Rei beberapa kali mendapati Haibara Ai melamun, mungkin ia merindukan Profesor Agasa atau merindukan teman teman kecilnya. Sejauh ini gadis itu tidak mau berbicara dengannya, menatapnya pun seolah tak sudi. Perbincangan tentang Haro menjadi obrolan terakhir mereka, setelah itu Ai lebih banyak menyendiri di kamar, gadis itu selalu menghindarinya.Rei hanya bisa pasrah, dia tidak memiliki hak untuk marah. Ai masih takut padanya. Dia tidak mungkin bisa memaksakan kehendak Ai. Maka Rei membiarkan Ai dalam dunianya sendiri. Sedikit berharap sikap gadis itu kepadanya akan berubah.
Siang itu Rei memergoki Ai masuk ke tempat laundry, mencari cari sesuatu diantara tumpukan baju bersih yang sudah tersusun rapih, Rei memperhatikannya dalam diam tak berniat mencegahnya. Sepertinya Ai sudah menemukan apa yang ia cari, rupanya gaun yang ia kenakan saat pameran itu. Entah apa yang akan dilakukan Ai dengan gaun itu, Rei membiarkannya saja, pria itu berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan siang.
Baru setengah jalan menyiapkan makanan, pikiran nya menjadi tidak tenang, rasa penasaran menguasai pikirannya. Apa yang sebenarnya ingin dilakukan Ai?
Rei mematikan kompor untuk pergi ke kamar, memuaskan rasa penasarannya. Jantungnya seakan merosot. Dari ambang pintu Rei menyaksikan tubuh mungil Ai menggantung diantara perut pada bibir jendela, entah apa yang sedang dia lakukan tapi ini sangat berbahaya. Hampir saja gadis itu akan terjatuh kalau Rei tak segera menangkapnya.
Rei marah, tapi sadar jika dirinya memarahi Ai malah akan membuat gadis itu semakin tidak mau berbicara padanya. Akhirnya dia hanya memperingatinya untuk tidak bertindak sembrono. Rei juga mengunci jendela dan pergi meninggalkan Ai yang menatap muram pada jendela.
Ai naik ke atas kursi, melongok keluar jendela, kain berwarna sky blue kini teronggok sia-sia. Kini Ai hanya bisa berdoa, semoga kain itu ditemukan orang yang tepat.
.
.
.Waktu sudah menunjuk pukul dua dini hari namun pria bersurai pirang itu tak kunjung tidur, ia masih berkutat dengan pekerjaannya, membuat laporan panjang untuk atasannya.
Tiga hari sudah ia tidak memunculkan diri pada dunia, mengurung diri bersama gadis kecil yang dia disembunyikan.
Sinting.
Adalah kata yang pantas untuknya. Apa alasan dia membawa gadis itu untuk tinggal bersamanya?
Ingin gadis itu lebih mengenalnya?
Ingin melindungi gadis itu?
Konyol.
Dan selain dia masih ada orang-orang yang akan melindungi gadis itu secara suka rela.
Pertanyaannya adalah, untuk apa? Kenapa pria itu sangat ingin gadis itu mengetahui segala tentang dirinya?
Atau kah pria itu menganggap gadis itu sebagai miniatur dari cinta pertamanya yang sudah tiada?
Entahlah. Rei sendiri tidak mengerti atas dirinya sendiri, kenapa dirinya melakukan itu? Kenapa tidak mengembalikan saja Haibara Ai pada profesor Agasa?
Rei mendengar suara dari dalam kamarnya, kamar yang kini di tempati gadis kecil itu. Bukan kah seharusnya anak itu sudah tidur? Sedikit ragu ia mendekatinya. Membuka sedikit pintu kamar, rupanya Ai tengah mimpi buruk, tidurnya nampak gelisah, merancau memanggil kakaknya.
Apa yang harus Rei lakukan? Membangunkan lalu menenangkannya? Atau membiarkannya saja. Ai saja masih belum mau menatap matanya bagaimana dia berpikir untuk membangunkan gadis itu.
Rei beranjak kedapur untuk mengambil segelas air putih dan kembali ke kamar, meletakan gelas di atas nakas. Ia tak langsung beranjak, entah dorongan darimana detik berikutnya ia sudah duduk disisi tempat tidur mengusap lembut surai pendek pirang strawberry itu sambil membisikkan kata kata menenangkan sementara tangan satunya menepuk halus pundak Ai.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love
Mystery / ThrillerSudah lama semenjak Haibara Ai dan Edogawa Conan bertemu. Belum ada perkembangan tentang BO. Mareka selalu berpindah markas hingga sulit dilacak. Sementara itu Haibara Ai belum menemukan komponen lengkap antidot, membuat kedua remaja itu masih dalam...