Type: SpoilerWords: 800
♥︎♥︎♥︎
"Johann?" Mr Pratama segera mengenali pria itu. Ia berdiri dari duduknya demi rasa terkejutnya.
"Pak Arya." Pria yang nampak sedang sakit itu menyapa dengan suara serak dan lemahnya.
"Papa kenal dia?" Arsen bertanya.
"Ini Johann Hanif, dia adalah orang kepercayaan Papa dulu, Johann mengundurkan diri dari perusahaan Papa karena menikah dan mengikuti istrinya ke luar negeri." Mr Pratama menjelaskan.
Pria itu mengangguk, "betul, Pak. Saya mengundurkan diri karena harus mengikuti istri saya." Jawab pria itu.
Suasana sejenak mengharu, Mr Pratama bertemu dengan mantan pegawainya sejak puluhan tahun silam. Johann adalah salah satu pegawai kesayangannya yang membantu perusahaan di awal-awal. Pria ini pamit mengundurkan diri setahun sebelum ibu dari anak-anaknya meninggal.
"Jadi katakan padaku, apa hubunganmu dengan si pengirim pesan itu?" Mr Pratama langsung menanyakan tujuan utamanya ingin bertemu pria ini. Sungguh tak menyangka ketika ia ingin bertemu dengan orang yang mengiriminya pesan di sosial media, ia malah bertemu dengan orang yang pernah dikenalinya di masa lalu ini.
"Saya adalah si pengirim pesan itu, Pak." Johann menjawab dengan suara bergetar.
Mr Pratama mengerutkan keningnya, sedikit memikirkan tentang hubungan antara pria ini dengan semua isi pesannya selama ini.
"Pak Arya, setelah mengundurkan diri dari perusahaan Anda, saya bekerja di Hongkong, di mana istri saya berasal." Johann mulai bercerita.
"Suatu ketika Miss Karmila menghubungi saya." Johann sejenak menghentikan kalimatnya, napasnya mulai tersengal. Wanita yang ternyata adalah istrinya itu mengusap pelan pundak sang suami.
"Miss Karmila menawarkan sebuah kerja sama pada saya." Di sini suara Johann mulai gemetar. Ia seakan tak sanggup berkata-kata tapi masih dipaksa.
Mr Pratama, Arsen dan Richard hanya diam dalam kebisuan, fokus untuk mendengarkan dan menyimak ke mana arah cerita pria ini.
"Untuk ... untuk membunuh Ibu Am."
Arsen terkejut luar biasa. Ia sudah diberi tahu oleh ayahnya tentang pesan itu namun sejauh ini ia masih tidak begitu mempercayai. Bagaimana mungkin ada skenario semacam itu? Bukankah dulu disebutkan jika kematian ibunya murni sebuah kecelakaan lalu lintas?
Mr Pratama menegang, dadanya membusung ketika ia menegakkan duduknya. Richard yang duduk di sisi lain mengawasi keadaan atasannya itu. Ia memang diizinkan masuk dan ikut mendengarkan hal yang seharusnya hanya boleh didengar oleh sang atasan dan puteranya itu saja. Tapi rupanya menjadi asisten kepercayaan sejak usianya 25 sampai saat ini 33 tahun membuat Mr Pratama sangat mempercayai dirinya.
"Teruskan, aku siap mendengarkan." Mr Pratama berkata dengan nada terdengar penuh wibawa. Ia sudah bertekad akan mengungkap kasus ini dan harus mengetahui kenyataan yang sesungguhnya meski harus mengungkap luka lama di masa 17 tahun silam.
"Miss Karmila mengatakan agar mobil yang tiba-tiba mogok itu dibawa ke bengkel langganannya saja dan Ibu Am setuju."
"Di sanalah mobil itu diotak-atik, saya sendiri yang melakukan, saya ... sayalah yang mengganti kampas rem dengan yang sudah usang."
Mr Pratama mengenggam kedua kepalan tangannya dengan erat, kuku-kukunya menusuk daging di telapak tangannya. Rasa sedih, marah, kecewa dan menyesal memenuhi perasaannya. Sementara pria di depan mereka kini menatap wajah istrinya, mengangguk pada wanita itu.
Wanita itu pergi meninggalkan ruangan, sesaat ruangan yang terang benderang ini menjadi hening, tak berapa lama wanita itu kembali dengan sebuah kotak kayu. Ia menaruh kotak itu di depan sang suami. Tangan Johann gemetar saat akan meraih kotak itu, pelan-pelan ia membukanya, semua tak luput dari penglihatan Mr Pratama dan Arsen.Johann mengeluarkan sebuah handphone keluaran belasan tahun silam, beberapa lembar kertas dan beberapa lembar foto.
"Di handphone ini semua masih tersimpan, semua perintah dari Miss Karmila. Di dalamnya berisi pesan-pesan darinya." Johann menaruh ponsel itu di depan Mr Pratama.
"Ini adalah kode-kode yang diberikan kepada saya termasuk petunjuk arah perjalanan Ibu." Johann tersengal kembali saat berbicara.
"Ini ... ini adalah bukti pembelian obat penggugur janin yang dibeli di luar negeri."
Mr Pratama terkejut, Arsen sama terkejutnya. Kedua pria berbeda usia itu memberikan reaksi yang nyaris sama, refleks menegakkan duduknya dan nyaris akan mengambil kertas itu namun mengurungkan niat.
"Apa ini?" Mr Pratama bertanya, lebih ke arah untuk apa obat-obatan itu.
"Sejak usia kandungan Ibu memasuki bulan kelima, Miss Karmila mulai memberinya obat-obatan pembunuh janin itu, Miss Karmila memberinya melalui jus buah yang dia buat untuk Ibu."
Mr Pratama terperangah, ia menggelengkan kepalanya, wajahnya memerah menahan marah. Ingin sekali rasanya ia menghajar pria di depannya ini tapi ia sadar jika pria ini hanyalah orang suruhan, pria ini juga nampak sedang sakit parah dan juga pria ini sedang membantunya mengungkapkan kejujuran.
"Miss Karmila ingin membunuh calon bayi yang dikandung ibu, selain itu dia juga ingin melenyapkan Arsa karena jika Arsa masih hidup akan sulit baginya memasuki kehidupan Bapak."
Lagi-lagi Mr Pratama terkejut sementara Arsen mulai memijat keningnya.
"Sejak awal Miss Karmila sudah menghasut semua orang untuk mulai membenci Arsa karena menurutnya Arsa adalah orang yang akan menghalangi niatnya. Anda terlalu mencintai Arsa dan Arsa selalu bersikap antipati terhadap Miss Karmila. Lagi pula jika Arsa masih ada maka jalan bagi puteranya untuk diterima di dalam keluarga Bapak akan mengalami kesulitan."
"Tujuannya menjadi istri Anda, menjadi pemilik semua harta kekayaan keluarga Pratama dan juga menjadikan anaknya sebagai pewaris keluarga Anda."
TBC
Kalteng, 30 September 2022
Love
❤️ Treseluf4ntasy ❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
Wife Material
Ficción General[TAMAT] Arsa yang dibuang keluarganya sejak kecil dan hidupnya tidak pernah bahagia kemudian bertemu Jun, pria yang menjadi teman one night standnya. Hal terus berlanjut, merasa Arsa adalah tipe pasangan yang ideal untuknya, Jun terus mengejarnya. [...