Waktu sudah menginjak pukul delapan malam ketika kedua laki-laki berbeda ukuran tubuh itu memilih duduk saling berhadapan di satu meja makan. Diam, hanya membiarkan mata mereka yang berbicara. Lima belas menit yang lalu bocah dengan kacamata itu datang mengunjungi rumahnya, lebih tepatnya ke penghuni rumahnya.
"Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?" Akai yang kini dalam wujud Subaru akhirnya bersuara. Rasanya, melihat tatapan mata yang tajam dan dingin darinya membuat image Subaru menjadi buruk. Sebab, pria itu lebih dikenal sebagai pribadi yang santun dan lembut. Seratus delapan puluh derajat berbeda dari aslinya.
"Kau akan pergi lagi?"
Akai pasti mengerti maksudnya. 'Pergi' dalam artian menjalankan tugas di luar negara jepang.
"Jika kau benar-benar akan pergi. Tolong, jangan membawa Haibara bersamamu." Pintanya dengan nada serius disetiap kata.
Tatapan Akai masih tetap sama. Datar dan dingin. Conan menahan diri untuk tidak menghela napas di hadapannya. Sepertinya Akai benar-benar marah padanya. Sejak kemarin pria itu menatapnya dengan tatapan yang sama biarpun dalam wujud Subarunya. Sebelumnya, Akai tidak pernah bersikap dingin seperti ini padanya. Pria itu selalu menghargai dan menghormatinya sebagai partner.
"Aku mengakui kesalahanku." Kata Conan tanpa memutuskan kontak mata mereka. "Aku minta maaf." Akhirnya kata itu terucap langsung dari bibirnya.
"Kenapa kau bilang padaku?"
"Ada tiga orang yang mengetahui kecerobohanku dan ini mengenai satu orang diantaranya. Aku sudah meminta maaf pada mereka dan sekarang aku meminta maaf padamu. Sekali lagi, aku minta maaf."
Akai meneliti wajah detective di depannya. Gurat kesungguhan memang terukir disana. Tapi, sekalipun mereka memaafkannya, dia yakin bocah ini akan mengulangnya lagi dan meminta maaf lagi dan begitulah seterusnya.
"Baiklah."
Conan merasa sedikit lega sekarang. "Mengenai rencana kepergianmu-
"Aku akan tetap membawanya bersamaku." Sela Akai dengan cepat.
Conan terperanjat. "Kau tidak bisa membawanya. Dia tidak akan mau ikut bersamamu." Tegasnya sedikit ragu dengan pernyataannya sendiri.
"Bernarkah?" Akai melipat tangan didada. "Yang dia butuhkan adalah Seseorang yang selalu ada bersamanya. Membantunya dan melindunginya. Membuatnya merasa aman."
"Dia aman bersamaku."
Akai mendengus. "Kenapa kamu begitu percaya diri mengatakan itu?"
Tatapan Conan mengeras mendengar nada sindiran dari Akai. "Pertanyaan yang sama untukmu. Kenapa kau begitu percaya diri bisa menjaganya tetap aman bersamamu?" Conan membalikkan pertanyaan Akai sebelumnya.
Tatapan dingin dari netra hijau kembali menusuk ke netra biru di hadapannya. Pria itu tahu jika detective remaja ini tengah memancingnya.
"Prioritasku hanya dia."
"Lalu pekerjaanmu? Tidak mungkin kau akan terus berada disisinya setiap saat. Dan kalian berada di negara lain. Tidak ada orang yang mengenalnya. Yang membantumu menjaga dan mengawasinya. Apakah ini baik untuknya?"
Bukan menjawab, tapi Akai kembali melontarkan pertanyaan padanya. "Jika Shiho dan putri detective itu sama-sama tergantung di tebing jurang. Mana yang akan pertama kau selamatkan?" Disertai tatapan intimidasi dan raut wajah keras.
Conan tampak tercengang dengan pertanyaan ultimatum darinya. Terlihat berpikir. Apapun yang ada dalam otak kecilnya, Akai menunggu jawaban yang meyakinkan dan mampu membuatnya percaya. Namun sampai lebih dari satu menit, bocah itu belum juga bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love
Mystery / ThrillerSudah lama semenjak Haibara Ai dan Edogawa Conan bertemu. Belum ada perkembangan tentang BO. Mareka selalu berpindah markas hingga sulit dilacak. Sementara itu Haibara Ai belum menemukan komponen lengkap antidot, membuat kedua remaja itu masih dalam...