003. Bertemu Lagi

83 13 0
                                    

"Hah?! Serius?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hah?! Serius?!"

Jake mengangguk.

"Gue kira awalnya itu temennya, pas tau ternyata penumpang gue pacarnya, kaya.. Asu! Gak modal banget." jelas Jake dengan nada sewot.

"Lah terus tuh cewe gimana? Tetep bayar?"

"Nggak, gue bilangnya udah dibayar walaupun dia udah kasihin duitnya."

Jaya bertepuk tangan heboh sambil tertawa, "Tolol!"

Jake mendelik tajam pada Jaya yang sibuk menertawainya, memang salahnya dimana? Toh, hitung hitung berbuat kebaikan. Kapan lagi Jake akan mengratiskan pelanggannya, seharusnya Jaya memujinya dibandingkan menertawainya.

"Berisik, ah!"

Disela tawanya, Jaya menepuk bahu Jake, "Ya harusnya lo ambil aja duitnya. Toh bukan lo yang nagih."

"Emang dasarnya aja lo tolol." imbuh Jaya.

Benar, Jake dan Jaya sedang membahas kejadian semalam. Kejadian saat Jake menerima customer terakhirnya sebelum pulang.

Habisnya Jake merasa konyol saja melihat tingkah lelaki yang ternyata memesankan ojek untuk pacarnya, akan tetapi malah disuruh bayar sendiri. Kalau Jake berada di posisi gadis yang semalam di boncengnya, ia akan langsung ilfeel melihat kelakuan sang pacar.

Padahal tarif dari tempat jemputan sampai ke tempat tujuan tidak semahal itu, masih dibawah tiga puluh ribu.

Baru kali ini ia mendapatkan pengalaman seperti demikian, sebelumnya Jake tidak pernah mengalami hal-hal yang unik selama menjadi driver ojek.

Gelas setinggi sepuluh senti meter yang berada di meja itu kini hanya terisi cairan cokelat yang tinggal setengahnya. Jake meminumnya sekaligus kemudian ia berdiri dan menepuk bahu Jaya.

"Duluan."

Jaya tidak bertanya apapun karena tidak ada untungnya juga, sih. Lelaki itu hanya mengangguk sambil mengacungkan jempolnya pada Jake.

Disaat Jake berjalan menuju parkiran, tidak sedikit pasang mata yang menatap ke arahnya. Entah yang menatapnya diam-diam, atau bahkan yang terang-terangan sekalipun.

Meskipun risih, Jake juga bingung harus bertindak bagaimana. Masa iya dirinya harus berteriak pada mereka untuk tidak menatapnya seperti itu, hal yang sangat tidak mungkin.

Setelah memilih mengabaikan tatapan tatapan itu, Jake menaiki motornya dan bergegas ke toko buku. Lelaki itu baru saja mengingat sesuatu yang seharusnya dibelinya dari kemarin.

Sesampainya di toko buku lelaki itu langsung menghampiri rak buku yang berisikan berbagai jenis ensiklopedia, ia meraih satu buku dan berjalan ke rak buku lainnya.

Setelah dirasa cukup, Jake melakukan pembayaran untuk tiga buku yang berada di genggamannya. Kemudian lelaki itu berjalan ke arah kedai es krim yang cukup terkenal yaitu kedai mixer.

GO-JAKEWhere stories live. Discover now