"Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja. Sumber energi berasal dari penghasil energi. Dan bentuk energi ada lima...
Conan mendengar penjelasan Kamogari sensei sambil lalu. Tak ada niatan sama sekali untuk menaruh perhatian pada pelajaran kali ini. Bukan kali ini saja sebenarnya. Menurutnya semua pelajaran di kelas tiga mem-bos-an-kan. Mungkin karena pengaruh siapa yang menjadi pengajar disini.
Biasanya jika sedang dalam mode bosan seperti ini. Bocah itu hanya menatap keluar jendela mengabaikan sayup-sayup suara dari gurunya, seolah apa yang ada di luar jendela lebih menarik. Memang benar, diluar kamu bisa melihat langit cerah diselimuti awan putih. Burung terbang diantara pepohonan. Dan itu yang dia lakukan sekarang.
Huuaaam..
Conan langsung melirik penghuni bangku di sampingnya. Dia sudah hafal betul siapa pemilik suara uapan yang baru saja mengudara didekatnya. Benar saja, gadis kecil blasteran yang nasibnya sama dengannya menatap bosan ke papan tulis. Matanya hanya segaris, terlihat sekali tidak bisa menahan kantuknya.
Dasar putri pengantuk, batin Conan. Tapi akhirnya dia tersenyum tipis, mengingat penyebab gadis itu selalu manahan kantuk di sekolah.
Telinga sensitifnya menangkap bunyi gemerisik dari arah saku celananya. Conan langsung berdiri tegak. Terlalu bersemangat sampai membenturkan kursi ke meja di belakangnya, membuat kelas sedikit gaduh. Tapi dia tidak peduli, dia langsung berlari ke depan kelas minta izin ke toilet.
Setelah dirasa lorong cukup sepi. Conan langsung memasang earphone ditelinga kanan. Dia mempercepat langkah setelah mendengar langkah-langkah berat menuju koridor yang ia lewati.
"Jadi, bagaimana?" Conan mengenal itu suara Jodie Sensei. "Kakek itu tidak bisa diajak kerjasama."
Kernyitan muncul di kening Conan. Kakek itu? Siapa? Conan mendorong pintu toilet dan buru-buru masuk ke bilik kosong saat dilihatnya ada seorang anak kelas enam berdiri di depan wastafel. Conan langsung mengunci pintu bilik dan bersandar disana.
"Tidak ada pilihan lain. Kita harus siap menghadapi serigala serigala itu." Itu James yang berbicara.
"Akan banyak korban yang berjatuhan nanti." Jodie berbicara sedikit panik.
"Untuk itu kita harus bergerak dengan hati-hati. Jangan sampai tercium oleh mereka."
"Kalau begitu. Kita tidak bisa membiarkan gadis pirang itu hadir diacara itu. Vermouth pasti akan ada disana."
Conan menekan lebih dalam earphone di telinganya. Gadis pirang? Apa itu Haibara.
"Lie, ini akan mencurigakan jika dia tidak datang sementara yang kainnya ada. Vermouth akan mengira jika kita sudah lebih dahulu mengetahui rencana mereka."
"Demo, Shu.."
"Jika ingin menangkap serigala. Yang kalian butuhkan adalah seekor kelinci dan berbagai perangkap."
"Kau ingin menjadikan dia umpan?" Suara Jodie sensei terdengar tak percaya.
"Tidak dan iya."
Genggaman tangan mengepal kuat mendengar kalimat Akai. Kenapa dia ingin menjadikan Ai sebagai umpan?
"Tenang saja, aku tidak akan membiarkannya terluka. Lagi pula, aku ingin melihat kemana Dia berpihak."
Conan menatap kosong dinding toilet di hadapannya. Pikirannya melayang ke siapa yang dimaksud dengan 'Dia' dari kalimat Akai.
Chapter 7
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love
Mystery / ThrillerSudah lama semenjak Haibara Ai dan Edogawa Conan bertemu. Belum ada perkembangan tentang BO. Mareka selalu berpindah markas hingga sulit dilacak. Sementara itu Haibara Ai belum menemukan komponen lengkap antidot, membuat kedua remaja itu masih dalam...