang,
Greesa Maya
(24 Sept' 2022)

Eternal Love Part 2✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang