Part 16

151 26 0
                                    

Adanu berjalan gontai memasuki rumah usai memarkir motornya di garasi. Waktu baru menunjukkan pukul sembilan lebih tapi rumah sudah kelihatan sepi. Maklum hanya ada dirinya dan Janu serta Mbok Sri, orang tuanya sedang ada acara di luar kota.

Mbok Sri yang sempat mendengar suara motor Adanu segera berlari ke ruang depan. Ia menyambut Adanu dan mengikutinya berjalan ke arah tangga.

"Mas Danu mau makan ? Mau mbok siapin di meja makan apa anter ke kamar ?"

"Makasih mbok. Danu gak laper. Mbok kunci pintu terus langsung tidur aja. Nanti kalo laper Danu cari sendiri"

Adanu berucap dengan lemah. Ia pun meninggalkan Mbok Sri dalam kebingungan. Tidak biasanya putra majikannya begitu, selelah apapun Adanu, ia akan selalu terlihat tersenyum.

Adanu membuka kamarnya dan pemandangan pertama yang ditemuinya adalah Janu. Adik kecilnya itu tengah berkutat dengan komputer miliknya dan sontak berbalik saat ia membuka pintu.

"Mas Danu baru pulang ?"

Adanu mengangguk.

"Aku pinjem komputer Mas Danu. Laptopku masih di tempat service"

Adanu tersenyum tipis lalu mendekati Janu.

"Jual aja gak sih Nu laptopnya. Udah masuk service mulu"

"Iya sih Mas. Aku juga mikirnya kalo udah gak bisa diservice lagi ya mau aku jual aja. Ganti yang baru"

Adanu tersenyum lagi. Ia lalu mendekat dan bersandar pada meja komputernya,menghadap Janu.

"Belum selesai ?"

"Udah kok. Ini baru selesai"

Janu berujar dengan senyum manisnya. Namun, senyumnya segera hilang saat melihat wajah murung Adanu.

"Mas Danu kenapa ?"

Tanya Janu khawatir.

"Gak papa. Aku cuma lagi capek aja. Banyak kerjaan di kantor"

"Oh"

Adanu tersenyum. Namun hatinya begitu berat. Ia tak mungkin mengatakan pada Janu apa yang baru saja terjadi.

Janu memutar kursi yang didudukinya hingga menghadap Adanu.

"Mas, deketan deh"

Adanu mengernyit.

"Kenapa ?"

"Udah sini deketan"

Adanu pun mendekat pada Janu hingga berada tepat di depannya. Dengan segera Janu memeluk pinggang Adanu dan menyandarkan kepalanya pada perut sang kakak yang berdiri di hadapannya.

"Nu, kamu kenapa ? Hei !"

Adanu seketika panik. Tiba-tiba saja Janu bersikap demikian, bagaimana ia tak panik. Ia takut terjadi sesuatu pada sang adik.

"Bentar mas. Bentar aja"

Adanu pun pasrah. Ia hanya balas memeluk sang adik sembari mengusap pelan surai Janu.

Tak lama, hanya dua menit. Janu akhirnya melepas pelukannya. Ia tersenyum tipis pada Adanu.

"Kenapa ?"

Tanya Adanu dengan sorot khawatir di matanya.

"Bau parfum Mas Danu mirip Jagad"

Sorot mata Adanu meredup. Ia menundukkan kepala, tak tau harus berbuat apa. Ia selalu bingung jika Janu sudah membahas soal kekasih hatinya itu.

"Sorry, mas gak tau kalo parfum mas sama kaya punya Jagad"

"Ngapain juga minta maaf coba. Gak masalah kali mas. Kalo Janu kangen Jagad kan jadi bisa peluk Mas Danu"

Off My FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang