18. Ketika Kebenaran Mulai Terbuka 💜

1.1K 167 13
                                    

Type: Spoiler

Words: 1000


♥︎♥︎♥︎



Author POV

"Pak Arya akan terkejut jika tahu kebenaran ini."

Aryanata Pratama hanya bisa memijat pelipisnya. Orang ini mengiriminya pesan lewat media sosial sejak awal bulan lalu. Nyaris sebulan ia membuat pria paruh baya ini tidak tenang. Awalnya ia hanya mengira itu pekerjaan orang iseng.

Lalu isi pesan keduanya berbunyi demikian: "Kematian istri anda di masa lalu bukanlah sebuah kecelakaan tapi direncanakan oleh seseorang!"

Sampai di sini ia masih berpikir positif. Ia berpikir jika ini hanya lelucon dari seseorang yang ingin mengusik ketenangannya. Jadi ia mengabaikan saja. Pria sibuk itu pun memilih untuk tidak memperhatikan lagi media sosialnya tapi si pelaku tidak mundur, beberapa hari setelahnya ia mengirimkan sebuah pesan lagi.

"Kematian Ibu Am sudah direncanakan. Pelaku melakukannya dengan sangat terstruktur. Bahkan hanya untuk meracuni pikiran anda tentang betapa manja dan egoisnya putera bungsu anda, sudah direncanakan sejak lama dengan baik."

Sampai di sini pria tua ini menggeleng-gelengkan kepalanya, apa maksudnya?

Siapa? Siapa orangnya yang meracuni pikirannya tentang anak itu?

Aryanata masih mengulangi kembali membaca isi pesan yang semakin lama semakin membuat perasaannya ragu itu. Perlahan pria ini ragu akan kebenaran yang selama ini ia percayai.

"Istri anda tidak akan meninggal di hari itu andai seseorang tidak merencanakan untuk menghabisinya!"

Mr Pratama memejamkan kedua matanya. Ia semakin goyah ketika pesan demi pesan ia terima. Ia bahkan menghubungi ahli IT profesional untuk melacak keberadaan orang tersebut. Dari hasil penyelidikan, orang ini tidak berada di Indonesia, saat itu posisinya berada di Nevada, tepatnya di Las Vegas. Merasa belum saatnya berhasil menemukan si pengirim pesan, saat ini Mr Pratama berpikir untuk mengikuti saja alur yang dibuat orang ini. Dan benar, semakin lama isi pesannya semakin jelas.

"Anda salah jika melimpahkan kesalahan kepada putera anda, istri anda tidak akan meninggal jika seseorang tidak membuatnya celaka. Percayalah, kecelakaan itu sudah dirancang!"

Lalu pesan yang dikirimkan beberapa hari setelahnya sungguh mencengangkan, itu adalah foto. Foto dua orang gadis muda yang sangat famiar di mata lelaki paruh baya ini.

Itu foto masa muda istrinya dan sang sahabat. Lalu bagian istrinya diberi lingkaran merah menggunakan spidol.

Untuk apa foto usang itu dikirimkan?

Jawabannya ditemukan dua hari kemudian, entah kenapa si pengirim membuat pola pengiriman seperti ini. Sebuah pesan kembali dikirimkan.

"Wanita di sisi istri anda berkaitan erat dengan kecelakaan itu. Dialah dalang di balik kematian Ibu Am!"

Dada Mr Pratama kembali berdegup keras, ia sungguh terguncang ketika menerima pesan itu. Ingin tidak mempercayai tapi ia merasakan jika orang ini tidak sedang bercanda.

Ada dua pesan terakhir yang ia terima setelahnya.

"Anda bisa menyelidiki masalah ini, meski kasus ini telah lama berlalu tapi kuharap anda bisa membuka mata anda akan kebenarannya. Saya harap anda tidak memberi tahu istri anda tentang masalah ini jika anda ingin menemukan bukti."

Dan pesan paling baru yang ia terima sekitar seminggu yang lalu berbunyi: "Jika anda memutuskan mempercayai saya, anda bisa menghubungi saya, saya siap bertemu dan menjelaskan segalanya."

Dan Mr Pratama sudah memulai penyelidikan itu, pertama-tama adalah menyelidiki mobil yang dipakai oleh istrinya tujuh belas tahun silam. Meski sulit, nyatanya hanya dalam waktu enam hari mobil itu berhasil ditemukan di sebuah penampungan. Jika dulu dipastikan penyebab mobil mengalami kecelakaan, maka kini mulai dilakukan penyelidikan atas bangkai mobil tersebut, dan hasilnya sudah ia terima, orang-orang yang ia perintahkan akhirnya menemukan kejanggalan.

"Kami menemukan jika kampas rem pada mobil, aus. Pak."

Tidak ada laporan jika rem mobil blong saat itu, informasi yang didapatkan adalah mobil kehilangan kendali karena mendiang istrinya dilanda sakit perut luar biasa.

"Mobil baru itu mengalami kecelakaan hanya sekitar tiga bulan setelah anda menghadiahi mobil itu kepada Ibu. Mustahil kampas rem sudah aus apalagi ibu jarang memakai mobil itu."

Ya, sebuah pintu terbuka di hatinya. Dari ketikdak-percayaan menjadi kegusaran, dari kegusaran menjadi kebimbangan, kini dari kebimbangan menjadi sebuah kepercayaan meski ia belum tahu kebenarannya. Semua masuk akal, mobil yang pada masa tujuh belas tahun silam itu adalah sebuah sedan mewah, ia hadiahkan kepada sang istri atas kehamilan ketiganya. Wanita cantik itu sangat suka bepergian dengan para sahabatnya di sekitar kota hanya untuk berhibur dan Mr Pratama tidak melarang kegiatan istrinya.

Bagaimana mungkin mobil yang baru dibeli tiga bulan itu kampas remnya sudah aus? Apalagi hanya istrinya seorang yang memakai, itu pun hanya perjalanan di dalam kota. Misalkan saja jika dalam sehari ia menempuh jarak lima puluh kilometer, maka idealnya kampas rem motor sudah harus diganti setelah dua puluh satu bulan. Di sini akhirnya kepercayaan Mr Pratama akan istri keduanya ini mulai luntur. Ia harus menyelidiki kebenaran ini!





♥︎♥︎♥︎





Suasana cafe siang ini tak begitu ramai. Empat orang pria duduk mengitari sebuah meja. Jun dan Darren duduk berhadapan dengan Jake dan Arsen, tak ada Ryan karena pria itu kini berada di Luksemburg. Siang ini ketika jam makan siang, mereka sepakat berkumpul di cafe langganan sejak masa kuliah dulu.

"Jadi sudah balikan sama Arsa?" Darren bertanya demi melihat matahari yang bersinar cerah di wajah Jun.

"Ya, begitulah." Jun menjawab dengan nada santai.

"Arsa?" Arsen bertanya ketika nama itu disebut.

Jake mengangguk di saat Jun dan Darren malah saling tatap. "Arsa bukannya adikmu?" Jake bertanya seakan itu bukanlah sebuah hal yang aneh, nadanya terlalu santai karena memang mereka tidak pernah tahu apa yang terjadi pada keluarga itu.

"A-apa maksudmu?" Arsen bertanya tapi kali ini menatap pada Jun seakan meminta penjelasan.

"Aku dan Arsa sudah bersama sejak beberapa bulan lalu, sempat putus sebentar karena kesalahpahaman dan kini kembali bersama." Jun menjelaskan sesuai kenyataan yang sebenarnya.

Arsen tertegun, wajahnya nampak memucat. Ia menatap seakan tak percaya pada Jun, sahabat sejak SMAnya ini. "Arsa yang kau maksud?" pertanyaannya menggantung.

"Arsa, adikmu." Jun menjawab dengan nada tenang. Meski Arsa tidak bercerita apa-apa tapi Jun seakan mengetahui jika terjadi sesuatu di antara para saudara ini. Sejak mereka masih remaja, yang Jun tahu hanya Rei yang diperkenalkan sebagai anak dari keluarga Pratama.

"Kau?" Arsen benar-benar nampak bukan seperti Arsen yang biasanya. Arsen Eka Putera Pratama yang mereka kenal adalah seorang pria cerdas. Pemuda tampan putera sulung keluarga Pratama, pengusaha muda yang terkenal cemerlang di dalam kariernya tapi kali ini terlihat seperti orang linglung.

Jun hanya diam, ia menunggu kelanjutan kalimat sang sahabat.

"Kau dan Arsa berkencan?" Akhirnya pertanyaan itu berhasil ia ucapkan.

Jun mengangguk, "ya, kami saling mencintai." Jawabnya menjelaskan.

"Tapi bagaimana mungkin?"


TBC




Wife MaterialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang