Type: Spoiler
Words: 700
♥︎♥︎♥︎
Jun POV
"Aku dan Arsa berteman sejak kecil. Dia lebih muda setahun dariku."
Aku mengemudi dalam diam, barisan kalimat yang Chris ucapkan terngiang kembali di telingaku.
Ya, sejak kejadian di mana Olivia membawa Arsa ke pesta ulang tahun Luna waktu itu dan mengatakan jika aku dan Chris sama-sama adalah mantan kekasih Arsa, isi kepalaku dipenuhi banyak pertanyaan hanya saja karena kesibukan masing-masing aku tak sempat menemui Chris secara langsung untuk membicarakan hal itu. Ternyata Darren justru lebih dahulu mengetahui kebenarannya dariku.
Kisah yang Chris ungkapkan membuatku terperangah, aku tidak pernah mengira jika wajah sekalem dan selembut paras Chris Daviant ternyata sanggup berbuat sekejam itu.
"Aku dan Arsa menjadi kekasih ketika aku berada di kelas sebelas, kami terus bersama sampai kami menyelesaikan kuliah."Aku menggeleng, kisah mereka sangat lama, itu nyaris enam tahun kalau tidak salah. Sepertinya kisah kami yang hanya bertahan beberapa minggu terlihat sepele di sini, tapi perbedaannya aku tidak berkhianat pada Arsa, aku sangat mencintainya.
Tidak! Aku tidak seperti Chris!
Kisah kami tidak sama!
"Di tahun ketiga, Aku dan Rei mulai bermain di belakang Arsa."
Tahun ketiga?
Bukankah saat itu?
"Jun, aku menyukaimu!"
Jika yang ia sebut tahun ketiga adalah masa di mana Chris dan Rei menyusul kami untuk berkuliah di Canada. Saat itu Rei mendekatiku, itu membuat perselisihan kerap terjadi antara Rei dan Olivia, gadis yang telah menyukaiku sejak SMP itu. Ketika kedua kakak kami mulai berkencan, Olivia pun mulai menunjukkan perasaan sukanya kepadaku.
Rei sudah menjadi selingkuhan Chris pada saat menyatakan perasaan padaku?
Ya, waktu itu Rei sempat mengungkapkan perasaannya padaku tapi aku tidak bisa menerimanya. Bagaimanapun aku tidak bisa menerima seorang pria. Aku pria normal yang menyukai wanita. Aku menganggap Rei sebagai adikku dan semua kebaikan yang selama ini kulakukan padanya murni sebuah kebaikan terhadap seorang adik.
"Arsa terlalu pasif, sampai aku pergi ke Vancouver untuk kuliah pun kami tidak pernah melakukan hal-hal intim selayaknya pasangan kekasih padahal jelas-jelas kami sama-sama pria jika ia berpikir takut hamil sebelum menikah."
Aku terkekeh geli. Merasa lucu ketika Chris menyebutkan salah satu alasan kenapa ia berkhianat dari Arsa. Terdengar seperti alasan yang dibuat oleh para remaja laki-laki ketika berusaha untuk mencari pembenaran atas sikap pengecut mereka.
"Sejak berada di Canada dan menjalani ldr dengan Arsa, hubunganku dan Rei semakin dekat. Kami saling menyukai. Pada akhirnya semua menjadi tak terbendung."
"Saat kami menyelesaikan kuliah dan kembali ke Indonesia, sepertinya Arsa mulai merasakan perselingkuhan kami, sampai pada kejadian dua tahun yang lalu Arsa memergoki kami di sebuah kamar hotel, entah siapa yang memberitahunya tapi akhirnya ia mengetahui dengan matanya sendiri jika aku dan Rei memang berselingkuh darinya."
Tatapanku terfokus pada lampu merah di depanku. Suasana malam di awal musim dingin di Canada terasa tenang, ketenangan ini terasa mengerikan untuk orang yang sedang membayangkan masa lalu kelam orang lain.
"Arsa memutuskanku saat itu juga. Malam itu aku membiarkannya pergi di saat hujan badai."
"Aku menyesalinya sampai hari ini. Menyesali kenapa aku tak menahannya. Aku kehilangan Arsa sejak malam itu. Aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk meminta maaf padanya."
Satu lagi alasan Chris kenapa ia berselingkuh dari Arsa yang membuatku mengerutkan kening.
"Saat aku bersama Arsa, aku telah jatuh cinta pada Rei. Aku masih mempertahankan Arsa karena aku menyayanginya. Aku tak tega meninggalkannya karena Arsa sudah tak memiliki siapa-siapa lagi."
"Ia hidup sendirian selama ini."
Kenapa Arsa hidup sendirian?
Bukankah Darren mengatakan jika Arsa adalah adik kandung Arsen Pratama? Tapi ketika aku menanyakan tentang Arsa dan Arsen, jawaban Chris membuatku memakluminya.
"Tentang hubungan mereka, sebaiknya kau tanyakan langsung kepada Arsen atau Arsa, bukan wewenangku untuk mengungkapkan kisah keluarga orang lain."
Aku menginjak pedal gas dalam-dalam, aku harus bertemu Arsa malam ini juga.
***
Niatku hanya pulang ke rumah untuk menengok keadaan Lucy tapi siapa sangka jika aku justru menemukan Arsa sedang mencuci piring di dapur.
"Kau sudah pulang? Lucy sudah tidur. Aku memasak makan malam untuknya, apa kau sudah makan?" Arsa bertanya padaku, raut wajahnya terlihat tenang dan tatapan matanya lembut padahal kesalahanku padanya sangat besar dan tidak hanya satu kesalahan.
Bagaimana bisa ia terlihat baik-baik saja?
Ia bahkan merapikan dapur yang selama beberapa hari ini tak sempat kubersihkan.
"Jun?" Ia memanggil namaku, membuatku tersadar.
"Ah, aku baru saja makan malam di restoran." Ya, aku baru saja selesai makan malam bersama Chris sembari mendengar cerita masa lalu pria itu bersama orang yang kini berdiri di depanku.
Kulihat ia mengangguk, "baiklah kalau begitu, ini sudah terlalu larut, aku harus pulang." Ucapnya sembari melepas apron yang ia pakai. Setelah menggantungnya di sudut dapur, Arsa berbalik dan bersiap untuk pergi.
"Sa." Panggilku, kulihat ia menghentikan langkahnya dan menatap ke arahku.
"Bisakah kau memberiku secangkir teh?"
****
Kira-kira mereka ngapain ya sambil minum teh?
Udahan dulu ya spoilernya, next chap lagi 😘👌
Love
❤️ Treseluf4ntasy ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife Material
General Fiction[TAMAT] Arsa yang dibuang keluarganya sejak kecil dan hidupnya tidak pernah bahagia kemudian bertemu Jun, pria yang menjadi teman one night standnya. Hal terus berlanjut, merasa Arsa adalah tipe pasangan yang ideal untuknya, Jun terus mengejarnya. [...