Kaki kecil itu melangkah pelan tanpa memakai alas kaki. Mendapati dirinya berada disebuah apartement mewah. Tidak heran mengingat pekerjaan si pemilik apartement ini. Ai mengendap, menyambar apa saja yang ada dijangkauannya untuk membela diri.
Seperti apapun backgroundnya, biar bagaimanapun orang ini pernah mencoba menghabisinya.
Mendekati dapur, aura organisasi hitam menusuknya, mengusik nyali Ai. Pria tinggi bersurai pirang tengah sibuk mengaduk sesuatu di dalam panci.
"Tidak perlu mengendap endap seperti pencuri. Aku bisa merasakan kehadiran kamu." Insting para detective memang tidak bisa diremehkan, mereka mampu merasakan kehadiran seseorang walaupun sebelum melihatnya. Pria tinggi itu berbalik, ia melirik benda digenggaman Ai kemudian tersenyum. "Kamu ingin menyerangku menggunakan pulpen itu?" Sindirnya.
Refleks Ai menyembunyikan tangannya. Tubuhnya gemetar merasakan aura BO dari pria dihadapannya. Takut. Jarak mereka hanya tiga meter, ditambah mereka berada dalam satu ruangan, hanya berdua.
"Kenapa kau membawaku kemari?" Tanyanya tanpa basa basi. "Kau ingin mengembalikanku kepada mereka?"
"Mereka? Mereka siapa?" Rei pura-pura tidak tahu.
"Jangan pura-pura. Kamu sudah tahu identitasku."
Padahal Rei masih ingin merahasiakannya, tapi gadisnya sendiri yang membeberkannya. Bukannya menjawab Rei malah kembali fokus pada masakannya, mengaduk kuah kare di panci. Merasa diacuhkan Ai pun berteriak.
"Ayo jawab."
Rei mematikan api, menatap Ai kembali. Wajah kecil itu dibuat galak, tapi dimata Rei justru terlihat imut.
"Kamu ingin jawaban seperti apa?"
Kening ai mengerut tak senang, bukannya jawab malah balik nanya.
"Aku minta maaf. Aku sudah membuatmu dalam bahaya waktu itu. Untung saja orang yang kutemui di kereta bukan kamu. Tapi tetap saja ini salahku. Ketahuilah, aku tidak pernah mencoba untuk membunuhmu." Jelasnya.
"Ya. Tapi kau ingin mengumpankan aku pada mereka. Lalu apa bedanya, pada akhirnya aku juga akan mati ditangan mereka."
Rei menunduk, menjajarkan matanya menatap wajah mungil Ai. Gadis itu menegang. Tatapannya menajam. Genggaman pulpen ditangannya semakin erat.
"Itulah kenapa aku minta maaf. Aku minta maaf sudah membahayakanmu. Awalnya niatku memang seperti itu. Tapi sekarang, aku ingin melindungimu dari mereka."
Ai mengamati, apa dia sedang beracting? Tapi dari ucapan dan tatapannya terlihat tulus. Bukankah dia anggota BO, pasti dia juga jago memanipulasi. Ia tidak boleh percaya begitu saja.
"Kenapa kau membawaku kemari? Kalau kamu ingin melindungiku, seharusnya cukup kembalikan aku pada Hakase."
"Aku akan melakukannya tapi tidak sekarang. Aku ingin kau mengenalku. Dan tidak takut padaku lagi."
Mungkin momen ini bisa Ai ambil untuk belajar mengendalikan rasa takutnya terhadap organisasi. Lagipula jika orang dihadapannya ini benar-benar jahat, mungkin dirinya sudah ditinggalkan di gedung itu agar terpanggang hidup-hidup.
Tapi, benarkah Bourbon adalah agen ganda? Bisa jadi Ai terkurung disini karena kelainan sexual yang dia idap kan?
Sepertinya Ai belum bisa menghilangkan kecurigaannya pada pria pirang ini.
"Aku tidak mau mengenalmu. Biarkan aku pulang."
Rei berdiri, ucapan Ai membuat hatinya sakit, ia seperti baru saja ditolak oleh pujaan hati.
"Sebaiknya kita makan siang dulu." Putusnya sebelum menyibukan diri di dapur lagi.
"Aku tidak lapar. Aku ingin pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love
Mystery / ThrillerSudah lama semenjak Haibara Ai dan Edogawa Conan bertemu. Belum ada perkembangan tentang BO. Mareka selalu berpindah markas hingga sulit dilacak. Sementara itu Haibara Ai belum menemukan komponen lengkap antidot, membuat kedua remaja itu masih dalam...