Malam hari di musim panas, 20xxJin tidak mengerti kenapa ia mengalami semakin banyak kejadian buruk akhir-akhir ini. Padahal ia yakin sekali kalau masalah yang menyangkut 'mistis' sudah benar-benar diselesaikan bertahun-tahun lalu.
"Mina sayang, papa akan cari di sekitar halaman rumah. Tolong jaga mama selama papa pergi."
Mina yang sedang menatap ke arah tangga sudah bersiap menuju ke mamanya itu berhenti. Mina menoleh melihat wajah papanya. "Keluarga tidak boleh terpisah" ucapnya pelan
Jin tersenyum, "anak pintar. Papa akan baik-baik saja" lalu membelai rambut panjang milik anak perempuannya itu
Mina memeluk tubuh Jin singkat lalu tak lama ia menuju ke arah lain dan kembali sambil membawakan payung dan senter. "Jangan pergi terlalu lama"
"Papa hanya akan pergi ke sekitar rumah kita" Jin mengecup singkat kening anaknya dan pergi setelah melambaikan tangan pada Mina.
Mina terus memperhatikan papanya tanpa berkedip. "Mencintai dalam.. keabadian?"
Mina menggeleng "dimana aku mendengar itu?" Tak lama Mina menutup pintu dan pergi ke lantai atas menuju ke tempat mamanya berada.
.
.Baru berjalan sekitar 50 langkah dari rumah itu. Kepala Jin tiba-tiba terasa berat dan suara dengung seolah lebah berada tepat di telinganya benar-benar memekakan telinga. Suara yang semakin lama semakin keras itu membuat Jin sulit fokus dengan jalanan yang penuh kubangan air di depannya. Tapi Jin tidak gentar. "MINJAE!" Teriaknya
Jin berharap akan segera menemukan anaknya itu.
"MINJAE!!"
"MINJAE!!!"
Jin tiba-tiba tersadar kalau ia sudah berjalan cukup jauh. Mungkin karena rumah itu tidak memiliki pagar yang membatasi halaman dan pepohonan di sekitar rumah itu, Jin tidak tahu lokasi tempatnya berada sekarang.
Hujan perlahan berhenti, udara menjadi semakin dingin. "Aku harus kembali"
Jin tidak tahu bahwa ia sudah tersesat. Jin menatap ke jalan setapak yang sepertinya baru saja dilaluinya. Tapi aneh sekali, semakin ia ikuti jalan itu malah semakin jauh masuk ke dalam pepohonan.
Jin merasa haus dan lelah, senter yang menjadi satu-satunya penerang juga sudah hampir kehilangan dayanya. Jin terduduk di atas tunggul pohon yang tampaknya baru di tebang untuk beristirahat sejenak.
Jin menghela napasnya panjang dan menutup matanya.
"Papa"
Suara lirih dari balik semak-semak di belakang Jin membuatnya sedikit tersentak. Jin berdiri dan mencoba memastikan apakah yang didengarnya tadi adalah ilusi atau bukan.
Jin bergerak perlahan mendekati semak tadi. Perlahan.. *srakk*
Tidak ada apapun disana.
Jin mengusap keningnya yang sudah berkerut, lalu memejamkan matanya.
"Papa"
Sekali lagi. Suara itu. Jin berusaha menghiraukannya dan kembali duduk di tunggul tadi.
"Uh sial." Makinya dengan suara pelan.
Jin mengacak rambutnya dan memandangi langit malam. "Aku sudah melanggarnya" bisiknya pelan seolah berbicara pada langit malam.
"Kenapa aku..." tak sanggup melanjutkan kalimatnya
Kilasan kejadian yang disesalinya seketika berputar di kepala. Jin sungguh membencinya, kenapa cobaan terus-menerus menerpa pernikahannya dengan Dita?
Jin memandang jemari di tangannya. Melihat cincin pernikahan yang masing melingkar disana. Sungguh ia merasa takut dan bersalah di saat bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love Part 2✅️
FanfictionCerita ini adalah sekuel dari Eternal Love, melanjutkan kisah 'perjalanan' keluarga kecil Jin dan Dita setelah resmi memiliki anak kedua. Ada satu rahasia lagi yang menyelimuti keluarga ini. Bagaimanakah kehidupan baru mereka bersama Mina dan anak k...