002. Jam 11 Malam

116 19 0
                                    

"Tama! Tugas yang Runa kasih, udah beres belum?" tanya Liara.

Dari arah dapur lelaki itu menyembulkan kepalanya sambil mengacungkan satu ibu jarinya, kemudian Liara mengangguk pelan dan kembali ke tumpukan buku di depannya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.49 malam, mereka masih sibuk berkutat dengan sisa-sisa tugas yang harus diselesaikan hari itu juga. Sebenarnya masih tersisa tiga hari lagi sebelum pengumpulan tugas tersebut, akan tetapi mereka telah menyepakati untuk mengerjakannya lebih awal.

Toh, mereka jadi mempunyai waktu santai sebelum mempresentasikan tugas kelompok itu.

Haikal dan Tama kini menghampiri Liara dan Runa yang sedari tadi berada di ruang tamu, kedua lelaki itu membawa sepiring pisang goreng dan ubi goreng buatan Haikal.

"Enak, nggak?" tanya Haikal.

"Ck, belum juga dicoba." sewot Runa.

Tama beranjak sebentar sebelum kembali membawa selimut milik Runa yang entah lelaki itu dapatkan dari mana, ia melemparkan selimut tersebut pada Liara.

"Pake, ntar lo sakit."

"Mm, perhatian banget." goda Liara.

Tama menggeleng, "Bukan gitu, gimana mau dapet nilai bagus kalau jubir kelompoknya aja sakit."

Liara menatap datar lelaki di depannya ini, suara tawa dari keduanya temannya menggelegar karena merasa hal yang terjadi di depan mereka itu lucu. Padahal menurut Liara ini biasa saja.

Kini gadis itu memilih tidak menghiraukan candaan teman-temannya, Liara kembali fokus untuk mengecek sudah seberapa jauh tugas yang mereka kerjakan. Sekaligus mengecek takut-takut ada kesalahan yang terlewatkan.

"Loh, teu acan aruih ieu teh?" tanya ibunda Runa saat memasuki rumahnya. Wanita paruh baya itu menghampiri keempatnya sambil memberikan kantong kresek yang berisikan beberapa bungkus camilan.

"Belum, bu. Nanggung dikit lagi." jawab Haikal.

Kini pandangannya ibu Runa mengarah pada Liara, "Nginep aja, ya?"

"Eh, engga, bu. Enggak usah, saya pulang aja."

"Eh.. Tos, ah. Ngenong weh, tos wengi. Palaur di jalanna."

"Engga apa-apa bu, saya dijemput kok." Padahal belum tahu juga.

Setelah sedikit berbincang dan menyapa ringan teman-teman anaknya, ibunda Runa pamit untuk ke atas duluan.

"Sok, mangga. Dihabiskan ya makannya." pesan ibu Runa.

Kami semua mengangguk sambil mengacungkan kedua ibu jari sebagai respon.

"Lo dijemput siapa?" tanya Runa.

Liara sedikit berpikir, "Mm, Bagas?" Dibandingkan sebuah pernyataan, menurut Runa itu lebih terdengar seperti sebuah pertanyaan.

"Yakin, bisa?"

Liara mengangguk kecil seraya mengeluarkan ponselnya. Gadis itu mengotak-atik benda pipih teruntuk menghubungi pacarnya, setelah hampir lima menit sibuk dengan ponselnya, ia langsung mendecak pelan.

"Kan.. Pasti gabisa." tebak Runa sambil mengunyah keripik kentang yang dibawa oleh ibunya.

"Putusin aja." imbuh Runa.

Liara memandang malas pada Runa, "Mana bisa, gue sayang banget soalnya."

Runa memutarkan bola matanya jengkel, "Gue siying bingit siilnyi." ejeknya.

GO-JAKEWhere stories live. Discover now